Dari awal sebenarnya tak terlalu tertarik ke Manila.
Salah satu sebabnya karena memang sudah mendengar tentang semrawut dan macetnya ibu kota Filipina ini. Manila sepertinya tidak terlalu menarik.
Namun, karena sudah kadung mengiyakan, tak enak juga kalau batal. Aku pun ke Manila meski hanya tiga hari dua malam, 8-10 November lalu.
Perjalanan ke Manila dari Bali bisa menggunakan dua pilihan, langsung atau transit lewat Kuala Lumpur atau Bangkok dengan perjalanan agak memutar. Aku memilih yang langsung saja dengan maskapai Philippine Airlines. Berangkatnya pagi buta, pukul 1.25 WITA.
Selama hampir 4 jam penerbangan, aku pun tidur saja. Apalagi kursi-kursi di sebelahku juga kosong melompong. Walhasil, tidurnya serasa di kamar sendiri. ?
Begitu masuk Manila, memang terasa semrawutnya kota ini. Wajahnya persis Jakarta atau bahkan lebih semrawut lagi. Begitu pula lalulintasnya. Makanan juga standar. Tidak ada yang istimewa.
Selama di Manila, aku menginap di Quezon City. Dia masih bagian dari Metro Manila. Semacam Jabodetabek-lah kalau di Jakarta.
Agenda utama ke Manila adalah pertemuan konsultasi dengan lembaga hak asasi manusia (HAM) dari negara-negara anggota ASEAN pada 9 November. Isunya tentang hak-hak digital. Sehari kemudian ada juga diskusi dengan teman-teman aktivis ASEAN terkait isu serupa.
Dengan waktu mepet, tak banyak kesempatan untuk menikmati kota ini. Namun, alasan lain ya karena memang kota ini tak memiliki banyak pilihan tempat untuk dikunjungi.
Sejak baru tiba aku sudah tanya beberapa teman di sana, ke manakah tempat menarik buat menikmati Manila. Jawabannya kompak semua, mall! Heh, mall? Iya. Mal menjadi tempat paling populer bagi warga Manila.
Cek kali cek, ketemulah dua lokasi yang sebenarnya menarik juga untuk tujuan jalan-jalan: Intramuros dan Mall of Asia.
Intramuros merupakan kawasan kota tua Manila. Selain bangunan-bangunan tua, ada juga bekas benteng di kawasan ini. Aku membayangkan semacam Centro Historico di Quito, Ekuador sana.
Ternyata jauh banget dari apa yang aku bayangkan. Hanya bekas kota tua yang baru-baru ini mulai direvitalisasi. Belum terlalu menarik dan tertata tetapi ya tetap lumayanlah buat tempat jalan-jalan daripada tidak sama sekali.
Aku tiba di sana saat sudah petang. Hari sudah gelap. Hujan lagi. Lengkaplah sudah. Sopir menurunkanku di depan Gereja San Agustin. Gereja ini semacam ikon kawasan kota tua Intramuros.
Bangunan tegap dan kehitaman terlihat temaram petang itu. Namun, lampu-lampu hias di pinggiran bangunan mengantarkan kerlip cahaya yang cantik sekali. Langit masih biru. Tanda salib yang anggun.
Ah, untunglah masih bisa memotret cantiknya gereja yang dibangun pada abad ke-18 itu. Sayangnya aku tidak boleh masuk. Sepertinya karena sedang ada ibadat di dalamnya.
Intramuros punya beberapa tempat lain yang menarik. Sayangnya petang itu hujan. Jalanan licin dan gelap. Jadilah aku berjudi saja menyusuri jalan becek dan gelap di antara kemacetan Manila hingga satu jam kemudian tiba di tempat keramaian, semacam pasar malam.
Hujan masih deras mengguyur ketika aku kembali ke hotel, kembali berjuang di antara kemacetan Manila.
Tempat kedua buat jalan-jalan di Manila adalah Mall of Asia. Iyes, mall. Enggak banget sih sebenarnya tetapi daripada tidak ke mana-mana ya aku ke sini saja. Semata karena tempatnya searah dengan Banda Internasional Ninoy Aquino.
Beberapa teman sudah menyarankan untuk mampir tempat di daerah bernama Pasay ini. Aku baru ke sana dalam perjalanan menuju bandara. Mumpung ada waktu hampir setengah hari.
Kawasan Mall of Asia ini relatif tertata dan rapi. Tempatnya besar. Salah satu yang unik adalah Globe Rotunda, bola raksasa di dekat pintu masuk mall yang konon terbesar di Manila ini.
Namanya mall ya begitu saja. Tempat makan dan belanja. Tidak ada yang terlalu istimewa. Namun, di belakang mall ini ternyata asyik juga. Ada tempat jalan-jalan dan bersantai di pantai. Pantainya sih tidak terlalu menarik. Berbatu. Air keruh. Angin kencang.
Namun, pantainya tertata. Enak buat jalan-jalan. Banyak yang sekadar duduk-duduk atau menikmati aneka makanan di sini. Deretan kafe di sepanjang pantai juga bisa menjadi pilihan buat menikmati petang di sana.
Ya, daripada tidak ada sama sekali toh..
Leave a Reply