Perjalanan kali ini dimulai dari kekhawatiran berlebihan.
Sebelum berangkat, pikiranku sudah dipenuhi aneka rupa pertanyaan. Berapa lama penerbangan ke sana? Berapa jauh? Amankah penerbangannya?
Pertanyaan-pertanyaan tak penting itu terus menggantung di pikiran. Sudah aku cari jawabannya sendiri. Cek lama penerbangan ke website maskapai. Cek jarak dan waktu tempuh dari bandara ke kota.
Juga meyakinkan diri bahwa penerbangan pasti aman.
Tapi, jujur saja, kali ini kehawatiranku memang berlebihan. Padahal, sudah sejak lama berharap suatu saat bisa mengunjungi pulau di ujung timur negeri ini, Papua.
Maka, begitu ada undangan mengisi pelatihan jurnalistik di sana, aku senang tiada tara. Ironisnya, dia bercampur aduk dengan kekhawatiran. Hal pertama yang terlintas di pikiran adalah perjalanan pasti jauh. Medan pasti berat. Pasti capek. Pasti berbahaya.
Hingga kemudian semua terbantahkan begitu aku tiba di Jayapura Selasa pagi. Penerbangan Denpasar – Jayapura perlu sekitar lima jam termasuk 30-an menit transit di Timika.
Penerbangan juga tidak selama yang aku kira sebelumnya. “Hanya” 3 jam dari Denpasar ke Timika. Setelah transit sekitar 30 menit lanjut 1 jam dari Timika ke Jayapura.
Selebihnya, mari menikmati keindahan Papua.
Keindahan itu sudah terlihat ketika pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 hendak mendarat di Bandara Sentani, Papua. Danau, teluk, dan bukit menyapa kedatangan tiap orang ke pulau ini.
Begitu mendarat, kami menyusuri sekitar 30 menit perjalanan dari Bandara Sentani yang populer itu ke Hotel Grand Abe di Abepura. Dalam perjalanan, Danau Sentani di kanan terlihat tenang dikelilingi berbukitan. Di kiri jalan, bukit-bukit berdiri anggun meskipun sayangnya di sebagian tempat sudah bopeng-bopeng karena dikeruk.
Sayangnya memang aku tak punya cukup waktu menikmati semua itu.
Perjalanan kali ini atas kebaikan hati WWF Indonesia. Kantor program Papua mengundangku memandu empat hari pelatihan jurnalistik untuk staf mereka Selasa-Jumat kemarin.
Dari lima hari di sana, empat hari di antaranya penuh untuk pelatihan. Tapi, masih untung karena ada waktu untuk keluar menikmati sebagian keindahan Papua.
Pada hari ketiga, kami melakukan reportase lapangan di Kabupaten Jayapura. Dalam perjalanan itu, bersyukurlah aku bisa menikmati danau, naik turun bukit menuju desa di tepi hutan pedalaman Papua, dan bertemu wajah-wajah asli Papua.
Pada hari terakhir pelatihan, untungnya pula kami sempat bermain ke Kota Jayapura yang berjarak sekitar 10 km dari Abepura. Kami tiba di sana ketika sudah malam. Kerlap-kerlip cahaya di antara gelapnya Teluk Papua sungguh sedap dipandang mata.
Sayangnya, lagi-lagi, tak banyak waktu menikmati keindahannya. Semoga saja setelah yang pertama, nanti ada kunjungan kedua, ketiga, dan seterusnya. ?
November 26, 2015
pantesan mas anton gelisah sekali sewaktu mau pulang, takut tertinggal pesawat hehe… Salam Sukses Bung.
July 19, 2016
Terima Kasih Ilmunya Mas Anton. Bermanfaat…
Pertama sih senang karena akhirnya bisa bertemu orang yang selama ini aku rajin baca blognya….:-)
Dan sekarang sudah mulai berani nulis untuk Publikasi…
Thanks alot untuk bagi pengalamannya. Makin sukses ya mas Anton