Mempersingkat Percakapan, Memperpendek Ingatan

0 , Permalink 0

best-instant-messaging-client

Modernitas menawarkan jalan pintas.

Begitu pula dengan cara berkomunikasi saat ini. Kian hari, cara berkomunikasi manusia modern kian ringkas dan lekas. Teknologi informasi yang memungkinkannya.

Sejalan dengan komunikasi yang serba tergesa-gesa itu pula, menguap pula ingatan manusia terhadapnya. Bahkan di antara yang ringkas pun kian diringkas lagi.

Mari ambil contoh-contoh sederhana dalam komunikasi manusia modern ini.

Ketika aku SD, tahun 1980an akhir, buku menjadi mediaku untuk mengenal dunia luar. Waktu terbit buku tertentu bisa sampai setahun atau bahkan hanya sekali saja. Memproduksi waktu perlu waktu. Begitu pula membacanya. Membaca buku-buku cerita anak pada masa itu perlu waktu seminggu.

Aku ingat saat itu bacanya hanya pas jam istirahat di sekolah karena buku tak boleh dibawa pulang. Sesekali aku mencurinya untuk aku bawa pulang biar bisa aku baca sambil angon sapi atau kambing.

Karena proses baca yang lama, ingatan terhadap cerita-cerita di buku-buku itu masih melekat sampai sekarang. Detailnya mungkin terlupa tapi tidak dengan nilai moral dalam cerita itu.

Kini, anak-anak modern mengonsumsi cerita lebih banyak dari layar kaca. Tak cuma satu tapi banyak sekali cerita yang berganti-ganti tiap jamnya. Begitu banyak cerita berganti dengan cepatnya sehingga tak ada yang bisa diam dan mengendap di kepala.

Kecepatan cerita berganti secepat itu pula cerita itu pergi.

Begitu pula dengan surat. Dari SD hingga aku kuliah, menerima dan membaca surat selalu jadi kegiatan menyenangkan. Bangga dan senang sekali rasanya mendapat surat dari kakak-kakak yang memang merantau jauh ke Jakarta, Bekasi, atau bahkan jadi buruh migran Malaysia.

Surat yang datang bisa sebulan atau dua bulan sekali selalu melahirkan kerinduan. Maka, ketika surat itu datang, ada kesenangan amat sangat karena kerinduan yang terbayar.

Menulis surat adalah juga pelatihan tersendiri. Belajar merangkai kata agar surat enak dibaca. Meliarkan imajinasi agar tulisan tak mudah terhenti. Menulis surat untuk saudara, sepupu, teman, atau orang yang kita cintai diam-diam adalah upaya untuk melatih otak, menjaga ingatan.

Kini, orang berkomunikasi hanya lewat pesan-pesan pendek. SMS, Whatsapp, Line, atau apalah lagi namanya, memberikan kecepatan yang mungkin tak pernah kita bayangkan akan ada.

Cara berkomunikasi yang ringkas itu diperingkas lagi dengan banyaknya singkatan atau kata-kata yang tak jelas maknanya. “x” untuk mengganti “nya”, “wkwkwk” untuk tertawa, “mw” untuk mau, “q” untuk “aku”, dan seterusnya.

Tak perlu menunggu bahkan dalam hitungan jam. Ketik sekarang, kirim, lalu dalam hitungan detik sudah terkirim dan dibalas. Pendek percakapan. Singkat waktu pengiriman. Parahnya, kadang pendek pula pikiran saat menulisnya.

Tak ada imajinasi karena hanya mengutamakan emosi. Galau. Marah. Sinis. Semua dengan mudah tersampaikan dan diumbar. Tak perlu mikir panjang. Toh dengan mudah bisa dihapus.

Ada yang hilang dalam kecepatan itu, kedalaman. Juga ikatan emosi terhadap percakapan itu. Semua yang kita buat dengan cepat, dengan segera terlupakan begitu saja..

Ilustrasi dari Digital Trends.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *