Sudah lebih dari seminggu pasukan Israel menyerbu jalur Gaza di Palestina. Lebih dari 400 orang jadi korban konflik yak seimbang ini. Tak sedikit pula anak-anak yang mati, padahal mereka mungkin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ini cerita usang yang terus berulang. Perang. Gencatan senjata. Perang lagi. Korban lagi. Terus begitu saja. Mungkin inilah konflik terlama yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia.
Indonesia kecipratan. Menggunakan sentimen agama, ribuan orang berunjuk rasa menentang penyerbuan tentara Israel ke Palestina. Partai Keadilan Sejahtera berdemo besar-besaran ke kantor Kedutaan Amerika Serikat dengan membawa bendera partainya. Bukannya bendera Palestina yang dibawa tapi bendera PKS yang diusung tinggi-tinggi. Solidaritas Palestina ternyata bisa juga jadi waktu untuk berkampanye.
Di TV pula aku lihat ratusan orang mendaftar sebagai relawan untuk berjuang ke Palestina. Konon para relawan itu akan berangkat ke Palestina untuk melawan Israel. Sekali atas nama sentimen agama. Padahal bukankah tragedi di Palestina adalah tragedi kemanusiaan, yang tak harus dilihat dari kesamaan agama?
Sedih banget memang melihat anak-anak jadi korban di TV dan di koran. Melihat wajah-wajah ketakutan ketika rumah mereka ditembak tentara Israel. Marah rasanya melihat orang-orang Palestina, yang bersenjatakan batu dan roket, melawan tentara Israel, yang konon adalah salah satu tentara terbaik di dunia.
Tapi toh harus realistis. Marah bukan berarti lalu membabi-buta dengan melupakan akal sehat. Misalnya dengan mendaftarkan diri sebagai relawan untuk melawan Israel di Palestina. Apa iya segampang itu.
Sederhana saja pikiranku. Ke Israel bukanlah sama dengan nyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk, tinggal bayar kapal lalu selesai. Banyak masalah yang harus dihadapi kalau mau sana. Perlu transportasi, perlu bahasa, perlu amunisi, dan yang lebih penting bagaimana kalau mau masuk Palestina. Itu semua mungkin bisa dilakukan oleh relawan resmi yang pake jalur diplomatik, seperti para dokter di Mer-C. Tapi kalau relawan lewat jalur tidak jelas seperti yang koar-koar di TV, apa iya semudah itu?
Jelas tidak. Para aktivis anti-perang dan anti-Israel yang sudah berulang kali mencoba masuk ke Jalur Gaza lewat laut pun terus gagal. Apalagi orang-orang yang belum tahu apa-apa di sana. Datang ke Palestina tanpa modal apa-apa, itu pun kalau bisa sampai sana, sama dengan bunuh diri. Konyol..
Peduli pada korban perang di Palestina, atau mendukung kemerdekaan Palestina sekalipun, tidak harus dilakukan dengan hadir secara fisik. Teknologi memudahkan kita untuk peduli dan mendukung mereka. Banyak cara membantu Palestina.
Paling mudah mungkin mengirim SMS. Mer-C, sebuah lembaga kemanusiaan yang sudah sering membantu di daerah konflik membuka kesempatan pada semua orang. Salah satunya bantuan lewat short message service (SMS). Cukup ketik MERC Peduli ke 7505. Maka kita sudah menyumbang Rp 5.000 pada warga Palestina.
Atau bisa saja dengan mengirim bantuan ke BCA cab Kwitang: No. Rek. 686.0153678, BSM cab. Kramat: No. Rek. 009.0121.773 (a.n. Medical Emergency Rescue Committee), dan BMI cab. Arthaloka: No. Rek. 301.00521.15 (a.n. MER-C).
Bagaimana sumbangan itu sampai? Relawan Mer C yang berangkat ke Palestina atas dasar kemanusiaan akan membantunya.
Cara lain adalah dengan aktif di forum-forum interenet. Ketika aku cari dengan kata kunci Support Palestine, maka ada 502,000 website untuk mendukung Palestina yang kutemukan. Website-website ini biasanya menggunakan jalur online untuk mendukung warga Palestina ataupun kemerdekaan Palestina.
Dua di antaranya, yang setauku sangat aktif adalah ANSWER dan Avaaz. Dua aliansi anti-perang ini aktif melakukan demo di kita-kota besar Amerika Serikat untuk menolak perang, termasuk yang terjadi di Palestina saat ini. Mereka juga membuat petisi online untuk dikirim langsung ke petinggi-petinggi Amerika Serikat, negara yang selalu bias mendukung Israel.
Ada pula beberapa grup atau aliansi di internet untuk mendukung Palestina. Bergabung di dalamnya tidak hanya menunjukkan bahwa kita peduli dan mendukung perjuangan rakyat Palestina, tapi juga menambah suara mereka semua.
Cara-cara ini, menurutku lebih logis dibanding dengan mendaftarkan diri sebagai relawan untuk melawan Israel. Sebab sembari mendukung rakyat Palestina, kita toh masih bisa berhalo sapa sama tetangga. Sebab siapa tau mereka juga masih perlu bantuan kita. Jangan sampai peduli yang jauh di negeri orang sana tapi lupa sama tetangga sendiri..
Leave a Reply