Jika dikelola dengan baik plus dipromosikan dengan bagus, Pelabuhan Sedayulawas akan jadi tempat wisata baru selain Wisata Bahari Lamongan (WBL).
Tempat ini punya potensi dikembangkan jadi tempat wisata menarik. Ada pelabuhan kecil, yang meski tak seramai pelabuhan besar di Tanjung Perak Surabaya apalagi Tanjung Priuk Jakarta, namun terlihat selalu berdenyut tiap kali aku ke sana. Di pelabuhan ini ada ratusan perahu nelayan dan puluhan kapal antarpulau.
Sedayulawas ini termasuk desa tua. Dalam beberapa referensi yang pernah aku baca, desa ini sudah ada sejak zaman kerajaan kala bendu, istilah kami di sana untuk menyebut sesuatu yang amat lampau. Karena lokasinya di pantai, aku yakin desa ini juga berperan penting pada masa itu.
Di desa tetangga ini pula aku menghabiskan tujuh tahun sekolah. Dari rumahku di Mencorek, sekitar 2 km dari Sedayulawas, antara tahun 1990-1997, aku sekolah di SDN Sedayulawas II, SMP Muhammadiyah 15, dan SMU Muhammadiyah 9. Ketiganya di Sedayulawas.
Pelabuhan Sedayulawas sudah ada mungkin ratusan tahun lalu. Dia terus bersolek, termasuk dengan jembatan di dekatnya. Begitu pula ketika aku pulang kampung kali ini.
Jembatan di jalan raya Tuban – Blimbing ini memberikan wajah baru. Kalau dulunya hanya besi-besi datar, kini bentuknya melengkung di bagian atas. Aku tak tahu apa nama jembatan model ini. Bentuk baru ini modelnya sama dengan jembatan termasyhur saat ini, Suramadu.
Lokasi jembatan ini strategis. Selain masuk jalur alternatif pantai utara (pantura) membelah Jawa, dia juga berjarak sekitar 10 KM dari pusat kawasan wisata baru di Lamongan, WBL.
Lalu, bentuknya yang melengkung juga bisa jadi pemandangan tersendiri.
Satu potensi lagi untuk mendukung tempat ini sebagai tempat wisata adalah kanal buatan dari sungai besar di Jawa, Bengawan Solo. Sodetan Bengawan Solo, begitu warga sekitarnya menyebut, ini memanjang sekitar 4 km dari pelabuhan. Di kanan kirinya tak terlalu bagus. Tapi ada satu bukit kecil yang menarik, Gunung Menjuluk.
Dengan potensi lokasi strategis, pelabuhan, jembatang lengkung (sebut saja begitu) plus kanal buatan, maka tempat ini punya modal untuk dijual sebagai objek wisata. Tinggal sejauh mana dia dikemas agar layak dikunjungi wisatawan.
Untuk itu perlu penataan lokasi plus penambahan fasilitas. Di kepalaku dari dulu terbayang tulisan besar SOLARIA, singkatan dari Sodetan Lamongan Ceria. Tulisan besar ini seperti BDG di kawasan Dago, Bandung; atau PANTAI LOSARI di Makassar; dan I am Sterdam di Amsterdam, Belanda. Dia akan jadi land mark atau penanda sebuah lokasi. Lalu, orang-orang akan merasa ada yang belum lengkap jika belum berfoto dengan latar belakang tulisan ini.
Selain tulisan besar ini, perlu penataan pula. Sampah-sampah dibersihkan biar tidak numpuk di pinggir jalan seperti saat ini. Ada pula pedesterian atau taman tempat pengunjung bisa jalan-jalan menikmati pelabuhan atau senja di sana.
Makin lengkap lagi kalau ada kegiatan wisata. Misalnya, naik perahu susur kanal dari ujung pelabuhan hingga sekitar kampungku, Mencorek. Pengunjung bisa menikmati hutan bakau atau kerennya Gunung Menjuluk selama menyusuri kanal yang agak berlumpur ini.
Nah, di tengah perjalanan, kanal bisa singgah dulu di kampungku. Di sana ada warung kopi, tempat makan, atau toko oleh-oleh. Semua dikelola warga. Jadi, pariwisata baru ini akan jadi sumber penghidupan baru warga kampung. Biar tak makin banyak pemuda nanggung gak jelas yang jadi pengangguran.
August 13, 2011
wow….keren Bro,,,,2 minggu yg lalu aku barusan lewat jembatan itu,kaget!bagus jg….serasa lwt suramadu mini….
August 22, 2011
keyen..
serius, mantapz banget idenya. coba ada pemodal yang baca blog ini. kalo nunggu pemerintah apa bisa ya :p
December 14, 2011
Makasih kawan kita sama2 wong sedayu
August 1, 2012
tpi kyak x ng’ munkin
October 24, 2012
aq setuju pendapat kalian semua klo sdayu tuh dijadiin W1SATA …
banyk Klebihan DIdsa S3d4yu
1.Dipelabuhanya B4gus
2.pantainya pantai PeS1SIR lOsaR1
3.kALINYa yaNG JuRUSan Ke B3NGaW4n SOLO
4.wSt4 gUnUNg M3nJuLuk OK .!
5.jALURnYA PNtUR4
yANG bCa KoMENt Q sEMOGA sUKses
January 12, 2013
Desa ini di zamannya, desa yang kosmolitan. Mata pencaharian warganya juga beragam, yang paling dekat dengan laut dengan sebagai nelayan, pedagang antar pulau; ( ada pelabuhan rakyat telah berubah menjadi Pelabuhan Nusantara ). Wilayah timur petani jagung, kacang, lombok. Di seberang barat terbentang pertambakan dan perikanan, di ujung selatan petak-petak petani garam. Jumlah penduduknya 12.000,; jiwa, kawan.
Wisata alamnya tertulis di atas, coba wisata relegi, atau sejarah terdapat situs Makam Abdul Kohar ( Ayahanda Sunan Sendang Duwur di depan Masjid Jami’), Situs patung/ watu celeng di duga ini tempat pemandian bangsawan-bangsawan Era kerajaan Airlangga, Makam keramat di atas Gunung Menjuluk terdiri dari 3 makam. Makam di atas gunung ini, yang masih mesteri ada kaitan apa dengan Desa Sedayu Lawas.
April 3, 2013
wes sippp. tak dukung kui,,,,,