Sebenarnya sudah sejak akhir 2013 lalu aku belajar bikin video.
Tidak serius sih. Hanya pelatihan empat hari tentang cara pembuatan video. Waktu itu bareng petani dan para pendampingnya di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Setelah pelatihan oleh WatchDoc di Flores tersebut, aku masih jarang bikin video. Paling hanya sesekali merekam dan mengunggahnya ke Internet. Tidak ada penyuntingan sama sekali.
Akhir tahun lalu, entah dapat bisikan atau pawisik dari mana, aku mendadak mulai rajin bikin video. Salah satu pemicunya mungkin pas jalan-jalan ke Peru dan Ekuador. Karena perjalanan jauh, maka pengen saja merekamnya dalam bentuk video.
Hasilnya sebuah video yang aku buat untuk presentasi di akhir kunjungan ke teman-teman tuang rumah. Ngerjainnya hanya sekitar 4 hari selama minggu terakhir di Ekuador.
Respon dari teman-teman di sana menyenangkan hati. Setidaknya membuat jadi ingat lagi, oh ternyata aku bisa bikin video sendiri: merekam, mengedit, dan mengunggahnya ke Internet. Tak soal jika kualitas ala kadarnya.
Maka, sejak akhir tahun lalu, aku makin rajin bikin video. Modalnya dua alat utama, Canon DSLR 60D atau iPhone 4. Sebagian video dibuat dengan satu alat. Sebagian lainnya gabungan di antara keduanya.
Untuk mengedit aku pakai iMovie, aplikasi bawaan Mac.
Urusan mengedit ini yang masih acak adut. Aku tak pernah belajar dari orang lain sama sekali. Modalnya cuma buka YouTube atau Googling. Masih banyak cara yang aku belum tahu teknisnya. Misal, menaikturunkan musik latar saat ada yang berbicara.
Maka, inilah hasilnya. Beberapa video dari perjalanan ke Amerika Selatan, melali Natal ke Palasari, makan nasi ayam Bu Mangku, dan video-video lain.
Semuanya video tak penting. Sebab, yang lebih penting adalah aku makin rajin bikin video. Hehehe..
Leave a Reply