Kami sudah bersiap memulai diskusi tentang tampilan intranet di tempatku kerja paruh waktu. Tapi, ternyata ada yang tidak beres. LCD kantor dibawa keluar kota. Dan, kami hanya punya satu alat untuk menayangkan tampilan dari komputer ke layar tersebut. Padahal, agak aneh kalau diskusi tentang tampilan intranet tanpa melihatnya langsung ke layar.
Maka, salah satu teman mencoba menghubungi salah satu lembaga internasional lain di Bali. Karena sama-sama lembaga internasional, biasanya kan mudah tuh untuk pinjam alat-alat. Eh, ternyata staf di lembaga itu juga tidak bisa meminjamkan dengan segera karena bosnya masih rapat.
Karena kami butuh segera LCD itu, maka kami memutar otak. Bagaimana caranya agar dapat LCD segera. Kalau sewa sih gampang, tapi kan kami tidak punya anggaran untuk sewa alat itu.
Dan, aha! Aku ingat Moyong, teman di IKON Bali, gerakan advokasi hak asasi manusia (HAM) untuk pecandu narkoba. Untungnya lagi, kantor IKON Bali, hanya berjarak tak lebih dari 200 meter. Aku telepon Moyong, lalu dihubungkan ke Ayu, penanggung jawab soal pinjam meminjam. Dan, jadi.
Hanya sekitar 10 menit kemudian LCD itu sudah tersedia di tempat diskusi kami. Aku mengambilnya di IKON Bali dengan status pinjam, bukan sewa.
Begitu LCD itu sudah ada dan dipakai, aku jadi mikir, “Hmm, ternyata memang enak punya banyak teman.”
Begini. Karena LCD itu punya teman, maka kami tidak perlu bayar ketika memakainya. Padahal kalau kami sewa LCD itu, maka kami harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Seingatku, biaya sewa LCD itu di Bali bisa sampai Rp 1,5 juta per hari. Aku pernah mengalaminya ketika bikin diskusi dengan Partnership sekitar setahun lalu.
Cerita yang sama terlalu sering aku alami, tidak harus mengeluarkan duit untuk sesuatu yang seharusnya bayar karena minta bantuan teman. Minggu lalu misalnya, komputer yang baru aku perbaiki ternyata rusak lagi. Karena sudah otak-atik tidak juga beres, maka jalan terakhir adalah minta tolong Pak De Yanuar, teman di Bali Blogger Community (BBC) yang memang ahli komputer.
Tanpa harus mengeluarkan biaya, cukup kasih kopi dan sediakan asbak, komputerku yang sudah jadul itu bisa ketahuan masalahnya. Cukup ganti kipas prosessor. Dan, bisa dipakai lagi. Misalnya untuk cek itu aku minta tolong tukang servis, bisa jadi aku harus ngluarin duit.
Contoh lain pas aku nikah Januari 2006 lalu. Cukup minta tolong Lukman S Bintoro dan Ardiles Rante, dua teman jurnalis fotografer di Bali, kami bisa mendapat foto lengkap dari akad nikah sampai resepsi. Gratis. Padahal kalau bayar wedding photographer di Bali bisa sampai jutaan. Tapi ya itu tadi, karena kami punya teman jago-jago motret berkaliber internasional, kami cukup minta tolong ke mereka.
Sayangnya sih banyak orang yang sepertinya menyepelekan pentingnya modal sosial pertemanan ini. Orang lebih banyak berlari-lari rebutan mengejar modal ekonomi (kapital) sampai melupakan urusan sosial ini. Lalu, ketika sudah kejepit, mereka baru sadar bahwa uang ternyata bukan segalanya..
Leave a Reply