Tinggal Pilih: Konro, Sup Saudara, atau Ikan Mas

3 , , , Permalink 0

Konro!

Sup konro dan konro bakar menjadi penutup perjalanan yang sungguh nikmat di Sulawesi pekan lalu. Kami menikmati menu ini di warung makan Sop Konro Karebosi, di belakang stadiun Karebosi Makassar. Konro itu sebutan orang lokal untuk tulang iga sapi. Warung ini jadi tujuan kami makan siang karena Amir PR, teman wartawan di Makassar, yang mengajak.

Sop konro, tentu saja berupa sup. Dagingnya pakai iga sapi dipotong kurang lebih sepanjang HP gitu deh. Ada tiga potong dalam tiap porsinya. Kuah sup ini mirip rawon dengan bumbu cengkeh dan kayu manis yang sangat terasa. Makanya warna supnya agak coklat gitu.

Sedangkan konro bakar tidak jauh beda dengan supnya. Cuma dia tidak pakai kuah, tentu saja. Konro bakar ini dipanggang dengan bumbu sederhana seperti bawang dan jahe. Nah, bumbu kacang konro bakar ini yang bikin uenak.

Meskipun pakai daging sapi, sop konro dan konro bakar ini lunak banget. Empuk. Jadi tidak usah berjuang keras untuk memakannya. Tinggal gigit dan kunyah. Lalu mata merem melek menikmati gurihnya. Tapi, Peni temanku bilang kalau konro di sini tidak seenak konro yang dia pernah coba di tempat lain. Aku tidak tahu di mana itu.

Bagiku yang di sana sudah enak banget. Mungkin juga karena saking lapernya. Kami makan pukul 2an siang setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Parepare di tengah hujan lebat sepanjang jalan. Makanya perut jadi keroncongan. Begitu dikasih konro, langsung kami hajar sampe tuntas.

Harganya tidak terlalu mahal menurutku. Satu porsi Rp 25 ribu. Tapi kan isinya tiga potong konro, bok. Untuk empat orang kami menghabiskan kurang dari Rp 150 ribu.

Selain konro bakar dan sop itu, makanan lain yang enak adalah sup saudara. Makanan ini agak lucu memang. Aku pikir saudara itu merek. Ternyata nama generik. Menurutku sup ini sama plek termasuk bumbunya dengan sup konro. Bedanya dia pake daging potong, bukan iga.

Kami makan di warung 77, kalau tidak salah di Pinrang ketika kami dalam perjalanan menuju Mamasa dari Makassar. Sup saudara jadi pelengkap selain bandeng bakar, pepes jeroan bandeng, dan cumi bakar. Pesisir Sulawesi Selatan memang paling pinter menyajikan ikan bakar, termasuk bandeng. Yang unik, minuman kami adalah jus markisa. Rasanya segar sekali..

Nah, makanan lain yang layak ditulis adalah ikan mas di Mamasa. Kami menyantapnya ketika makan siang di rumah Agustinus Malia, petani di Desa Minake, Kecamatan Tandukkalua, Kabupaten Mamasa. Ikan mas ini segede gambreng. Nampan tempat ikan saja sampai tidak muat jadi tempat.

Bagiku rasanya hambar. Mungkin karena pada dasarnya aku memang tidak suka ikan tawar. Tapi si Anna, manajer di kantorku, bilang enak banget. Warga setempat juga sepertinya sangat melihat ikan mas ini sebagai menu istimewa. “Kalau di kota harga ikan segini sudah sampai seratus ribu satu porsinya,” kata beberapa petani yang makan bersama kami. Mereka juga seperti sampai rebutan gitu makan kepala ikan ini.

Beberapa orang bilang kalau makan kepala ikan mas itu bisa menaikkan libido. “Makanya harus makan bareng istri,” kata Agus lalu tertawa.

3 Comments
  • Oming
    February 23, 2009

    Sluuurrrpp…..!!! Jadi pengen…
    Eh BTW mas anton udah ngajak istri kan? Kasian loh gada “pelampiasan”
    Wakakakakakkkkk

  • wahya
    February 23, 2009

    Baru sampe kantor langsung baca tulisannya om Anton jadi langsung pengen keluar lagi beli makan hehehehe

  • okanegara
    February 24, 2009

    “Beberapa orang bilang kalau makan kepala ikan mas itu bisa menaikkan libido”……….ini masih masuk kategori efek plasebo namanya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *