Setelah selesai liputan tentang organisasi petani di Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), teman dari Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) menyampaikan penawaran menarik. “Mau ke perbatasan Timor Leste gak? Tidak jauh, kok. Hanya sekitar 8 km,” katanya.
Yap. Tentu saja kesempatan yang harus digunakan. Belum tentu besok-besok akan ke sini lagi.
Maka kami pun segera naik turun berkelok-kelok melewati jalan tanpa aspal menuju perbatasan. Tapi jalan itu segera berganti dengan jalan raya bagus berhotmiks setelah keluar dari kawasan hutan. “Ini kan jalan antar-negara. Jadi harus bagus. Sekaligus untuk menjaga citra negara,” kata Agus, teman dari YMTM, pemandu sekaligus tukang ojekku. 🙂
Sekitar 30 menit perjalanan, dan bagiku itu terasa sangat lama karena psikologi orang yang pertama kali datang ke sebuah tempat, sampailah kamu di perbatasan Indonesia – Timor Leste. Perbatasan ini berada di Napan Bawah Indonesia dan Distrik Oecussi, wilayah Timor Leste yang nyempil di kawasan NTT.
Kami hanya berniat melintas batas dua negara sambil foto-foto. Meski begitu kami harus meminta izin secara berjenjang. Pertama dari tentara yang menjaga di pos perbatasan. Tentaranya ramah, tak segarang yang aku duga. Semua dalam posisi santai. Aku tidak melihat ada yang bawa senjata sama sekali. “Silakan. Tapi kasih tau juga ke polisi di sana,” kata salah satu dari sekitar tujuh tentara Yonif 744 itu.
Lalu kami minta izin ke polisi. Kantornya lebih dekat lagi ke perbatasan. Ada satu orang berpakaian dinas, satu lagi pakaian biasa. Keduanya juga mengizinkan kami untuk melintas batas. “Itu tugunya kelihatan dari sini,” ujar salah satunya sambil menunjuk tugu perbatasan. Izin dari Imigrasi, yang berada paling dekat dengan perbatasan, juga kemudian kami peroleh tanpa harus menunjukkan apa pun selain niat. 🙂
Batas dua negara ini hanya berupa tugu kurang dari satu meter tingginya. Ada tulisan Timor Leste – Indonesia di atasnya dengan bendera Timor Leste menghadap wilayah Indonesia dan bendera Indonesia menghadap wilayah Timor Leste. Tugu kecil ini penanda dari batas lebih tegas lainnya, sungai kering sepanjang dua batas wilayah negara.
Agus, teman pemandu itu agak takut ketika aku ajak masuk wilayah Timor Leste lebih jauh lagi. Tapi akhirnya dia mau juga untuk mencoba. Aku sebenarnya pengen sampai pos penjagaan tentara Timor Leste yang berjarak sekitar 100 meter dari tugu. Tapi dia tidak mau. Akhirnya kami cuma foto-foto di sana. Di tapal batas, pasar Timor Leste, juga beberapa warga Timor Leste yang sedang bekerja di sana.
Terakhir sebelum balik ke negara sendiri, kami pipis dulu. Sekadar kenang-kenangan buat negara tetangga. Hehehe..
Pas kami masuk ke wilayah Indonesia kembali, kami disambut tulisan yang membuat tertawa. “Welcome to Kawin Kontrak Room..”
Leave a Reply