Merayakan Kebersamaan Petani Flores

Teriakan bergemuruh di aula itu menggetarkan. “Hidup petani! Hidup petani! Hidup petani!”

Sekitar 350 petani mengepalkan tangan bersama sambil berteriak memekikkan salam. Tua, muda, perempuan, laki-laki, juga beberapa bocah berdiri dalam dua kelompok berhadapan. Mereka saling membalas setelah bersama berteriak mengeja satu per satu huruf P-E-T-A-N-I.

Continue Reading…

Bertani, Mendayung Rakit Mendaki Bukit

Seumur-umur, baru kali ini aku liputan sampai naik rakit. Bukan di Kalimantan atau pulau lain yang penuh sungai. Ini di Bali!

Jadinya mengejutkan. Apalagi lokasinya bukan di Bedugul atau Kintamani yang memang ada danaunya, tapi di daerah Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Daerah ini, setahuku, tak punya danau. Adanya cuma sawah di dataran rendah dekat pantai dan kebun rimbun di bukit.

Continue Reading…

Cepat Saji Tak Selalu Bikin Ngeri

Para remaja itu terus saja mengatakan, fast food itu buruk terhadap kesehatan. Lha, bagaimana kalau fast food itu pakai bahan organik?

Mereka mengatakannya ketika ditanya juri dalam seleksi remaja Duta Pangan Sehat VECO Indonesia, Sabtu ini. Ada 16 remaja yang ikut tahap final ini. Dari 16 itu, separuh di antaranya akan dipilih sebagai duta tersebut. Totalnya akan ada 12 remaja. Empat remaja lain diseleksi dari Boyolali dan Solo.

Continue Reading…

Racun Itu Kita Konsumsi Sehari-hari

Sejak sekitar April lalu, aku dan istri sepakat mengganti menu makanan sehari-hari. Selain kami makin mengurangi makan daging, terutama ayam pedaging yang penggemukannya disuntik testosteron itu, kami juga beralih ke produk organik.

Soal daging, sekali lagi terutama daging ayam broiler, salah satunya karena dipicu tayangan di TV tentang bagaimana peternakan ayam itu berlangsung dengan sangat sadis. Mulai dari pengeraman yang dilakukan mesin, lalu si bayi ayam langsung bertemu besi dan baja ketika lahir, penyuntikan terus menerus dengan testosteron agar ayamnya gemuk, sampai pembunuhan ayam yang lebih tepat disebut pembantaian.

Continue Reading…

Tumbuh Tanpa Dukungan Pemerintah

Hira Jhamtani, teman yang juga aktivis dan peneliti tentang globalisasi, mengirim kabar gembira pekan lalu. Tulisanku tentang pertanian organik di Indonesia dimuat Jurnal Third World Resurgence.

Pengantar di tulisan yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris tersebut sebagai berikut.. “While figures and statistics are increasingly showing that sustainable agriculture is viable in ensuring food security and rural livelihoods, it is important to note that agriculture is also about human experiences.  Sustainable agriculture is a story about lives, about how farmers struggle to make changes for a better future.  Drawing on the Indonesian experience, this article presents a set of such stories about farmers in Indonesia who have proven that sustainable agriculture works.”

Ini tulisannya dalam Bahasa Indonesia..

Continue Reading…

Membantu Produsen, Mengingatkan Konsumen

Setelah produksi pertanian sudah terpenuhi, VECO Indonesia kini mendorong konsumen agar lebih peduli produk pertanian sehat. Tulisan ini adalah bagian ketiga dari tulisanku untuk LONTAR, media internal VECO Indonesia, LSM tempat aku kerja part time.

Setelah divonis oleh dokter bahwa dirinya terkena penyakit diabetes 16 tahun lalu Nuraini pun mulai mengonsumsi beras organik. “Saya ingin menjaga kesehatan saya tanpa mengonsumsi beras yang sudah tercemar pestisida,” kata ibu dua anak ini. Nuraini, pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo ini yakin bahwa beras organik lebih sehat dan bagus untuk mencegah dampak lebih buruk diabetes. “Sejauh ini saya bisa menjaga berat badan tetap sehat dan stabil,” katanya.

Continue Reading…

Dari Rebutan Lahan ke Pengolahan Hasil Pertanian

VECO Indonesia memfasilitasi petani mempertahankan tanah ulayatnya dan mengolah hasil pertanian untuk menaikkan harga jual. Tulisan berikut adalah artikel untuk LONTAR, media internal VECO Indonesia, LSM tempat aku kerja part time.

Advokasi Tanah di Kawasan Watuata
Sejak sebelum Indonesia merdeka, warga adat di tepi hutan Watuata, Kabupaten Ngada sudah hidup dari hasil pertanian mereka termasuk kopi. “Kami sudah di sini sejak zaman Belanda,” kata Vinsensius Loki, petani di kawasan sekitar 10 km barat kota Ngada itu. Secara turun temurun, petani menanam, merawat, dan memanen kopi di tepi maupun di dalam hutan yang mereka anggap milik sendiri. Hasil pertanian mereka dieskpor hingga Amerika Serikat.

Continue Reading…

Memadukan Rantai Pertanian yang Berserakan

VECO Indonesia merajut rantai pengembangan pertanian berkelanjutan dari produksi hingga pemasaran. Tulisan ini adalah bagian pertama dari tulisan untuk LONTAR, media internal VECO Indonesia, LSM tempatku kerja part time..

Rovinia Jenia, 28 tahun, semangat bercerita. Dia mengangkat tutup lancing (tempat penyimpanan gabah) di gudang lalu menunjukkan gabah di dalamnya. “Di sini kami bisa menyimpan gabah sampai dua bulan,” katanya. Lancing, wadah dari anyaman bambu, itu jadi tempat menyimpan gabah sekaligus harapan.

Continue Reading…