Jauh banget beda dulu dan sekarang.
Dulu itu kira-kira 10 atu 15 tahun silam. Belum terlalu lama, sih. Tapi, dalam 10 atau 15 tahun tersebut banyak sekali perbedaannya. Alat-alat berat yang dulu jadi perlengkapan ketika liputan, kini bahkan bisa masuk kantung.
Ringan dan ringkas. Tapi, memiliki kemampuan yang bahkan lebih bagus dibandingkan alat-alat besar pada zaman bahuela.
Smartphone atau ponsel pintar jawabannya. Dalam satu alat yang beratnya hanya sekitar 0,1 kg itu terdapat berbagai fungsi untuk melakukan liputan ala jurnalis profesional. Karena itulah, hanya dengan smartphone pun, seorang (pewarta) warga pun kini bisa menghasilkan karya tak kalah dengan hasil kerja jurnalis di media arus utama.
Banyak banget jenis smartphone ini. Misalnya BlackBerry, iPhone, ataupun yang berbasis Android, seperti Samsung, HTC, dan seterusnya. Ah, banyak bangetlah kalau dihitung satu per satu.
Berdasarkan pengalaman sendiri, inilah beberapa fungsi pada smartphone yang bisa menjadi alat untuk melakukan liputan tersebut.
Suara
Kalau aku sendiri hanya sekali memakai Android untuk merekam suara saat wawancara. Tapi, teman-teman wartawan lain sangat biasa. Biasanya mereka wawancara door stop dengan narasumber ini lalu nodong si narasumber dengan BlackBerry.
Kalau pakai Android, fasilitas ini bisa dioperasikan melalui aplikasi Voice Recorder. Aplikasi lain kalau di Android sih tinggal di Google Play. Pasti berjibun jumlahnya.
Enaknya rekaman dengan smartphone adalah karena formatnya sudah dalam bentuk digital dan mp3. Maka, pengguna tinggal memindahkan ke komputer atau bahkan mendengarkannya langsung dari smartphone n membuat transkip. Gampang banget.
Foto
Smartphone tanpa kamera pasti sama hambarnya dengan makan tanpa sambal bagi orang Indonesia. Atau bahkan lebih buruk dari itu, serupa makan tanpa nasi. Hil yang mustahal.
Semua smartphone pasti sudah memiliki fasilitas untuk mengambil foto dengan aneka rupa kualitas. Bahkan ada yang sangat bagus, misalnya sampai 8 mp. Bandingkan dengan kamera digital poketku zaman liputan sepuluh tahun silam, Nikon Coolpix dengan resolusi gambar hanya 3,2 mp.
Sudah resolusi bagus, gampang pula mengoperasikannya. Tinggal pencet tombol kamera, jepret, lalu olah dengan berbagai aplikasi instan untuk mengolah foto yang tersedia. Misalnya aplikasi Instagram, PicSay, dan lain-lain.
Video
Selain foto, fungsi lain yang juga selalu ada pada smartphone adalah video. Lengkap dengan aplikasi untuk menyebarluaskannnya, YouTube. Maka, jika dulu kameramen TV harus menggotong kamera seberat sampai 10 kg, kini warga dengan mudah cukup merekam video dengan jempol dan telunjuk.
Hasilnya sih memang tak sebagus kamera profesional. Tentu saja. Namun, hal terpenting dalam sebuah video berita, peristiwa, tetap bisa direkam. Itu yang terpenting. Buktinya, makin sering televisi mengambil video-video amatir dari warga dalam liputan mereka. Contoh terakhir adalah hujan meteor di Rusia. Kita justru dengan lebih mudah menemukan video-video amatir di YouTube daripada di televisi.
Aplikasi untuk merekam atau memutar video ini banyak. Dua di antaranya adalah Video Player dan MoboPlayer. Mereka dengan mudah ditemukan dan dipasang melalui Google Play jika menggunakan sistem operasi Android.
Tulisan
Aku tidak tahu apakah semua Android punya aplikasi ini atau tidak. Tapi, di Galaxy S yang aku pakai, ada fasilitas ThinkFree Office atau Memo. Lalu, baru-baru ini aku juga install WordPress for Android. Aplikasi-aplikasi ini berguna untuk menulis teks dengan mudah.
Dengan aplikasi ini, maka warga tak usah lagi mencatat di kertas. Sebagai pewarta warga, dia bisa langsung mencatat di semua aplikasi tersebut dan menyimpannya. Aku sendiri sering menggunakan aplikasi Memo saat wawancara atau liputan untuk mencatat hal-hal penting. Sebagai transkip.
Pas sudah ada waktu agak luang baru menuliskannya sebagai berita. Mudah. Hemat lingkungan karena tak butuh kertas. Dan bisa disimpan dan dicek kapan saja mau cek.
Nyambung Terus
Nah, ini yang paling asyik dari smartphone, bisa nyambung terus dengan internet. Lebih lengkap lagi karena ada aplikasi jejaring sosial di smartphone tersebut.
Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter memudahkan (pewarta) warga untuk membagi segala bentuk informasi yang sudah dibuat sebelumnya, audio, foto, video, ataupun teks melalui dunia maya. Tapi, tentu lebih bagus kalau semua informasi tersebut dibagi ke blog saja. Sebab, akun jejaring sosial pribadi agak terbatas pembaca atau penikmatnya. Kalau blog bisa lebih luas. BaleBengong hanya salah satunya. 🙂
Sayangnya sih di negeri ini koneksi internet masih sering bikin sakit hati. Leletnya setengah mati.
February 22, 2013
cie cie… yang merasa bahwa Teknologi bisa dimanfaatkan dengan Baik… 🙂
March 8, 2013
makin hebat and canggih aja gan peradaban manusia sekarang..mantap
August 25, 2015
tapi emang smartphone itu udah komplit banget sih… segala bisa dan segala ada. cukup bawa satu device aja ga repot 😀