Suara Mengaji di Cafe Senggigi

2 , , , , Permalink 0

Berkunjung ke Senggigi, kawasan wisata paling tersohor di Lombok, pada bulan Puasa ternyata memiliki keunikan tersendiri. Suara orang tadarus di antara dentuman musik cafe atau lalu lalang orang usai tarawih di depan turis-turis menenggak bir jadi hal lumrah. Bagiku, kebersamaan dua sisi yang sering kali diposisikan berseberangan itu, adalah hal unik.

Kenikmatan duniawi, yang bagi sebagian orang adalah terlarang, nyatanya bisa berdampingan dengan kenikmatan rohani, yang bagi sebagian orang lain adalah ilusi.

Continue Reading…

Sekilas Mengenal Hindu Tengger

3 , , , , Permalink 0

Setiap perjalanan adalah upaya untuk berdialog tentang sebuah kebudayaan. Begitu pula perjalanan sepanjang lautan pasir menuju Gunung Bromo. Suko, pemuda 23 tahun yang sudah jadi pemandu kuda selama tujuh tahun, bisa menjadi teman perjalanan sekaligus pemandu yang menyenangkan. Dia fasih menjelaskan tiap hal yang aku tanyakan tentang kebudayaan masyarakat setempat.

Salah satu yang membuatku tertarik ke Bromo, Probolinggo adalah para penunggang kuda dan lautan pasirnya. Maka begitu sampai di Cemorolawang, salah satu desa gerbang menuju Gunung Bromo, aku langsung cari kuda untuk menuju Bromo.

Continue Reading…

Teroris Itu Sudah Keluar dari Ajaran Agama!

11 , , Permalink 0

Persis seminggu setelah ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, aku mendapat email berisi Surat Terbuka ini.

Aku tidak pernah mendengar nama pemimpin dan lembaga yang mengeluarkan Surat Terbuka ini sebelumnya. Tapi tidak masalah. Toh kata Ali bin Abi Thalib, dengarkanlah perkataannya, bukan lihat siapa yang bersuara. Aku haqqul yakin sepakat dengan isi surat ini. Islam sering kali dibajak untuk membenarkan tindak kekerasan, termasuk oleh para teroris. Parahnya lagi banyak yang malah bersimpati pada para pembajak itu ketika agama ini dicemarkan. Maka, kaum moderat harus bersuara.

Pemuatan Surat Terbuka ini merupakan dukungan terhadap suara-suara moderat di negeri ini.

Continue Reading…

Banyak Cara Membantu Palestina

30 , , , , Permalink 0

Sudah lebih dari seminggu pasukan Israel menyerbu jalur Gaza di Palestina. Lebih dari 400 orang jadi korban konflik yak seimbang ini. Tak sedikit pula anak-anak yang mati, padahal mereka mungkin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ini cerita usang yang terus berulang. Perang. Gencatan senjata. Perang lagi. Korban lagi. Terus begitu saja. Mungkin inilah konflik terlama yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia.

Indonesia kecipratan. Menggunakan sentimen agama, ribuan orang berunjuk rasa menentang penyerbuan tentara Israel ke Palestina. Partai Keadilan Sejahtera berdemo besar-besaran ke kantor Kedutaan Amerika Serikat dengan membawa bendera partainya. Bukannya bendera Palestina yang dibawa tapi bendera PKS yang diusung tinggi-tinggi. Solidaritas Palestina ternyata bisa juga jadi waktu untuk berkampanye.

Continue Reading…

Mereka Pembunuh, Bukan Mujahid!

47 , , , , Permalink 0

Tulisan ini aku buat ketika baru usai chatting sama Erwin, teman yang bekerja sebagai kameraman untuk salah satu TV Australia. Erwin sedang meliput di Tenggulun, Lamongan terkait rencana eksekusi Amrozi CS.

Desa berjarak sekitar 15 km dari rumahku di Lamongan itu tempat lahir tiga bersaudara terpidana kasus bom Bali 2002: Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron. Amrozi dan Ali Ghufron bersama terpidana lain, Imam Samudra, dipidana mati. Ketiganya akan segera dieksekusi. Maka, para wartawan pun berburu berita ke desa nan gersang itu. Erwin satu di antaranya.

Continue Reading…

Mari Berbagi di Hari nan Fitri

17 , Permalink 0

Pesta udah usai. Capek juga hari ini. Barusan keluarga besar rame-rame datang untuk merayakan Idul Fitri di rumah. Padahal mereka juga sedangg sibuk mempersiapkan ngaben dadong di Karangasem 10 Oktober nanti. Tapi ternyata sore ini semua pada bela-belain ke rumah kami.

Maka, rumah kecil kami pun riuh oleh ketawa-ketiwi. Tentu saja sambil menikmati camilan dan makanan khas Lebaran. Ada kue ringan dari Pasar Badung seperti krupuk dan astor. Tak lupa menu khas Lebaran: opor, eh, kare ayam dan rawon.

Continue Reading…

Muslim village, Balinese culture

0 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Buleleng | Thu, 09/25/2008 1:07 PM | Surfing Bali

Night descended slowly on Pegayaman, a village nestled in a hilly region in the southern part of Buleleng. The quiet ambience was gradually filled with the noise of people getting ready to break their fast.

Groups of children walked along the village’s dusty main road. In their hands were plastic bags filled with cakes and fruits. They chatted animatedly as they delivered the plastic bags to the homes of their relatives and neighbors.

Continue Reading…

'Nyenggol' tradition enlivens Ramadhan at Pegayaman

5 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Buleleng | Sat, 09/20/2008 11:36 AM | Bali

After breaking fast and conducting evening prayer, Nyoman Alvin Gautama, 7, and his sister Made Eva Nadya, 12, hurriedly left their house, carrying with them their precious merchandise.

It was a large sheet of white paper upon which the two kids had fastened various candies, crackers, sachets of instant powdered drinks — things that children would love to get their hands on.

Continue Reading…