Teror melanda Jakarta kemarin siang.
Pelaku dan motifnya belum jelas. Namun, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah mengklaim sebagai pelaku pengeboman dan penembakan di Jalan Sarinah, Jakarta itu.Kenapa Mereka Harus Ditembak Mati
Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang status hukumnya belum jelas tapi sudah ditembak mati? Mereka ini baru disangka sebagai teroris. Belum jelas apa kesalahannya. Belum jelas kejahatan macam apa yang mereka lakukan. Belum jelas apa perannya. Lalu, polisi sudah menembak mereka. Mati.
Belajar Keragaman dari Keluarga Braiden
Namun kematian Braden melahirkan semangat baru bagi pacarnya, Jun Hirst, tentang perlunya membuat dialog lintas budaya antar-remaja. Menurut Jun, yang juga lahir dari keragaman Jepang – Inggris, peledakan bom di Kuta lahir dari fanatisme pada identitas diri dan kebencian pada identitas orang lain.
Teroris Itu Sudah Keluar dari Ajaran Agama!
Aku tidak pernah mendengar nama pemimpin dan lembaga yang mengeluarkan Surat Terbuka ini sebelumnya. Tapi tidak masalah. Toh kata Ali bin Abi Thalib, dengarkanlah perkataannya, bukan lihat siapa yang bersuara. Aku haqqul yakin sepakat dengan isi surat ini. Islam sering kali dibajak untuk membenarkan tindak kekerasan, termasuk oleh para teroris. Parahnya lagi banyak yang malah bersimpati pada para pembajak itu ketika agama ini dicemarkan. Maka, kaum moderat harus bersuara.
Pemuatan Surat Terbuka ini merupakan dukungan terhadap suara-suara moderat di negeri ini.
Ketika TV Kehilangan Hati Nurani
Karena sudah ngidam dari kemarin, aku pun nyeruput sup kepala ikan itu dengan nikmatnya. Posisiku menghadap ke arah TV yang menayangkan berita siang. Pokoke makan siang ini enak tenanlah. Eeh, pas lagi asik nyeruput sup kepala ikan, di TV nongol potongan kepala orang yang diduga sebagai pelaku teror bom di Ritz Carlton dan JW Mariott Jumat pekan lalu.
Mereka Pembunuh, Bukan Mujahid!
Desa berjarak sekitar 15 km dari rumahku di Lamongan itu tempat lahir tiga bersaudara terpidana kasus bom Bali 2002: Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron. Amrozi dan Ali Ghufron bersama terpidana lain, Imam Samudra, dipidana mati. Ketiganya akan segera dieksekusi. Maka, para wartawan pun berburu berita ke desa nan gersang itu. Erwin satu di antaranya.
Vonis Mati Bagi Amrozi
Majelis hakim sidang bom Bali memutuskan vonis hukuman mati pada Amrozi. Meski Amrozi tidak ingin, pengacaranya akan banding.
Sekitar 200 pengunjung sidang di Gedung Wanita Nari Graha Renon Denpasar bersorak gembira atas pembacaan vonis mati tersebut. Amrozi kemudian menoleh ke arah pengunjung sambil mengucapkan takbir dua kali. Pengunjung membalasnya dengan sorakan, “huuu..”. Tidak ada yang berubah dari ekspresi Amrozi.