Teroris Itu Sudah Keluar dari Ajaran Agama!

11 , , Permalink 0

Persis seminggu setelah ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, aku mendapat email berisi Surat Terbuka ini.

Aku tidak pernah mendengar nama pemimpin dan lembaga yang mengeluarkan Surat Terbuka ini sebelumnya. Tapi tidak masalah. Toh kata Ali bin Abi Thalib, dengarkanlah perkataannya, bukan lihat siapa yang bersuara. Aku haqqul yakin sepakat dengan isi surat ini. Islam sering kali dibajak untuk membenarkan tindak kekerasan, termasuk oleh para teroris. Parahnya lagi banyak yang malah bersimpati pada para pembajak itu ketika agama ini dicemarkan. Maka, kaum moderat harus bersuara.

Pemuatan Surat Terbuka ini merupakan dukungan terhadap suara-suara moderat di negeri ini.

–SURAT TERBUKA

Untuk Para Ulama dan Tokoh Agama Islam di Indonesia Agar Menyatakan Dengan Tegas Bahwa Para Teroris, Termasuk Para Pendukung dan Simpatisannya, Sebagai Orang yang Telah Keluar dari Ajaran Islam yang Disampaikan oleh Rasul Muhammad SAW

Indonesia kembali berduka, belum lagi hilang duka para korban pemboman keji Hotel J.W. Marriott pada tanggal 5 Agustus 2003, kini bangsa Indonesia dan dunia kembali dikejutkan dengan berita ledakan bom di hotel J.W. Marriott dan hotel Ritz Carlton pada tanggal 17 Juli 2009.

Nyawa anak manusia pun kembali meregang. Korban tidak hanya warga Indonesia, tetapi juga warga negara asing. Citra Indonesia di mata dunia pun tercoreng untuk kesekian kalinya oleh para penjahat kemanusiaan yang keji tersebut. Pemerintah Australia dan Amerika Serikat pun bergegas memberlakukan travel warning bagi warga negaranya.

Para teroris adalah pelaku pemboman ini. Indonesia seakan menjadi surga bagi para teroris untuk melakukan aksinya. Bagaimana tidak, mereka bisa bercermin ke pelaku bom Bali, Amrozi cs, yang walaupun mendapat hukuman mati, mereka seolah mendapat perlakuan istimewa. Masih banyak yang memuja, bahkan menganggap mereka seolah pahlawan, seolah mujahid yang mati syahid. Sehingga tanpa malu-malu tokoh agama Islam seperti Abu Bakar Ba’asyir pun melayat dan menyalati jenazahnya (sumber berita: http://www.detiknews.com/read/2008/11/09/140720/1033937/10/abu-)

Bahkan salah satu pemimpin negeri ini mendukung Peninjauan Kembali (PK) Amrozi cs karena merasa prihatin akan nasib para teroris yang nyata-nyata telah berniat menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini (sumber berita: http: //pormadi.wordpress.com/2008/11/11/ketua-mpr-hidayat-nur-wahid-dukung-pk-amrozics/).

Hal ini secara tidak langsung memberi angin segar bagi para teroris dan menjadikan Indonesia “rumah” yang nyaman bagi mereka.

Mungkin negeri ini perlu belajar dari India setelah aksi bom yang dilakukan teroris di Mumbai-India yang menewaskan lebih dari 172 orang beberapa waktu lalu. Saat itu, para ulama India segera mengeluarkan pernyataan sikap mereka terhadap para teroris. Seperti pernyataan Ibrahim Thai, Presiden Dewan Muslim India berikut ini:

“Mereka (teroris) bukan muslim, mereka tidak menjalankan ajaran agama kami yang mengajarkan untuk hidup damai. Kalau pemerintah tidak menindaklanjuti permintaan kami, maka kami akan mengambil sikap tegas. Kami tidak mau orang-orang yang telah melakukan aksi terror tersebut dimakamkan di tempat pemakaman kami.” (Sumber berita: http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/7758651).

Kami akan sangat mendukung para ulama dan tokoh agama Islam di Indonesia untuk bisa melakukan hal yang sama, mengambil sikap tegas dan membuat pernyataan bersama, bahwa para teroris bukanlah muslim. Mereka tidak layak untuk mendapatkan tempat di negeri ini, negeri dengan mayoritas muslim yang cinta damai, yang tidak mengajarkan kekerasan apalagi menghalalkan penghilangan nyawa anak manusia yang tak berdosa.

150 ulama di Rawalpindi, Pakistan dari Deuband dan para rektor dari berbagai institusi berbasis di Deuband yang tersebar di propinsi Rawalpindi, termasuk di dalamnya kotakota seperti Rawalpindi, Jhelum, Attock, dan Chakwal juga telah dengan tegas mengeluarkan fatwa:

“Para pelaku bom bunuh diri” dan “pembunuh orang orang yang tidak berdosa” tidak mempunyai hubungan dengan Islam, para “pelaku aksi teror bunuh diri” tersebut bukanlah muslim”.

Indonesia punya lebih dari 150 ulama, bahkan ribuan ulama. Negeri ini punya ribuan tokoh agama Islam yang dapat kita teladani, karena para ulama adalah pewaris para Nabi. Kami yakin bila para ulama mengeluarkan statement bersama atau fatwa yang menyatakan bahwa para teroris itu bukanlah muslim, maka para teroris tersebut tidak akan berani untuk menginjakan kakinya di negeri ini.

Kami muslim Indonesia sudah malu dan tidak lagi bisa mentolelir aksi-aksi mereka yang mengatasnamakan kesucian agama yang kami peluk, yang mengajarkan untuk berbuat baik dan menyayangi sesama mahluk. Kami sangat yakin para teroris yang tidak berprikemanusiaan itu sama sekali tidak mengerti tentang intisari ajaran agama Islam, agama yang membawa rahmat dan perdamaian bagi alam semesta.

Kami yakin bahwa para teroris itu bukanlah muslim, karena mereka telah melanggar perintah Allah SWT di Al-Quran untuk tidak melakukan bunuh diri dan membunuh orang-orang yang tak berdosa. Kami juga yakin bahwa para teroris itu telah keluar dari ajaran Islam seperti yang disampaikan oleh Rasul Muhammad saw, karena beliau selalu mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi pembawa berkah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, untuk membagikan kasih dan sayang kepada sesama mahluk.

Kami menunggu suara dan sikap tegas dari para ulama untuk mewakili suara kami ini, karena kami yakin para ulama dan tokoh agama Islam yang mulia di negeri ini lebih mengerti dan memahami intisari ajaran agama Islam. Selama ini kami telah belajar tentang agama Islam yang penuh cinta dan kedamaian dari para ulama dan tokoh agama Islam yang mulia di negeri ini, karena itu sekali lagi kami menunggu pernyataan sikapnya untuk mengutuk seluruh aksi terorisme dan menyatakan dengan tegas bahwa para teroris beserta para pendukung dan simpatisannya sebagai golongan yang telah keluar dari Islam. Marilah kita laksanakan bersama perintah Allah SWT untuk mewujudkan Islam sebagai Din Rahmatan Lil ‘Alamin, sebagai jalan atau ajaran yang membawa rahmat bagi alam semesta.

Kami, dari Islamic Movement for Non-violence, menyatakan meminta maaf yang setulusnya dan turut berduka yang sedalamnya kepada para korban kejahatan kemanusiaan di hotel J.W. Marriott dan hotel Ritz Carlton pada tanggal 17 Juli 2009. Kami juga menyatakan dengan tegas bahwa para pelaku, termasuk para pendukung dan simpatisannya, yang melakukan pengeboman di kedua hotel tersebut telah keluar dari ajaran Islam seperti yang disampaikan oleh Rasul Muhammad saw. Kami berharap semoga mereka segera bertobat dan siap menerima hukuman baik di dunia maupun di akhirat untuk mempertang-gungjawabkan perbuatan kejinya tersebut.

Semoga Allah SWT senantiasa merahmati kita semua – apa pun latar belakang suku, bangsa, agama, dan keyakinannya – dengan Kasih dan Sayang-Nya. Amin.

Jakarta, 20 Juli 2009

Ahmad Yulden Erwin
Ketua Islamic Movement for Non-Violence
http://islamnon-violence.org/
as-salam@IslamNon-Violence.Org

11 Comments
  • wira
    July 25, 2009

    setuju, memang sebaiknya tokoh muslim ikut berperan aktif dan mengutuk aksi teroris, jangan malah simpati pada teroris… buktikan islam dan juga semua agama yg ada di indonesia tidak mengajarkan kekerasan seperti itu…

  • Mo
    July 25, 2009

    Entahlah, islam macam apa yang dianut oleh para bomber itu. Aku yakin, nabi mereka bukan Muhammad SAW.

  • pushandaka
    July 25, 2009

    Beginilah kalau agama selalu dibawa-bawa ke urusan pergaulan. Jadilah surat ndak penting seperti ini.

    Siapa sih Islamic Movement for Non-violence?

    Surat itu membantah ke-Islaman seseorang secara sepihak. Islam atau ndaknya seseorang adalah keyakinan pribadi. Ndak bisa dinilai dari perbuatannya. Mentang-mentang dia berbuat salah, seenaknya dibilang bukan Islam. Kalau dia berprestasi, mungkin Islamic Movement for Non-violence akan membuat surat juga yang isinya mengakui orang itu adalah Islam sejati. Menggelikan..

    Saran saya adalah, jangan memandang seseorang dari agamanya. Tapi cukup dari apa yang dilakukannya.

    Pandanglah seorang pencuri sebagai manusia yang telah berbuat salah, bukan sebagai Islam atau bukan, Kristen atau bukan, Hindu atau bukan, dsb. Pandangan seperti itu akan menghindarkan bangsa dan negara ini dari perpecahan berdasarkan agama.

    Saya malah jadi ndak bersimpati dengan Islamic Movement for Non-violence yang dengan semena-mena menolak ke-Islaman orang lain cuma karena perbuatannya. Orang beragama bukanlah orang suci yang ndak pernah salah. Sebaliknya, orang salah bukan berarti orang yang ndak beragama.

    Maka, pisahkanlah agama dari pergaulan secara proporsional. Berbuat kepada sesama ndak harus memandang agama kita dan orang lain, tapi cukup dengan memandang diri kita dan orang lain sebagai manusia ciptaan Tuhan, apapun agama dan keyakinannya.

    Wah, komentarku ndak kalah panjang dari suratnya ya? Hehehe!

  • Cahya
    July 26, 2009

    Yah, banyak yang punya persepsi masing-masing. Harapannya semua memiliki itikad untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa kita ini.

  • anima
    July 27, 2009

    bli pushandaka,
    memang sebaiknya agama ga dibawa2 dalam hal seperti ini, saya setuju sangat.

    tapi masuk diakal banget apa yg dibilang di surat terbuka ini, dan bisa jadi ini titik terang biar terorisme ga merajalela di Indonesia. kita perlu solusi-solusi semacam ini loh 🙂

  • ick
    July 27, 2009

    semoga orang yang berediologi dan berpandangan yang salah cepat2 berdoa…
    mari rapatkan barisan untuk menyelamatkan indonesia yang sudah tercabik2 ini…

  • Eddy Denpasar
    July 27, 2009

    Menyimak statetment dari Mantan ketua Badan Intelegent Negara (BIN) beberapa saat yang lalu via telewicara TvOne terkait BOM J.W.Marriot sangat setuju dengan pendapat beliau agar internal muslim harus ada penataan kembali terutama persantren-pesantren yang terindikasi outputnya menjadi teroris bila perlu dibubarkan karena akan merusak agama islam itu sendiri.

  • pushandaka
    July 27, 2009

    Mas Anima..

    Saya juga setuju sangat dgn semua upaya pemberantasan terorisme.

    Saya cuma ndak setuju surat itu karena di dalamnya mereka menolak/menyangkal secara sepihak keyakinan orang lain.

    Tapi gerakan mereka yg mendesak kepada pemimpin agama untuk “menertibkan” umatnya biar ndak jadi teroris, saya setuju. Ndak cuma Islam, tapi juga agama lainnya.

    Demikianlah. Saya cuma bosan orang Indonesia selalu memandang terorisme dari sisi agama.

    Allah aja ndak pernah menolak keislaman para teroris itu, kok orang2 itu dgn hebat melakukannya.

    Piss ya, semua! Damai..
    Hehe!

    Anton, maaf aku numpang ngeblog di kolom komentarmu. Hehe!

  • Bisnis Online
    July 28, 2009

    gak ada di Islam mengajarkan untuk bunuh diri, apapun alasannya, dan tidak ada di Islam mengajarkan tentang membunuh orang lain, walaupun orang itu kafir

  • PanDe Baik
    July 28, 2009

    ya, secara pribadi saya setuju dengan itikad baik tersebut. Hanya saja yang namanya pandangan orang ya ga bisa dijadikan satu kaya’gitu. Susah…
    Ada yang berpendapat bahwa BOM adalah jalan yang paling mumpuni untuk memberikan peringatan pada dunia agar tidak melecehkan Islam. Ada juga yang berseberangan dengan itu…
    Sama halnya dengan ‘gak bisa membumihanguskan prostitusi ataupun dunia hiburan sementara yang lain menunaikan ibadah puasa. Karena masing-masing punya keyakinan dan jalan sendiri2. Mungkin yang bisa dilakukan adalah bagaimana caranya untuk meminimalkan hal kaya’gitu. He…

  • Artana
    July 29, 2009

    Teroris itu memanfaatkan permisifnya kita di Indonesia terhadap segala yang datang “dari luar” , kita nggak sadar kalau mereka sedang menyamar untuk tujuan menghancurkan kita sebagai negara untuk tujuan besar mereka, mereka menyamar sebagai orang yang teranianya dan orang yang sedang berjuang di jalan yang sama sehingga kita mudah terpengaruh mengikuti jalan mereka.

    Kalau ingin vonis mereka muslim atau bukan, orang2 diluar muslim pasti tidak mengerti karena tidak tahu kriteria orang yang bagaimana bisa dikatakan seorang muslim, apakah orang sesat otomatis bukan muslim?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *