Mimpi Indah Wisata Solaria

7 , , Permalink 0

Jika dikelola dengan baik plus dipromosikan dengan bagus, Pelabuhan Sedayulawas akan jadi tempat wisata baru selain Wisata Bahari Lamongan (WBL).

Tempat ini punya potensi dikembangkan jadi tempat wisata menarik. Ada pelabuhan kecil, yang meski tak seramai pelabuhan besar di Tanjung Perak Surabaya apalagi Tanjung Priuk Jakarta, namun terlihat selalu berdenyut tiap kali aku ke sana. Di pelabuhan ini ada ratusan perahu nelayan dan puluhan kapal antarpulau.

Continue Reading…

Dua Panduan untuk Menikmati Bali

5 , , Permalink 0

Bingung mau jalan-jalan di mana saja selama liburan di Bali? Dua buku terbitan Intisari ini bisa jadi panduan.

Buku pertama berjudul Where to Go Bali. Buku ini terbit November 2010 lalu. Materinya tentang lokasi wisata dan aktivitas apa saja yang menarik untuk dilakukan selama di Bali.

Continue Reading…

Emmerich Setelah 70 Tahun Kehancuran

0 , , , , Permalink 0

Pada masa Perang Dunia II, Emmerich am Rein luluh lantak karena pengeboman. Kini, kota di pinggiran Jerman itu tetap menawan.

Menghabiskan sisa satu hari sebelum meninggalkan Belanda, aku memutuskan berkunjung ke Emmerich am Rein, kota kecil dekat perbatasan Belanda dan Jerman. Aku memilih kota di distrik Cleves, Provinsi Dusseldorf ini dengan pertimbangan dekatnya lokasi, mepetnya waktu, murahnya biaya.

Continue Reading…

Aksen “a” Para Penunggang Kuda

6 , , , , Permalink 0

Bahasa Jawa itu punya banyak dialek atau logat. Satu tempat berbeda dialek dengan tempat lain. Karena beda dialek ini, dua orang yang berbicara pun kadang bingung pada makna kata lawan bicaranya satu sama lain meski sama-sama ngomong Bahasa Jawa.

Ini aku alami pula ketika di Bromo, Probolinggo. Pembicaraan sesama penunggang kuda yang memandu perjalanan ke puncak Bromo terdengar asing bagiku. Padahal mereka semua berbincang dalam bahasa Jawa, bahasa yang aku akrabi bahkan sejak aku belum lahir.

Continue Reading…

Semburat Jingga dari Atas Awan

0 , , , Permalink 0

Kabut tebal menyambut perjalanan kami pagi pukul 4 pagi itu. Jarak pandang kurang dari 5 meter. Sinar lampu sepeda motor yang kami tumpangi tak berdaya melawan pekatnya kabut pagi itu.

Tebalnya kabut itu sudah terasa sejak aku meninggalkan penginapan di Cemorolawang, Probolinggo, di kawasan Bromo. Kabut itu bercampur dengan asap yang keluar dari mulutku tiap kali menghembuskan nafas.

Continue Reading…