Rasanya kok berbeda sekali ya?
Begitu naik kereta api ke bandara di negara sendiri, rasanya kok lebih bangga dibandingkan ketika di negara tetangga seperti Singapura.
Akhir Januari lalu, ketika menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta setelah diskusi hasil riset di Universitas Indonesia di Depok, aku memilih naik kereta api. Biasanya sih kalau tidak bus Damri ya taksi atau angkutan daring.
Kereta Bandara, sebutan kereta api menuju dan dari bandara di Cengkareng ini, baru diresmikan Presiden Indonesia Joko Widodo Januari lalu. Masih kinyis-kinyis dan belum banyak yang mencoba.
Dari segi kepraktisan sih rasanya masih kalah dengan naik bus Damri. Naik ojek dari hotel, baru ke stasiun. Repotnya, sampai akhir Februari lalu, naik kereta ke bandara ini hanya bisa dilakukan dari satu stasiun, Sudirman Baru. Jadi lebih repot jika dibandingkan naik bus Damri yang punya lebih banyak titik berangkat.
Masalah lain adalah jam berangkat. Kereta bandara ini hanya satu jam sekali. Padahal, menurut beberapa situs, jadwal berangkat kereta bandara ini 30 menit sekali. Kenyataannya sih, sejak mencari informasi di Bandara ketika baru tiba di Jakarta, kereta ini memang berangkat satu jam sekali.
Rencana untuk naik kereta dari Bandara menuju Jakarta pun batal saat itu karena kami buru-buru. Kelamaan kalau harus menunggu.
Begitu pula ketika aku naik pertama kali akhir Januari lalu. Aku harus menunggu lebih dari 40 menit untuk berangkat pukul 17.51 WIB.
Kerepotan lain adalah soal pembayaran tiket. Pengguna kereta bandara hanya bisa membayar dengan non-tunai, kartu kredit atau kartu debit. Pembeliannya kayak di ATM begitu.
Ini memang memudahkan karena tidak perlu antre panjang dan membelinya di loket. Harga tiket Rp 70.000. Cukup masukkan kartu debit atau kredit, pencet pesan tiket, lalu keluar deh karcisnya dalam bentuk cetakan (print out). Kalau tidak punya kartu debit atau kredit ya wassalam. Tidak ada pilihan lain.
Di antara kerepotan itu semua, tetap saja asyik naik kereta ke bandara. Bangga karena negeri ini akhir punya moda tranportasi kereta dari dan menuju bandara. Bisalah sejajar dengan Malaysia atau Singapura.
Stasiun Sudirman Baru, tempat memulai dan menuju Kereta Bandara masih baru. Bersih. Nyaman. Fasilitasnya banyak: ruang tunggu, kantin (yang waktu itu cuma ada satu, itu pun meja kursinya kosong), tempat isi ulang daya listrik, dan lain-lain.
Suasana kereta juga sangat nyaman. Mungkin karena masih sepi. Tak banyak penumpang. Kursi empuk dan leluasa. Tak perlu berdesak-desaka karena masih sedikit penumpang. Pendingin ruangan adem, bahkan dingin. Enaklah..
Waktu perjalanan sekitar 1 jam tanpa kena macet sama sekali seperti saat naik bus atau taksi. Hanya sekali mampir ke Stasiun Batu Ceper, setelah itu ya, wusss! langsung ke Bandara Soekarno Hatta.
Kereta akan berhenti di stasiun yang terletak di antara Terminal 2 dan Terminal 3. Setelah itu baru pakai kereta layang (sky train) menuju terminal pemberangkatan. Ada tiga terminal di Bandara Soekarno Hatta: Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3. Karena itu harus diantisipasi agar tidak salah turun. Harus dipastikan dulu mau berangkat dari terminal berapa. Soale lokasinya juga lumayan jauh.
Sebagai permulaan, kereta bandara tetap layak mendapat pujian. Semoga setelah ini bisa segera ada perbaikan, terutama intensitas keberangkatan dan stasiun untuk naik turunnya. Biar lebih bisa diandalkan besok-besok kalau ke Jakarta.
Leave a Reply