Rusaknya Jalan di Nusa Penida

0 , , Permalink 0

Luka di lengan kanan itu sangat perih terasa.

Darah memang tidak sampai mengucur. Namun, darah yang tertahan itu justru membuat lengan terasa lebih nyeri. Perih.

Sebagian kulit mengelupas bekas kena aspal. Satu dua kerikil bercampur debu dan bekas daun kering menempel di luka itu.

Tapi, bukan luka itu yang membuatku khawatir. Aku justru mengkhawatirkan anakku, Satori. Dia ikut terjatuh bersama sepeda motor yang kami tumpangi Senin lalu. Dia menangis dipeluk Mahayanthi, teman yang duduk di belakang hari itu.

Untungnya mereka tak luka sama sekali. Tidak juga kesakitan. Aku saja yang luka lumayan: di lengan kanan di dekat siku dan di dengkul kanan.

Kejadiannya begitu cepat. Aku sendiri malah tidak begitu ingat bagaimana. Hanya samar-samar dalam ingatan. Aku agak kaget setelah berbelok ke kiri di jalan yang agak menanjak dan kemudian menurun itu. Setelah belok kiri, aku tak terlalu bisa menguasai sepeda motor di jalan rusak tersebut.

Bruk! Kami jatuh. Sepeda motor terpeleset ke kiri jalan. Lalu jatuh bersama kami ke jalan rusak.

Lokasi kami jatuh tersebut di jalan menuju Banjar Semaya, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung. Desa ini masuk di pulau di seberang Bali daratan.

Pagi itu kami hendak ke desa penghasil rumput laut terbesar di Bali tersebut. Aku mau memotret dan ngobrol dengan petani rumput laut mumpung lagi di Nusa Penida untuk ikut Nusa Penida Festival.

Tapi, ternyata perlu perjuangan tersendiri menuju Semaya, tempat produksi rumput laut tersebut. Tantangan utamanya ya jalan rusak itu. Apalagi bagi pengguna yang tak terbiasa dengan jalan rusak seperti aku.

Namun, rusaknya jalan ini menjadi hal biasa di Nusa Penida. Nyaris semua jalan dari ujung ke ujung pulau seluas 202.840 hektar ini memang rusak.

Ketika ke sana pada tahun lalu, rusaknya jalan ini sudah terasa. Begitu pula ketika ke sana kali ini. Sejak dari pelabuhan terbesar di pulau ini, tepatnya di Pelabuhan Batununggul hingga bagian paling ujung di sisi selatan seperti Desa Tangled, semua jalan itu rusak.

Hanya satu dua yang terasa mulus.

Umumnya jalan tersebut bukan hotmik. Hanya aspal. Itu pun lebarnya hanya cukup buat mobil papasan. Di sana-sini banyak berlubang. Padahal jalan juga berkelok-kelok naik turun. Sekilas aku ingat jalanan di Flores ketika melewati beberapa bagian jalan di sini.

Menurut Wayan Sukadana, warga lokal yang juga mengelola media komunitas Nusa Penida Media, sekitar 65 persen jalan rusak di Kabupaten Klungkung memang ada di sini.

Kondisi ini terasa ironis jika melihat mulusnya jalan-jalan di Bali daratan, termasuk di wilayah Klungkung, kabupaten di mana Nusa Penida berada. Malah kadang-kadang aneh, jalan masih mulus dan bagus tiba-tiba sudah dibongkar untuk diganti.

Tapi ya jalan rusak ini memang bukan cuma di Nusa Penida. Di daerah lain di pelosok Bali pun tak jauh beda. Coba deh sesekali ke Jatiluwih (Tabanan), Tianyar (Karangasem), dan seterusnya. Daerah-daerah itu jalanannya rusak ketika di tempat lain, wajah Bali terus dipoles biar kelihatan menggoda.

Ironis ya?

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *