Cuma mau mencatat siapa saja pilihanku hari ini dan kenapa.
Memang sih tidak ada yang sempurna, termasuk para caleg. Jadi ya, begitulah kemudian aku pun ikut memilih pada pemilu legislatif hari ini. Sederhana saja sih, karena aku masih percaya pemilu bisa menjadi jalan terbaik.
Yap!! Ini penting banget dicatat.
Bagiku pemilu masih jadi jalan terbaik bagi Indonesia untuk jalan peralihan kekuasaan. Daripada terus gontok-gontokan seperti di Thailand. Atau kudeta militer seperti di Mesir. Atau malah perang suadara seperti di Suriah.
Sori kalau terdengar terlalu nasionalis. Meskipun masih dengan banyak catatan, Indonesia masih layak jadi negara yang dibanggakan untuk urusan demokrasi. Pemilu salah satunya.
Sayangnya sih ya sangat sedikit caleg yang benar-benar bersih, meyakinkan dan layak dicoblos tanpa catatan dalam pemilu kali ini. Tapi, ya bukan berarti tidak ada sama sekali.
Karena itulah maka aku memilih beberapa nama berikut dalam pemilu hari ini. Sekadar catatan kalau mereka jadi anggota legislatif nanti biar ingat siapa salah satu yang memilihnya.
DPD
Pilihan jatuh pada Made Suarnatha. Pertama tentu karena teman sendiri. Kedua karena Pak Suar memang sudah bekerja lama di pemberdayaan desa maupun isu lingkungan di Bali.
Dalam beberapa kesempatan, kami pun bekerja sama secara personal ataupun atas nama lembaga.
Kepercayaan pada Pak Suar sempat goyah ketika ada sedikit masalah. Tim suksesnya menyebar kartu nama dan bahkan memasukkan diam-diam ketika teman-teman Sloka Institute punya acara.
Tapi ya kemudian dia meminta maaf. Dan, bagiku juga “cacat kecil” itu tak tepat jika digunakan untuk menghapus catatan baik Pak Suar selama ini. Jadi, dengan sepenuh hati, aku memilihnya.
DPR RI
Seperti lima tahun lalu, aku pun memilih Gusti Agung Putri caleg dari PDI Perjuangan. Selain Pak Suar, nama ini pun sudah yakin akan aku pilih sejak awal.
Gung Tri punya modal besar untuk dipilih. Bahkan TEMPO maupun sumber lain pun memasukkan namanya sebagai salah satu caleg bersih. Maklum, dia tak hanya mantan Direktur ELSAM, tapi memang aktivis angkatan tidak enak. Secara personal, kami juga berteman meski jarang bertemu dan ngobrol serius.
Toh, keraguan terhadap Gung Tri juga sempat muncul. Gara-garanya, Gung Tri juga ternyata diangkat sebagai anggota kehormatan Baladika, organisasi massa di Bali.
Keraguan lain, Gung Tri ini seperti lupa pada orang-orang yang dia yakinkan untuk memilihnya lima tahun seperti aku. Selesai pemilu lima tahun lalu, dia lalu menghilang dan gak pernah ngobrol lagi sama teman-teman yang sering dia ajak diskusi menjelang pemilu.
Tapi ya bagaimana lagi. Dengan beberapa catatan, menurutku, Gung Tri tetap caleg terbaik di antara semua caleg dari Bali.
DPRD Bali
Hehehe. Asli. Bahkan hingga hari H-1 pun, tidak ada nama yang meyakinkan untuk dipilih.
Sehari sebelum mencoblos, aku sudah coba lihat dengan saksama satu per satu para caleg di website KPU. Melihat nama, latar belakang, pengalaman. Semua sama saja. Menulis data diri serupa melamar pekerjaan. Tak ada yang kreatif dan meyakinkan.
Tapi, ada satu nama yang terus disebut-sebut teman-teman selingkaran, Ketut Ardhana dari Partai Demokrat. Selain karena dia bapaknya teman, Kupit yang juga personel band fenomenal bernama Nosstress, juga karena dia menolak reklamasi.
Yowis. Aku coblos dia saja meskipun tidak kenal sama sekali sebelumnya.
DPRD Kota
Ini yang paling tragis. Hingga malam pas mau tidur menjelang coblosan, tak ada satu pun nama yang cocok di otak. Ada nama teman sesama blogger dan bahkan pernah nulis untuk BaleBengong. Dia juga dari Dapil Denpasar Utara tempat di mana aku memilih.
Tapi, aku sama sekali tidak suka sama partainya yang puritan dan mendukung kelompok intoleran.
Ada pula teman blogger anggota Bali Blogger Community (BBC) yang maju jadi caleg. Tapi, si teman ini dari Dapil Denpasar Selatan, bukan Denpasar Utara.
Pilihan lain adalah teman di dunia Internet juga tapi aku tidak suka dengan calon presiden yang mereka usung, Prabowo. Ini serupa dengan pilihan di DPRD Bali yang partainya juga tidak meyakinkan.
Toh, aku tetap harus memilih. Maka pilihan pun jatuh pada Arnold Makassau, pengurus Asosiasi Perusahaan Penyedia Jasa Internet (APPJI) Bali. Secara personal kami saling kenal, terlibat beberapa pekerjaan bersama, dan aku juga tahu kinerjanya dalam tata kelola internet.
Jadi ya, seperti tiga calon lainnya, abaikan saja dulu faktor lain yang membuat ragu untuk menulis. Arnold Makassau masih yang paling aku kenal di antara nama-nama caleg lain yang asing sama sekali bagiku.
Begitulah nama-nama yang aku pilih dan alasan kenapa memilih mereka.
Hasilnya? Aku tidak tahu sampai hari ini. Kalah menang juga aku tak peduli. Yang penting aku sudah memilih mereka. Semoga saja, terpilih ataupun tidak terpilih, mereka tidak lupa pada pemilihnya seperti kami.
Toh, kalah menang memang bukan tujuan. Mari menikmati pesta ini dengan penuh suka cita apapun hasilnya..
Leave a Reply