Berebut Suara di Dunia Maya

5 , , , Permalink 0

Ketika sebagian besar calon anggota legislatif (caleg) merusak pemandangan kota dengan baliho dan spanduk, sebagian kecil di antaranya memilih menggunakan jalur lain untuk mencari calon pemilih: dunia maya. Selain tidak ingin merusak wajah kota dengan media kampanye, mereka juga ingin mengenalkan wajah politik yang lebih gaul pada pemilih. Caleg-caleg itu menggunakan media seperti blog dan social networking seperti Facebook dan Friendster.

I Gusti Agung Putri Astrid Kartika adalah salah satunya. Caleg perempuan dengan nomor urut 6 untuk DPR RI dari PDI Perjuangan daerah pemilihan Bali ini aktif menggunakan dua media sekaligus, blog dan social networking.

Mantan Direktur Eksekutif Elsam, lembaga yang bergerak di bidang perlindungan hak asasi manusia, ini menggunakan blognya http://agungputriastridkartika.blogspot.com untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Salah satunya adalah kritik pada keputusan Mahkamah Agung tentang penggunaan suara terbanyak dalam Pemilu 2009 ini.

Selain itu, perempuan yang akrab dipanggil Gung Tri ini juga menuliskan profil dirinya di blog tersebut. Dengan cara itu, menurutnya, orang akan mudah untuk mengenalnya.

Selain lewat blog, Gung Tri juga akif menggunakan social networking untuk berkampanye. Dia bahkan membuat dua profil di Facebook, penyedia layanan social networking yang sekarang sedang populer.

Lewat Facebook, Gung Tri mengenalkan diri pada teman-teman barunya. Dia tidak ragu mengenalkan diri sebagai caleg pada Pemilu mendatang.

Menurut Gung Tri, panggilan akrabnya, penggunaan media online sebagai media kampanye lebih menyasar pada kelompok pemula yang sudah melek teknologi. “Media online bisa jadi alat efektif untuk mengenalkan diri pada pemilih pemula,” kata perempuan kelahiran Malang ini.

Sejak sekitar enam bulan menggunakan media online tersebut, Gung Tri mengaku mendapat banyak respon dari calon pemilih meski hanya sekadar menyapa atau bertanya apakah dia memang caleg. “Sebagian besar pemilih pemula merasa caleg itu sebagai sesuatu yang jauh dari mereka sehingga susah dijangkau. Media online menghilangkan jarak itu karena mereka jadi bisa melihat kita apa adanya,” ujarnya.

Lewat Facebook Gung Tri berusaha mengupdate kegiatannya sehari-hari, termasuk hal-hal sepele. Menikmati bir, misalnya. “Sampai ada yang berkomentar, masak caleg minum bir. Hehe..” katanya.

“Tapi asik sih. Adanya media online membuat politik itu jadi terlihat lebih gaul bagi para pemilih pemula,” tambahnya. Dengan alasan agar lebih gaul itu pula, maka Gung Tri mengubah warna blognya dari merah, khas PDI Perjuangan, ke merah muda, khas remaja.

Meski demikian, Gung Tri mengaku belum mengoptimalkan penggunaan media online untuk kampanye. Dia, misalnya, belum membuat tim khusus untuk kampanye di dunia maya. Dia sendiri yang mengupdate kegiatannya lewat Facebook. “Kadang mata sampai sakit karena saking banyaknya balas komentar,” ujarnya.

“Untuk blog ada satu teman yang bantu untuk upload tulisan, termasuk mengubah desainnya agar warnanya lebih gaul,” katanya.

Berbeda dengan Gung Tri yang mengerjakan sendiri, Andrei Simanjuntak punya tim khusus untuk membantunya berkampanye secara online. Caleg DPR Bali dari Partai Keadilan Sosial ini juga menggunakan Facebook sebagai media kampanye.

“Kami melihat (Barack) Obama kan berhasil karena dukungan media online juga. Makanya kami ingin mencobanya juga,” kata Evan Pangkahila, pembuat group dukungan untuk Andrei di Facebook.

Evan, pekerja di panti rehabilitasi narkoba Yayasan Bali Nurani (YBN), membuat group dukungan untuk Andre bersama dua temannya, satu di Bali dan satu lagi di Kalimantan. Mereka bertiga teman Andrei di YBN.

Menurut pria kelahiran Denpasar ini, kampanye di dunia maya oleh timnya lebih banyak ditujukan untuk menggalang dukungan biaya bagi Andrei. “Soalnya kalau pemilih di Bali kan belum banyak yang menggunakan media online,” katanya.

Melalui social networking, Evan dan dua temannya menyebarluaskan dukungan pada Andrei sejak sekitar tiga minggu lalu. Sejauh ini, katanya, belum terlalu banyak hasil yang diperoleh mereka. “Paling hanya ketemu teman-teman lamanya dia (Andrei),” ujar Evan.

Meski belum terlalu banyak hasilnya, Evan masih yakin bahwa kampanye di dunia maya tetap efektif untuk mengenalkan caleg. “Sistemnya berantai kayak multi level marketing. Jadi gampang (untuk mengenalkan),” tambahnya.

Menurut Evan, kampanye online juga bisa mendukung kampanye konvensional yang terus dilakukan misalnya kampanye di lapangan dan media cetak. Dia misalnya akan memasukkan hasil kampanye di lapangan ke profil Andrei di Facebook.

Bagi Gung Tri maupun Evan, tiap media kampanye memang punya target masing-masing. “Kalau kampanye buat anak-anak muda memang lewat media online. Tapi kalau buat petani dan orang di pedesaan ya tetap harus ke lapangan,” kata Gung Tri.

5 Comments
  • .gungws
    February 1, 2009

    hmm….lumayan, mengurangi kejahatan visual di jalanan…
    tapi kok saia msh belum percaya ma caleg y??yah..kita lihat nanti…
    menunggu dirayu..indahnya jadi konsumen..hahahaha

  • ick
    February 2, 2009

    bagus juga kalau para caleg pada melek ma IT mungkin ada nantinya yang berkampanye buat bayarin biaya hosting gratis selama setahun 😉 ditunggu…

  • Luigi
    February 3, 2009

    Memang nampaknya selain melek IT, para caleg ini juga harus benar-benar bisa meraih ‘potential vote influence’ di dunia maya.

    Semoga saja – pendekatan via internet ini bisa sesuai dengan janji-mereka, otherwise it may well be a bad [self] advertising 🙂

  • Zhang
    February 3, 2009

    Makin banyak yg pake media dunia maya ya… 🙂

  • wira
    February 7, 2009

    caleg yang berani terjun ke dunia maya walaupun belum tentu yang terbaik, tapi setidaknya mereka berani terbuka kepada masyarakat yang ‘melek’, dan tidak hanya berani membuai masyarakat di desa2 dengan janji omong kosong..

    *just my opinion

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *