Jawabannya tentu saja… Sanur. Hehehe..
Namun, Sanur bukanlah kota. Sanur hanyalah salah satu desa di Kota Denpasar, ibu kota Provinsi Bali. Juga, Sanur ada di kota di mana aku tinggal. Jadi, tentu saja dia berada di urutan pertama bagiku.
Baiklah kalau begitu. Lalu, kota mana kemudian yang paling enak buat lari pagi?
Entahlah. Karena setiap orang punya preferensi masing-masing. Apa yang aku suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang menurutku asyik, belum tentu buat orang lain demikian.
Catatan berikut hanya catatan personal berdasarkan pengalaman lari pagi di kota-kota berikut. Jadi, tentu saja sangat subjektif. Pengalamanku lari di sana juga hanya pada saat aku di sana. Belum tentu mewakili situasi sebenarnya yang dialami warganya sehari-hari.
Pun, lokasi yang aku kunjungi saat itu hanya satu lokasi. Di lokasi lain di kota yang sama bisa jadi lebih baik atau lebih buruk.
Baiklah. Jadi berikut penilaianku berdasarkan pengalaman pribadi.
Surabaya
Rasanya sudah lebih dari lima kali aku lari pagi di kota ini. Terakhir pada Juni 2023 lalu. Biasanya di kawasan pusat kota, seperti Gubeng atau Tunjungan. Dan, situasinya selalu asyik. Menyenangkan.
Trotoar di kota ini sangat memanjakan pelari pagi. Lebarnya kira-kira 6 meter. Datar. Sebatas pengalamanku, semua trotoar di pusat kota ini enak banget buat lari. Lintasannya juga beragam jaraknya. Ada yang kisaran 1- 2 km. Ada yang rasanya sampai 5 km atau bahkan lebih.
Di tiap trotoar yang jadi jalur lari itu juga ada tempat duduk buat istirahat jika capek. Jika jalur trotoar terlalu jauh, ada pula taman dengan panjang lintasan keliling kurang dari 400 meter.
Kota Pahlawan ini juga rapi dan tidak terlalu riuh dengan kendaraan pribadi. Surabaya sejauh ini ada di urutan pertama.
Banjarmasin
Sudah dua kali aku lari pagi di sini, pada Maret dan Juli 2023. Menurutku, lokasi paling asyik ada di kawasan Taman Siring yang juga nol kilometer Banjarmasin.
Dari hotel tempat menginapku ke tempat ini tidak terlalu bagus, sih. Trotoar agak rusak. Kurang nyaman dan aman untuk lari. Namun, begitu tiba di kawasan Taman Siring ini, aku suka sekali.
Kawasan ini berada di pinggir Sungai Martapura. Ada jalur pedestrian buat sekadar jalan-jalan atau lari pagi. Jalurnya selebar kira-kira 6 meter. Datar. Cuma kadang, jalannya kelihatan agak licin karena lokasinya persis di sebelah sungai.
Namun, itulah yang menyenangkan bagiku. Jalur lari ini mengelilingi sungai karena ada dua jembatan berjarak sekitar 1 km, yaitu Jembatan Merdeka di sisi selatan dan Jembatan Pasar Lama di bagian utara. Hal paling asyik, ya, lari mengelilingi sungai tersebut.
Sambil lari, aku bisa menikmati deru perahu klotok sesekali. Sesuatu yang hanya bisa aku temukan di sini.
Jakarta
Entah sudah berapa kali aku lari pagi di Jakarta. Banyak sekali tempat asyik di ibu kota ini, tetapi yang pernah aku coba adalah kawasan Monas dan Lapangan Banteng.
Kawasan Monas jadi pilihan tepat untuk olahraga jika menginap di daerah Thamrin atau Jalan Wahid Hasyim. Ini memang kawasan favorit jika buat rapat atau kegiatan di Jakarta. Banyak hotel dan tempat makan.
Enaknya lagi, ya, karena tidak jauh dari kawasan Monas. Hanya sekitar 1 km.
Hal paling aku suka dari kawasan Monas ini karena memang dia dibuat untuk pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya. Bentuknya mengelilingi Monumen Nasional. Satu kali putaran saja sudah sekitar 3,5 km.
Jika lari pas Minggu, waktu berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan, wah, lebih asyik lagi. Kita bisa masuk gratis ke Lapangan Monasnya. Cuma memang jadi lebih riuh dan ramai.
Tempat lain yang enak buat lari, tetapi lebih kecil adalah Lapangan Banteng. Tempat lain yang kayaknya asyik juga adalah Gelora Bung Karno Senayan dan Jalan Sudirman. Cuma aku belum pernah lari di dua tempat ini.
Kurang asyiknya lari pagi di Jakarta adalah kendaraan yang terlalu rame dan, meskipun tak terlalu terasa langsung bagiku, adalah polusinya.
Pontianak
Aku baru sekali, sih, lari pagi di kota ini. Terakhir pekan lalu. Meskipun demikian, bolehlah dia masuk dalam daftar.
Secara umum, trotoar di kota ini kurang ramah pejalan kaki. Bahkan sangat sedikit jalan raya berisi jalur pedestrian. Ketika jalan atau lari harus hati-hati. Jika tidak, bisa jadi masuk trotoar berlubang atau kesamber kendaraan pribadi yang pada suka ngebut dan tak ramah pejalan kaki.
Tempat asyik buat lari, setidaknya yang aku tahu, hanya di Jalan Ahmad Yani. Jalan ini terdiri dari dua jalur. Keduanya memiliki trotoar sangat lebar, hingga sekitar 8 meter. Lurus. Datar. Enak banget buat lari pagi.
Kurang enaknya adalah karena jalur ini panjang dan tidak punya tempat istirahat. Hanya ada satu dua kursi di trotoar. Sudah begitu, tempat menyeberangnya juga susah karena jauh sementara pengguna kendaraan pribadi, sekali lagi, tidak menghormati pejalan kaki.
Selain empat kota di atas, ada juga tiga kota lain di mana aku pernah lari pagi, yaitu Bandung, Mataram, dan Samarinda. Namun, ketiganya tidak terlalu menarik.
Kecuali di Lapangan Sabuga yang enak banget buat lari, tetapi ramai sekali, tempat lain di Bandung kurang asyik. Kotanya juga riuh.
Di Mataram, tempat olah raga paling ramai ada di dekat Islamic Center, tetapi itu pun trotoarnya relatif sempit dan naik turun. Untung ada Pantai Senggigi. Eh, tapi ini masih masuk Mataram gak, ya?
Lalu, Samarinda. Ah, kota ini kayaknya paling gak asyik, deh, untuk lari pagi. Bahkan di pusat kota pun trotoarnya tak nyaman buat jalan, apalagi lari pagi. Semoga saja pas ke sana lagi (entah kapan nanti), sudah lebih baik lagi.
Leave a Reply