Kalong yang aku maksud adalah mereka yang suka begadang hingga larut malam. Atau bisa saja mereka yang setidaknya keluar ketika gelap sudah datang. Sebagai kota urban, Denpasar juga punya beberapa tempat untuk nongkrong ketika malam.
Tentu saja jumlahnya juga bejibun. Tapi dari sekian tempat itu, hanya sedikit tempat yang aku pilih sebagai tempat favorit. Di antaranya ada di bawah ini. Ciri khas utama tempat-tempat ini adalah sama-sama jual makanan dan murah meriah.
Lesehan Pasar Burung
Tempat ini ada sejak sekitar dua tahun lalu. Lokasinya di pasar burung Sanglah di belakang gedung bekas Alfa jalan Diponegoro. Awalnya Cuma ada satu warung tenda. Tapi pas aku ke sana Sabtu kemarin ternyata sudah ada warung lain dengan menu lalapan. Toh, warung baru ini belum bisa menandingi warung lama.
Lesehan di sini mengingatkanku pada suasana lesehan di kawasan stasiun Tugu Jogjakarta. Sebab suasana dan menunya memang mirip banget.
Pembeli di sini duduk lesehan beralas tikar yang digelar di atas aspal. Jadi ya memang santai banget. Cuma karena lesehan ini mepet satu sama lain maka pembeli juga harus toleransi sama pengunjung lain. Kadangkala kita duduk mepet banget dengan orang lain. Jadi untuk ngobrol sesuatu yang agak privasi tidak akan bisa. Makanya kalau pengen ngomong rahasia jangan di lesehan sini. 🙂
Dengan suasana tempat yang santai, maka pengunjung bisa betah berlama-lama. Aku sendiri paling tidak ya satu jam nongkrong di sini. Tapi kalau rame-rame bisa sampai dua jam pun tak terasa. Sabtu lalu misalnya aku ngobrol dengan teman-teman Bali Blogger Community selama dua jam pun tak terasa. Kali karena saking guyubnya..
Menu di lesehan ini beragam. Nasi kucing dan mie bungkus, tempe dan tahu bacem, aneka sate jeroan, beragam gorengan, dan buanyak lagi. Menu ini murah meriah. Sekadar contoh, Sabtu kemarin kami nongkrong 12 orang dengan menu yang lebih dari puas ternyata Cuma menghabiskan Rp 75 ribu. Mungkin ini alasan kenapa sebagian besar pengunjung warung ini adalah mahasiswa.
Tempat ini buka, setahuku sampai lewat tengah malam. Kalau tidak salah sih sampe pukul 3 pagi. Cuma aku sendiri paling lama pernah sampe pukul 1.
Warung Ronde Kampung Jawa
Aku lupa nama warung ini. Ancer-ancernya, tempat ini berada di Kampung Wanasari, yang lebih dikenal dengan nama Kampung Jawa. Kalau lurus dari jalan Kartini ke jalan Ahmad Yani, warung ini ada di kiri jalan menjelang pertigaan jalan Maruti. Dia jual aneka minuman hangat dan dingin. Warungnya buka kalau tidak salah 24 jam. Tapi hampir selalu ke sana kalau malam.
Warung ini berada di beranda rumah. Semua menu yang dijual ada di lapak. Pembelinya duduk di kursi penjang. Kapasitas tempat duduk di sini paling banyak 20 orang. Karena itu kalau ke sini dalam jumlah banyak sepertinya kurang asik. Jadinya tidak enak soale sama pembeli lain.
Menu andalan saya di warung ini adalah minuman ronde. Minuman hangat ini paling enak dinikmati ketika malam. Dalam minumannya ada jahe, kacang, irisan roti, dan krupuk mlinjo. Jadilah minuman hangat pedas ini bercampur dengan kriuk-kriuk kacang dan krupuk.
Selain ronde, warung ini juga menjual aneka minuman lain dan standar seperti teh, jeruk, susu, dan seterusnya.
Lesehan Jalan Sulawesi
Tapi aku sudah lama banget tidak ke sini. Sepertinya sudah bertahun-tahun. Padahal dulu zaman masih jadi anak kos, aku rajin banget ke sini bareng dua teman lain: Mas Yos dan Toni. Lesehan di sini banyak. Mereka berderet-deret di depan toko yang sudah tutup. Lokasi persisnya di samping Pasar Badung, pasar terbesar di Bali dan hidup 24 jam.
Warung lesehan ini menjual kopi, nasi jenggo, dan bir. Ada menu lain. Tapi tiga menu itu seperti jadi andalan utama. Penjualnya, sebatas yang aku tahu, perempuan semua. Karena itu ada istilah untuk mereka, dakocan yang berati dagang kopi cantik. Mereka memang dandan agak menor. Gosipnya sih sebagian Dakocan itu bisa diajak kencan kilat berbayar.
Karena warungnya nebeng di depan toko, maka warung-warung ini baru buka ketika toko sudah tutup. Biasanya sih di atas pukul 8 malam. Warung-warung ini juga buka sampai pagi.
Karena nebeng di depan toko itu pula maka warung lesehan di sini terasa agak sempit. Jadi nongkrong dan ngalong di sini juga gak bisa banyak-banyak orang dan lama-lama waktunya. Kalau terlalu banyak orang dan terlalu lama, kasian Dakocannya. Ntar bangkrut. 🙂
Leave a Reply