Perjalananku ke Bajawa, Ngada, Flores kali ini adalah yang kedua kali. Kunjungan pertama aku lakukan Januari tahun lalu. Waktu itu aku ke sana untuk membuat tulisan tentang para petani di kawasan Cagar Alam Watuata. Petani kopi yang juga warga adat di sana diusir oleh pemerintah atas nama konservasi. Demi menjaga hutan, warga adat itu diusir dari tanahnya sendiri.
Kunjunganku kali ini pun masih terkait dengan hal itu. Lapmas, LSM yang mengadvokasi para petani itu akan menyusun buku tentang hal tersebut bersama berbagai pihak yang terlibat termasuk pemerintah dan petani sendiri. Aku memfasilitasi mereka menyusun kerangka buku tersebut.
Karena itu, kali ini aku punya lebih banyak waktu menikmati Bajawa. Kalau dulu kan seperti hanya mampir setelah menempuh perjalanan panjang dari Labuan Bajo di ujung barat lewat Ruteng di barat Bajawa. Dulu perjalanan dari barat ke timur, maka kali ini sebaliknya. Aku dari Ende di bagian selatan Flores lalu menuju Bajawa.
Dengan waktu yang lebih panjang, aku jadi lebih punya kesempatan untuk mengenal Bajawa. Inilah beberapa hal berbeda di Bajawa yang bagiku menarik tersebut.
Kuburan Dekat Rumah
Salah satu kebiasaan orang Bajawa, juga orang Flores secara umum, adalah mengubur orang di dekat rumah. Jadi tidak seperti orang Hindu Bali yang membakar orang meninggal atau orang Islam yang mengubur jenazah di kuburan, orang Bajawa justru mengubur jenazah itu dekat rumah. Sebagian besar kuburan itu di depan rumah.
Awalnya aku agak ragu melihat satu dua kuburan di depan rumah warga itu. Tapi tanda salib di ujung kuburan dengan tulisan RIP, singkatan dari rest in peace, itu meyakinkanku bahwa itu memang kuburan. Bentuk kuburan ini beragam. Tapi sebagian besar sudah ditembok rapi dengan keramik atau marmer sebagai pelapis. Terlihat mewah.
Menurut warga setempat, penguburan di dekat rumah dilakukan agar orang yang meninggal tersebut tetap dengan dekat dengan keluarga. Juga kalau mendoakan tidak perlu jauh-jauh. Karena itu aku lihat misalnya ada orang yang sedang berdoa khusyu’ dengan lilin dan bunga di depan rumahnya. Mereka tidak perlu jauh-jauh ke kuburan umum yang berada di daerah pinggiran biasanya.
Karena kuburan itu berada di dekat rumah, maka kuburan pun menjadi sesuatu yang akrab. Tidak menakutkan. Ini beda misalnya dengan di Jawa, atau mungkin juga Bali, di mana kuburan jadi sesuatu yang menyeramkan. Di Bajawa, anak-anak biasa saja main di kuburan itu.
Pakai Sarung Kapan Pun
Suhu di kota Bajawa ini bisa sampe di bawah 10 derajat celcius. Hotel Edelweis, tempatku menginap, memasang termometer di dinding hotel. Jadi aku bisa selalu mengecek berapa derajat suhu saat itu. Karena tempatnya dingin, banyak orang pakai sarung di Bajawa. Aku menemukan orang pakai sarung itu di berbagai tempat umum: di jalan, pasar, rumah.
Sebagian besar yang aku temui sih ibu-ibu. Mereka memakai sarung itu sampai menutup seluruh tubuh, kecuali kepala. Bahkan ada pula yang pakai sweater dengan kupluk penutup kepala. Jadi mereka terlihat mirip ulat tapi jalannya berdiri, bukan merayap. Hehe..
Sarung yang dipakai itu kainnya tebal. Ini memang sarung khas Flores yang dibuat dengan tangan, bukan pabrik. Makanya harga sarung ini juga agak mahal, sekitar Rp 200 ribu. Sarung ini bisa juga jadi souvenir. Tiap hari ada saja penjual sarung yang menawarkan jualannya ke aku. Karena harganya mahal, aku beli selendang saja. Murah, cuma Rp 25 ribu. Lumayan juga jadi syal pengusir dingin.
Buka Pintu Kalau Ada Tamu
Di Bajawa, jadi hal yang tabu kalau kita menutup pintu ketika ada tamu apalagi tamu dan pemilik rumah adalah lawan jenis. Kata Hengki, teman yang mengantarku, itu akan jadi bahan omongan tetangga.
Aku tahu hal ini pada malam terakhir di Bajawa. Ketika itu aku berkunjung ke rumah tempat mahasiswa magang dari Belgia tinggal. Tiga mahasiswa cantik ini magang di tempat kerjaku. Tugasnya antara lain di Flores. Nah malam itu aku mau pamitan mereka sekalian ngobrol.
Karena hanya ada satu motor sementara kami yang berkunjung ada tiga orang, maka motor pun bolak-balik. Aku dapat duluan. Karena hanya ada aku dan tiga cewek, maka pintu rumah tidak boleh ditutup. Padahal para cewek itu ngotot mau menutup pintu. Aku mau dikeroyok mereka bertiga. Hehe.. Bukan. Mereka mau menutup pintu karena takut banyak nyamuk yang masuk rumah.
Tapi ya pas mau menutup pintu, Hengki temanku yang memang asli Bajawa langsung bilang, “No. No.. It’s not allowed to close the door while some body visit you, especially boy visit girl.”
Para cewek cantik itu tidak bisa menolak lagi. Mau tak mau mereka harus ikut budaya setempat. Kalau tidak, bisa-bisa malah diseret hansip. Hehe..
April 27, 2009
lain padang lain belalang, gitu ya sir?
April 29, 2009
Penulis yang terhormat, mohon informasi transportasi menuju kota bajawa. Adakah bandara kesana, atau bandara terdekat menuju kota tersebut. thx
May 8, 2009
enak ya bang anton, jalan2, bisa mengenal kebudayaan yang beragam di Indonesia..
salutttt
*kaya merk coklat yak?!
May 8, 2009
Di Bajawa ada Bandara Namanya Bandara Turelelo Soa Yang bisa ditempuh dengan waktu 30 menit kekota bajawa.
May 11, 2009
Ada penerbangan Jakarta – Bajawa, itu tergantung harinya apa, yang terpenting dari Jakarta kita terbang dengan Mandala transirt di kupang 30 menit trus dg Transnusa terbang ke Bajawa 30 menit ampe ke bandara Turelelo. dari bandara ke kota Bajawa 5 menit dengan kendaraan roda empat…….
May 11, 2009
Berikut beberapa alternatif transportasi ke Bajawa dari Bali. Saya tidak tahu kalau dari daerah lain.
1. Bali – Ende ada penerbangan tiga kali tiap minggu. Ini pakai pesawat Merpati kecil. Tiket sekitar Rp 1,1 juta dengan lama terbang sekitar 2 jam. Dari Ende bisa pakai travel yang ada di bandara ke Bajawa. Pakai mobil bagus dan baru dengan harga sekitar Rp 75 ribu per orang, maksimal Rp 100 ribu. Lama perjalanan maksimal 4 jam. Satu mobil biasanya ada sekitar empat penumpang lain. Kalau carter sendiri bayar Rp 400 ribu.
2. Bali – Kupang lalu dari Kupang – Soa (masuk Bajawa). Saya sendiri belum pernah. Tapi menurut info harganya sekitar 2x lipat.
3. Bali – Kupang – Ende pakai pesawat dengan harga Rp 1,2 juta. Lalu dari Ende ke Bajawa dengan tarif yang sudah saya sebut di atas. Kemarin sih saya baliknya yang begitu. Dari Bajawa pukul 6 pagi. Pesawat dari Ende pukul 12an tujuan Kupang. Dari Kupang baru naik pesawat ke Bali pukul 3an sore dengan lama penerbangan sekitar 1,5 jam.
May 11, 2009
dinikmati saja, yun. sambil menyelam minum bir. 😀
May 12, 2009
Bajawa, kota kelahiranku. oba bha’i.
i love u 4ever.
June 17, 2009
bajawa kotaku oba bha’i kota sejuk.
June 17, 2009
waahhh…
jadi pengen cepat- cepat pulang ke bajawa..
hiks…hiks..^_^
June 23, 2009
kenaganku ada di koding bajawa…
kota kelahirannku,tempat pembentukan pribadiku menjadi seorang yang kuat menjalani hidup.
sejauh & selama apapun aku melangkah suatu saat aku pasti kembali….i promise!!!!!
apapun yg aku lakukan semuanya berasal dari bajawaku yg paling indah…
keluarga,teman,upacara adat,suasana kotanya,bukit2 hijau di sekeliling kota,hawanya yg dingin sulit dilupakan….
I Mizzzz U Bajawaku
June 26, 2009
bajawa is the best la
July 24, 2009
hi, salam kenal
saya minta izin untuk mengkopi paste tulisan anda mengenai bajawa di multiply dan fb saya….., thx
July 30, 2009
Banyak hal mengenai bajawa,juga foto2nya dapat dilihat di yotube…bahkan bahasa bajawa juga ada di situ..guruku pernah bilang bahasa bajawa itu bahasa cawat….tapi mendunia
July 30, 2009
Sekedar tambahan ..Kalau ke bajawa jangan lupa hiking ke wolo pipipodo..Dari puncak bukit pipipodo,anda dapat menyaksikan pemandangan yg spektakuler.Pemandangan dapat terlihat sampai ke batas kaki langit arah ke nagekeo dan aimere,dengan latar ebulobo juga inerie yang megah. ya..Anda bisa juga mendengar bunyi ketukan mangkok tukang bakso yang lewat di tanalodu…tidak percaya?..silakan coba.
October 4, 2009
percaya leeee 100 persen. saat sma saya biasa cari kayu di pipipodo karena rumahku tepat di tanalodu.
October 9, 2009
aha..mungkin Anda sangat bersemangat cari kayu di sana,sekarang tinggal wonga bhara dan bunga bai..sedang loria,kayu kelas satu untuk kayu api,kini jarang dijumpai lagi untuk tidak dikatakan punah.
Mungkin kita perlu galang lagi “hari hijo”di bajawa agar bukit2 yg mengelilingi koding bajawa bisa kembali hijau dgn loria,lamutoro,kayu putih atau cemara..bagaimana?
November 27, 2009
hmmm…..ga selalu gt kok…boleh aja nutup pintu…liat2 sikonnya aja….;)
December 2, 2009
I REALLY MIZZ U BAJAWA…
December 6, 2009
Perasaan di bajawa hansipnya nongol kalu lagi ada pemilu
April 14, 2010
thank you infonya…bagi cerita jadi kaya pengalaman
April 21, 2010
Bajawa….ti ada obat….
dinginnya selalu sejuk dihati….
hahahaha
June 8, 2010
wah jd pengen ke tmp kelahiranku niiy, cm numpang lahir di Bajawa,hehe..
someday mdh2an bs kesana lg bs tau sendiri Bajawa kyk gimana:)
June 22, 2010
BAJAwa makin keyen aja tuch.I LUPH U BAJAW A.Semoga bupati yang baru ini bisa bikin bajawa makin maju terutama dalam dunia pendidikan damn techno.
June 22, 2010
Ke bajawa jangan LUpa yah Aer panas MEngeruda.KEren LHo
July 7, 2010
Ijin nih tulisannya aku share di FB
July 31, 2010
Bajawa tuh indah dan segar. I remember Bajawa. Walaupun aku telah melalang buana ke berbagai benua, tetapi aku tetap tak akan lupa mengenai Bajawa. Dalam buku-buku yang telah aku tulis, aku selalu sebut “engkau… Bajawa….: indah, sejuk, tenang dan menyenangkan. Aku teringat selalu gonggongan anjing di waktu malam dan kotekan ayam menjelang pagi. Bajawa…bajawaku semoga setiap waktu engkau terus maju berkembang: bukan saja penataan kotanya, tetapi juga penataan rumah adatnya, penataan sumber daya manusianya dan sebagainya!!!! Salam sejahtera… bagimu bajawa…: engkau telah membentuk aku untuk menjadi penulis sehingga aku bisa berkiprah di zona nasional!!!!