Rumah Tulisan

maka, menulislah untuk berbagi, agar ceritamu abadi.

Penang, Warna-Warni yang Melampaui Imaji

Gerimis turun pelan tak menghalangi turis dalam antrean.

Satu-satu mereka maju. Berpose sekitar semenit dua menit. Jepret. Jepret. Bergantian mereka bergaya di depan kamera. Seolah naik sepeda sesungguhnya.

Padahal, sepeda yang mereka gunakan untuk bergaya itu hanya bagian dari lukisan dinding. Dua anak berusia kira-kira 10 dan 3 tahun berboncengan. Si gadis berambut kuncir duduk di sadel di depan mengayuh sepeda. Bocah laki-laki membonceng di belakang.

Sepeda bekas model jengki itu menempel di dinding. Dibiarkan tetap ada di sana meskipun di tepi jalan ramai. Adapun dua bocah benar-benar hanya lukisan.

Toh, gambar dinding itulah yang kemudian menjadi salah satu ikon pariwisata di Kota Penang, Malaysia bagian utara. Para turis seolah belum sah berkunjung ke Penang jika belum berkunjung ke tempat ini.

Aku salah satu korbannya.

Begitu tiba di Penang juga ingin berkunjung ke sini, antara penasaran sekaligus tak kuasa menahan godaan memamerkan foto ke media sosial. Biar sah sebagai bagian dari generasi pemuja citra.

Ini perjalanan pertamaku ke Penang. Ada pekerjaan dua hari menerjemahkan materi keamanan digital bersama teman-teman dari Indonesia dan Kamboja. Mumpung ke sini, sekalian saja tambah sehari untuk menikmati kota di pulau terpisah dari Malaysia daratan ini.

Dari Bali ke Penang perlu dua kali penerbangan. Denpasar – Kuala Lumpur lanjut ke Penang. Setidaknya begitu hingga 23 Juni lalu pas aku berangkat. Dari Bali sekitar pukul 1 siang, tiba di Penang sudah tengah malam termasuk transit di Kuala Lumpur.

Hotel pertama tempat menginap adalah rumah yang berfungsi sebagai penginapan. Namanya No 12 Penang Old House. Tempatnya asyik. Terasa sebagai rumah biasa, tetapi dilengkapi fasilitas ala hotel.

Tak enaknya cuma satu. Tidak ada resepsionis 24 jam sehingga agak repot pas tiba di sana tengah malam. Selebihnya asyik saja di sini karena dekat dengan tempat makan dan kawasan paling populer di Penang, Kota Tua George Town.

Dua malam selanjutnya aku pindah ke hotel lokasi kegiatan yang berada di kawasan ini.

George Town adalah kawasan wisata paling banyak dikunjungi di Penang. Daerah ini kawasan kota tua dengan bangunan-bangunan ratusan tahun bergaya kolonial. Mirip Melaka, tetapi di sini terasa suasana kultur Chinanya.

Di antara banyak jalan populer di kawasan George Town ini, Lebuh (Jalan) Armenian terlihat paling ramai. Selain toko suvenir juga ada kafe, restoran, tempat penyewaan sepeda, dan tentu saja lukisan dinding jalanan (street art) bernama Little Children on a Bicycle itu tadi.

Hal paling terasa dari Penang, sejauh yang aku lihat, memang geliat seni lukis jalanan itu. Dia hampir ada di setiap pojokan, termasuk dua hotel tempatku menginap.

Begitu pula di kawasan George Town. Selain gambar dua anak kecil main sepeda itu, lukisan lain adalah anak laki-laki main sepeda (Boy on a Bike) di Jalan Ah Quee, anak main bola basket di dinding depan kafe LAVISH, anak-anak main ayunan dan penjual susu kedelai di salah satu gang Jalan Chulia, dan banyak lagi.

Sebagian besar lukisan dinding itu aku temukan hanya ketika berjalan kaki begitu saja. Tidak khusus mencari kecuali lukisan pertama, dua bocah main sepeda itu.

Jarak antara satu lukisan dengan lukisan lain memang tak terlalu jauh. Makanya relatif mudah ditemukan ketika jalan kaki pusing-pusing alias putar-putar di George Town. Apalagi umumnya trotoar di Penang memang ramah pejalan kaki. Sesuatu yang bikin iri karena nyaris mustahil ada di Denpasar.

Tempat menarik lain di dalam kawasan George Town adalah Chew Jetty. Pelabuhan ini unik karena sampai sekarang berfungsi juga sebagai kawasan pemukiman di atas laut. Semacam rumah panggung tepi pantai.

Kawasan pemukiman ini juga jadi pasar suvenir. Lumayan riuh sebagai tempat jalan-jalan karena gang-gang perumahannya tak lebih dari 2 meter. Jika ramai, pengunjung sampai berdesak-desakan di gang.

Sayangnya, pasar oleh-oleh Chew Jetty ini hanya buka sampai sekitar pukul 7 malam, seperti halnya kawasan George Town itu sendiri.

Selain belanja oleh-oleh, Chew Jetty juga menawarkan tempat bersantap enak dan unik untuk makan. Salah satunya Chew Jetty Big Bowl Noodle. Ini mie dengan aneka pilihan dari babi sampai pangan laut dalam mangkok berdiameter kira-kira 50 cm.

Aromanya sangat menggoda dan kami tak kuasa menolaknya. Satu mangkok raksasa untuk berempat. Ternyata, itu masih tersisa. Besok-besok jika ke sini lagi, sepertinya harus bawa pasukan lebih banyak lagi..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *