Hingga ke desa-desa, kami disambut makelar tanah juga.
Begitu pula ketika kami jalan-jalan ke Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan kemarin. Ketika kami menyusuri pinggiran desa dengan pesona sawahnya, eh, nemu juga makelar tanah.
Aku tak bertemu langsung dengan makelar itu. Tapi Bunda bilang ada orang yang menawarkan tanah kepadanya.
Ketika kami berhenti di salah satu warung, ibu penjual juga bertanya ke kami apakah sedang mencari tanah. Mungkin karena dia lihat kami bawa mobil. Mewah pula mobil si Sugi, teman yang mengajak kami jalan-jalan kali ini. ?
Menyusuri jalan-jalan di desa ini, kami juga melihat beberapa papan nama berisi informasi tanah dijual. Lengkap dengan ukuran luas dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Tak menyangka. Ternyata banyak juga tanah dijual di desa berjarak sekitar 20 km di barat laut dari Denpasar ini.
Jika melewati daerah-daerah lain di Bali, papan nama serupa sangat mudah kita temui. Nyaris di seluruh penjuru Bali. Pulau ini seperti diobral meskipun dengan harga mahal.
Banyaknya tanah dijual di Bali tentu karena tanah di pulau ini memang laris manis. Maklumlah, Bali memang seksi. Banyak orang ingin tinggal di pulau ini. Tak hanya warga asing tapi juga warga lokal.
Ada perubahan yang, menurutku, sebenarnya mengkhawatirkan. Dulu orang ke Bali hanya untuk menikmati keindahannya. Tapi, mereka yang jatuh cinta pada Bali kemudian ingin memilikinya.
Padahal, bukankah cinta tak harus selalu memiliki? *Ini kok bisa lari ke sini coba?
Jika orang-orang yang datang dan ingin memiliki tanah di Bali masih mau menjaga pulau ini sih tak soal. Bahayanya jika yang datang ingin memiliki lalu mengubah Bali dengan cara mereka. Ironisnya kadang justru merusak tatanan dan lingkungan di Bali.
Tak sedikit pula pembeli tanah itu yang berinvestasi. Tidak untuk dimiliki tapi sekadar simpanan yang kemudian dijual kembali. Maklum saja. Tanah di Bali memang cepat sekali naik harga. Bisa dua kali lipat hanya dalam hitungan setahun. Padahal tanah hanya dibeli dan kemudian dibiarkan begitu saja. Tak perlu usaha apa pun.
Lalu, sebaiknya bagaimana? Menurutku sih seharusnya tanah-tanah itu tak usah dijual. Cukup disewakan jika memang ada yang mau menggunakan. Jadi, hak milik tak akan berganti. Begitu pula pemilik pulau ini.
Bagaimanapun juga, jika pemiliknya tak menjual tak akan ada yang membeli tanah dan pulau ini.
Leave a Reply