Biar Lari Lambat Asal Tetap Semangat

0 , Permalink 0
Lari pagi di Renon, Denpasar. Foto Anton Muhajir.

Tentu saja ini sebuah pencapaian keren.

Dalam waktu sekitar tiga bulan, berat Bunda turun hampir 25 kg. Ketika memulai program pengurusan badan pada Februari lalu, beratnya sekitar 95 kg. Kini, berat badannya sekitar 70 kg.

Ada timbangan analog di rumah untuk menimbang berat badan. Kami baru membelinya sebagai bagian dari program perbaikan kesehatan ini. Ada pula cermin menempel dinding di depan kamar mandi yang memang sudah sejak lama kami pasang. Dia sangat berguna untuk tidak hanya tempat mematut diri, tetapi juga melihat postur tubuh.

Dua alat itu sangat memotivasi untuk kami lebih sering memantau perkembangan kami, bagaimana hasil kerja keras kami untuk menjaga tubuh agar lebih sehat? Ternyata lebih dari apa yang kami harapkan.

Namun, timbangan dan cermin hanya dua alat untuk memantau perkembangan. Ada kerja keras lain di baliknya untuk mencapai target itu.

Pertama, kami memang menjaga pola makan. Dengan bantuan seorang dokter gizi, yang juga teman dan kontributor BaleBengong, Bunda mengatur pola makan. Tidak hanya soal apa menu yang dikonsumsi, tetapi juga kandungan gizi dan takarannya. Misalnya, protein harus sekian agar tidak berlebihan. Karbo cukup sekian agar kebugaran lebih seimbang.

Dan seterusnya dan seterusnya yang aku tidak hafal benar.

Konsekuensi dari tahap menjaga pola makan itu berpengaruh terhadap menu di meja makan kami. Hal paling terasa, kami jadi lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah. Kalau nasi, sih, memang sudah lama kami kurangi.

Usaha kedua setelah menjaga pola makan adalah berolahraga. Bagiku, ini yang luar biasa perubahannya. Sebelumnya kami memang sudah sering olahraga, tetapi intensitasnya cenderung ringan. Misalnya lempar bola basket atau bulu tangkis di depan rumah. Ringan-ringan saja. Sesekali baru kami lari di tempat lain, kira-kira 2-3 km. Cukup.

Nah, selama program ini, intensitas olahraga Bunda naik luar biasa. Hampir tiap hari dia lari, senam, atau yoga. Gerakan lebih banyak dan waktunya lebih lama.

Kebetulan banget juga kira-kira sebulan setelah program berjalan, kami melaksanakan puasa Ramadan. Lebih lengkaplah. Asupan makanan berkurang, tetapi olahraga jalan terus.

Di antara sekian banyak jenis olahraga itu, hal paling menakjubkan bagiku, adalah waktu dan jarak tempuh lari pagi. Ini yang paling terasa, sih, karena aku hampir selalu menemani lari pagi. Sebelum program perbaikan kesehatan pun kami sudah melakukannya.

Karena itulah aku bisa membandingkannya, termasuk dengan kemampuanku sendiri.

Dulu, sebelum ada program ini, aku hampir selalu berlari meninggalkan dia. Misalnya saat keliling lapangan, kami akan jalan cepat berdampingan satu dua kali putaran. Setelah itu aku akan berlari lebih cepat dan meninggalkannya. Rasanya waktu itu tiga kali putaran pun sudah ngos-ngosan.

Kalau lari di Sanur, aku akan melanjutkan lari sendirian sementara dia akan memilih untuk yoga. Atau, kalau toh kami lari bersama, akan lebih pelan dan, ya, sama saja: aku akan lari meninggalkannya di belakang.

Kini berbeda sekali. Bunda bahkan kuat berlari sepuluh putaran lapangan!!! Begitu pula jarak tempuhnya. Kini rata-rata lebih dari 5 km atau sekitar 10.000 langkah. Takjub benar aku.

Kalau dulu aku meninggalkan, sekarang terbalik. Aku dilewatinya.

Beberapa kali terjadi, kami lari keliling lapangan sudah lebih dari lima kali. Sebenarnya aku sudah mulai ngos-ngosan, tetapi dia tetap lari terus tanpa henti. Sebagai laki-laki sok dan macho yang malas mengakui kekalahan, tentu saja aku tetap berlari di sampingnya.

Kadang-kadang aku ingin mengakhiri lari, tetapi niat itu aku batalkan karena dia masih melanjutkan. Larinya memang pelan. Kayaknya setengah dari kecepatan normalku jika lari sendiri. Namun, dia lari dengan persisten. Gigih.

Dari situlah aku belajar, dalam hidup, kadang-kadang kita memang gak perlu buru-buru. Tak perlu cepat-cepat untuk menyelesaikan sesuatu. Aku yang berlari lebih cepat, ternyata jadi lebih cepat penat pula. Berbeda dengan Bunda yang memang berlari pelan, tetapi dia jadi bisa lebih jauh menempuh jarak dan waktu.

Hasil akhirnya, tentu saja jadi lebih banyak membakar kalori dan menyehatkan badan.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *