Mari Berbagi di Hari nan Fitri

17 , Permalink 0

Pesta udah usai. Capek juga hari ini. Barusan keluarga besar rame-rame datang untuk merayakan Idul Fitri di rumah. Padahal mereka juga sedangg sibuk mempersiapkan ngaben dadong di Karangasem 10 Oktober nanti. Tapi ternyata sore ini semua pada bela-belain ke rumah kami.

Maka, rumah kecil kami pun riuh oleh ketawa-ketiwi. Tentu saja sambil menikmati camilan dan makanan khas Lebaran. Ada kue ringan dari Pasar Badung seperti krupuk dan astor. Tak lupa menu khas Lebaran: opor, eh, kare ayam dan rawon.

Inilah Lebaran ala kami, merayakannya bersama keluarga yang sangat warna-warni di Bali.

Tak hanya sama keluarga besar, tetangga kami pun begitu. Abis keluarga besar, gantian anak-anak tetangga datang ke rumah menghabiskan tiga toples jajanan kering itu. Yowis. Kapan lagi mereka bisa menikmati jajanan sepuasnya tanpa kuusir dari rumah. 😀 Yang penting kami bisa merayakan Idul Fitri dengan cara berbeda. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua: makan bersama. Hehehe..

Idul Fitri, bagi kami (aku, Bunda, dan Bani) adalah waktu untuk berbagi. Maka, sejak kemarin petang kami disibukkan dengan urusan bagi-bagi ini. Pertama ngejot, tradisi berbagi seperti halnya tetangga kami yang merayakan Galungan dan Kuningan. Kalau pas Galungan dan Kuningan bahan yang dibagi adalah buah, maka kami ngejot nasi saja. Tentu saja lengkap dengan kare ayam, krupuk, dan camilan. Kanggoang tak ada buah.

Ngejot ini kami bagi ke semua tetangga. Dan, ternyata bukan hanya kami yang ngejot. Kemarin petang, Bu Dewi pun bagi-bagi nasi itu. Terus Bu Risma dua hari yang lalu sudah melakukan tradisi ini.

Usai ngejot, ketika makin sore, waktunya bayar zakat. Bahasa sederhana zakat adalah membagi milikmu untuk dibagi pada mereka yang kurang mampu. Ini wajib dilakukan saat Ramadhan, sebelum Lebaran.

Besarnya 2,5 persen dari pendapatan per bulan. Ya, gampang begitulah. Kalau itung-itungan lebih ribet, mungkin Pak Ustadz yang lebih tepat. Soale kalo aku beragama sekadar berteman sama Tuhan saja, tidak terlalu serius. Hehe..

Orang yang bayar zakat ada yang lewat panitia. Tapi tidak masalah juga kalau diberikan sendiri. Kami pilih cara terakhir.

Kami sepakat memberikannya langsung ke yang membutuhkan. Itung-itung membangun hubungan sosial baru. Pilihannya ke rumah anak-anak tukang suun di Banjar Penyaitan Desa Pemecutan, setelah kami tidak menemukannya di pasar.

Bagi orang lain mungkin agak tendensius bernuansa SARA, bukan Sarah Azhari, tapi biarlah. Kami memang pilih yang non-muslim untuk memberikan zakat. Pertama karena kami ingin melakukan sesuatu (yang semoga baik) tanpa dibatasi sekat agama . Kedua biar mereka juga kenal wajah Islam yang lain, yang toleran dan mau berbagi. Kasihan, masak Islam dikenal hanya karena para pengebom dan pembuat onar berjubah itu.

Memang sih kayak Sinterklas, hanya bagi-bagi setelah itu pergi. Ah, tapi mending itulah daripada hanya bisa sinis sama orang lain yang berbuat baik. Hehe..

Toh, Wayan Cenik, si anak tukang suun itu terlihat sangat senang dengan kedatangan kami. Dia malah cium-cium Bani. Kapan-kapan dah kami main ke sana lagi.

Oya, pas main di sana itu pula ada cerita menarik yang baru kami tahu. Ternyata anak-anak itu juga suka “menyerbu” masjid pas Jumatan atau pembagian zakat. Mereka cari bagian ke sana.

Aku pikir selama ini gepeng di masjid-masjid itu dari luar Bali. Eh, ternyata kata Wayan Cenik dan ibunya mereka memang nggepeng di sana juga. Malah, kata Bunda yang abis wawancara Dinas Tramtib, sekitar 90 persen gepeng di Bali ya memang produk lokal. Hmm, ini fakta yang baru kutahu.

Lalu balik ke lebaran hari ini. Tadi pagi sholat Ied di Renon. Agak jauh dari rumah sih. Tapi sengaja ke sana biar dapat foto-foto bagus dengan latar belakang Bajra Sandhi. Dan, kami pun dapat foto-foto itu. Lumayan buat bernarsis ria di blog.

Khotibnya bagus pada bagian soal perlunya menjadikan Idul Fitri sebagai momentum membangun solidaritas sosial. “Sungguh tidak mulia membiarkan orang lain kelaparan sementara kita kekenyangan,” katanya. I like this emphatic quote very much. Eh, tapi abis itu nyaplir lagi soal Syariat Islam. Badah, buin kemu melaib…

Yaudahlah. Sekarang sudah 10.10 malam. Waktunya tidur. Istirahat. Besok pagi mau mudik ke kampuang nan jauh di mato, Lamongan. Seminggu menghirup candu bernama keluarga.

Selamat Idul Fitri untuk yang merayakan. Minal Aidin wal Faizin. Mohon maaf lahir dan batin, terutama yang pernah tak rasani (opo yo boso Indonesiane?) di blog. Semoga hari yang suci ini terus menumbuhkan kesadaran kita untuk berbagi..

17 Comments
  • erickningrat
    October 1, 2008

    baru liat photonya om anton ternyata cakep abisss 🙂 * suerrrr*
    btw met idul fitri om buat kelurga minal aidzin walfa idzin mohon maap lahir dan bathin 🙂

  • pandebaik
    October 2, 2008

    Bagi-bagi ketupatnya via email ya Om…

  • kaka kiyudh & keluarga
    October 3, 2008

    *whuaaaa kereen!!!

    Selamat hari raya buat Bani sekeluarga, Mohon maaf lahir bathin, maaf sering bikin ricuh dan merepotkan hihi 😀

    happy ied..

  • ahead
    October 3, 2008

    walah, kenapa saya waktu itu ga mampir ke rumahnya om anton sekeluarga ya…. huhu!

  • ghozan
    October 4, 2008

    selamat idul fitri juga bli, mohon maaf lahir dan batin… salam buat keluarga di lamongan!

  • dewa_ncc
    October 4, 2008

    Walaa….itu sholay dmana…ampe rame amettt…. trus tempatnya bersihhh…. hijau rerumputan auuuww…

  • Luigi Pralangga
    October 5, 2008

    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429H, semoga amal ibadah ramadhan kita semua diterima Alloh SWT.. senangnya bisa berlebaran di kampung halaman ya.. 🙂

    Lebaran kali ini masih harus nancep di negeri si bau kelek ini karena tugas, Salam hangat untuk keluarga dari afrika barat ! 😀

  • devari
    October 6, 2008

    selamat idul fitri buat bli anton dan keluarga.
    mohon maaf lahir bathin

  • wira
    October 6, 2008

    selamat idul fitri buat pak anton sekeluarga, agak telat gpp kan pak 🙂

  • Raden Rachmadi
    October 6, 2008

    Duh…..
    Baca tulisan Anton (juga Luh De) dan foto2nya itu lho…

    aku kangen sekali sama Bali. Tempat ini adalah dimana aku merasa terlahir untuk kedua kalinya. Hidupku sampai SMA selalu dengan mindset Islam is the majority. Tapi, 13 tahun hidup di Bali, membuat semuanya terbalik. Di situ aku menemukan khitah hidup yang baru, kenikmatan dan keindahan dari keragaman.

    Anton…
    Luh De…

    Mohon maaf lahir batin, dari kami sekeluarga.

    Salam

  • thelo
    October 7, 2008

    salam minal minul om :).

  • Hendra W Saputro
    October 9, 2008

    Makanya sepi, la wong lagi nyandu di lamongan hehehe. Maaf lahir dan batin buat anton sekeluarga. Aku pernah dirasanin kek nya 😀

  • desy
    October 9, 2008

    met lebaran yo mas anton and mba ludhe ama bani juga. maaf lahir bathin. katanya kemarin lagi pada di lamonganya… tumik diceramahin apa aja tuh tentang married? hahaha… boleh dong punya idealisme sedikit, meskipun intinya dia gak mau nikah coz belum punya calon. wauakakakakak…..
    tapi nyanyiin aja lagu sang surya or lagu kebangsaan Muhammadiyah itu, terus tanyyain dia apa makna lirik … di timur faja cerah gemerlapan, mengusir kabut hitam… hehehe… find d answer… salam buat mba ludhe, tanyain kemaring ngegosipin aku tentang apa aja? minta tolong tanyain juga dia apa bisa bantu terkait salah satu keinginan gilaku? hehehe

  • didut
    October 9, 2008

    selamat selamat 😀

  • amirosady
    October 10, 2008

    mohon maaf lahir bathin…selamat idul fitri..

  • Aprilia Gayatri
    October 12, 2008

    waah lebarannya di Bali ya mas?
    saya blom pernah ngerasain lebaran + shalat ied di bali..malah saudara2 di Bali berlibur ke Jakarta, katanya pusing di Bali rame bgt.
    dan karena mereka tidak berlebaran, jadi merekalah yang menyiapkan hidangan untuk halal bihalal… disitulah indahnya perbedaan dan toleransi.

    Minal aidin ya mas Anton

  • jojo
    January 29, 2012

    mangan2 terusss

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *