Para petani Sulawesi ternyata pintar berakting juga.
Tiga petani Dominggus, Anton, dan Baso masuk ke sungai. Baso yang suka tersenyum membuka celana. Dia lalu jongkok di sungai dengan air setinggi mata kaki itu. Anton merekamnya.
Maka, menulislah untuk berbagi. Agar ceritamu abadi.
Dari ketinggian Tanah Pasundan, petani-petani kecil ini membantah mitos tentang kedaulatan pangan.
Selama ini sudah kadung melekat di kepala banyak, urusan pangan hanya bisa dipenuhi industri pertanian berskala besar. Mitos tersebut terus disebar oleh perusahaan-perusahaan pertanian didukung pemerintah dan para peneliti.
Akhirnya sampai juga di Mbay, Flores bagian utara.
Perjalanan dari Ende, di ujung selatan Flores, ke Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Barat ini sekitar 3 jam. Rutenya sama dengan jalan di Flores pada umumnya, naik turun dan berkelok-kelok.
Meskipun sudah berkali-kali ke Flores, ini pertama kali aku ke Mbay. Sebagai kota baru, dulu bagian dari Kabupaten Ngada sebelum jadi kabupaten sendiri, Mbay tak jauh berbeda dengan Labuan Bajo, Manggarai Barat. Keramaian dan kemajuan keduanya masih kalah meskipun dibandingkan dengan ibukota kecamatan atau malah kelurahan di Jawa atau Bali.
Dengan semangat 45, Lewardi menunjukkan rumah-rumah yang dibangun atau diperbaiki dengan uang kredit.
Rumah-rumah itu di Desa Batu Pangan Daala, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Lokasinya sekitar satu jam dari Polewali, Kota Kabupaten Polman. Dari Makassar perlu waktu sekitar 7 jam. Jauh.