Nusa Penida yang Kian Menggoda

0 , Permalink 0

Geliat di Nusa Penida

Banyak hal berbeda menyambut kami di Nusa Penida.

Paling gampang terlihat sih jalan raya. Dibandingkan dua tahun lalu saat ke sini, jalan-jalan makin mulus. Setidaknya di Sampalan dan sekitarnya, daerah paling ramai di sini.

Dari Sampalan, kami menuju Gepah Garden Cottage, penginapan murah di sisi timur Nusa Penida. Sepanjang jalan kami bisa melihat geliat warga Nusa Penida.

Sepeda motor yang makin banyak. Turis asing yang berlalu lalang. Pasar yang kian ramai.

Gepah Garden Cottage juga bisa menjadi cerita tersendiri. Tentang bagaimana warga lokal berusaha ikut menikmati rempah-rempah kue pariwisata. Orang-orang seperti Sutarsa dan mungkin ribuan warga lain di pulau ini tak mau hanya menjadi penonton.

Dua hari di sana, kami mengunjungi juga beberapa tempat di Nusa Penida. Meskipun belum selesai benar, jalan lingkar di pulau ini sudah dibangun. Di sebagian tempat masih rusak. Di sebagian lainnya sudah mulus.

Jalan yang sudah ada memudahkan pergerakan. Tempat-tempat yang dulu tak pernah terdengar pun sekarang menjadi tujuan berbagai turis domestik dan asing.

Kali ini tempat yang kami kunjungi adalah mata air Tembeling. Ada pula yang menyebutnya Pantai Tembeling. Maklum, mata air ini memang berada di kawasan pantai.

Selama satu jam menuju Desa Batumadeg di mana pantai ini berada, jalan lumayan bagus. Hanya pada bagian ujung yang harus melewati jalan baru. Itu pun licin dan berkelok-kelok.

Namun, di ujungnya jalan ini sedang dibangun sebuah pura. Lokasi di mana mata air itu berada juga sedang dipoles sedemikian rupa. Menariknya karena warga sendiri yang melakukan.

Semoga saja memang nantinya tidak malah kemudian dijual ke investor.

Dari Tembeling, kami mampir warung setempat untuk sekada mampir dan minum. Pemiliknya bercerita tentang makin banyaknya turis berbelanja di warung makannya. Tak hanya lokal tapi juga turis asing.

Seperti pada Sutarsa, pemilik Gepah Garden Cottage, aku menangkap kesan bagaimana warga-warga di sini bersemangat dengan geliat perkembangan pulau mereka. Senang sekali melihatnya.

Di balik geliatnya, tentu saja masih banyak pekerjaan rumah di Nusa Penida. Kesenjangan pembangunan infrastruktur masih terlihat secara kasat mata. Jika di pusat kota sudah lebih mulus, jalan-jalan di pedalaman masih banyak yang hancur.

Isu lain adalah soal ketergantungan. Lahan-lahan kosong di Nusa Penida masih banyak. Bagus buat bercocok tanam. Pisang. Singkong. Kacang. Tapi, pulau ini terlalu banyak menggantukan pasokan dari Bali daratan, yang bisa jadi juga kiriman dari luar Bali.

Selain pangan, Nusa Penida juga mengalami ketergantungan pasokan listrik. Padahal, pulau ini punya potensi bagus untuk listrik tenaga angin atau surya.

Kami mengunjungi juga pembangkit listrik tenaga angin. Proyek ambisius ini diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada November 2007. Tapi, saat ini semuanya mangrak.

Dia seperti mengirim pesan, membangun itu gampang. Merawat yang susah.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *