Pak Tua, Sadarlah. Sekarang, Koran Kian Ditinggalkan..

0 , Permalink 0

Pola konsumsi media di kalangan anak muda

“Apakah adik masih baca koran?”

Nyoman Wirata, redaktur media Bali Post balik bertanya kepada mahasiswa peserta diskusi Editor’s Forum di Kuta, kemarin. Bali Post bisa disebut sebagai media tertua dan terbesar di Bali. Pertanyaan Wirata terasa seperti menguji riak air alias testing the water.

“Mmmmm,” cewek mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Udayana itu ragu-ragu menjawab. “Tidak, Pak..” lanjutnya.

Sebagian besar peserta diskusi tentang media itu tertawa.

“Nah, itu dia. Coba adik baca Bali Post. Pasti nanti ketagihan,” Wirata menukas.

Mahasiswa itu lugas menjawab balik. Dia menjelaskan teori komunikasi di mana seorang konsumen media hanya akan memilih media yang sesuai kesukaan atau preferensi mereka. Dan, bagi anak-anak muda seperti mahasiswa itu, koran bukanlah lagi pilihan yang menarik. Termasuk Bali Post.

Koran kian mereka tinggalkan..

Diskusi itu menjadi bagian dari Editor’s Forum yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Selain Wirata, narasumber lainnya adalah Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Rosarita Niken Widiastuti dan Deputi VI Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Arief Moekayat.

Dandhy D Laksono dari WatchDoc dan aku jadi narasumber dari kalangan wartawan bersama Wirata. Bahasa kerennya, kami menjadi narasumber kritis dalam diskusi selama sekitar tiga jam itu.

Hal menarik selama diskusi, bagiku, adalah bagaimana perang antar-generasi terjadi dalam hal media. Terasa sekali kesenjangan penggunaan teknologi itu di antara anak-anak muda dan orang tua.

Dialog antara mahasiswa, yang mewakili anak-anak muda, dengan Wirata, yang mewakili orang-orang tua, bisa menggambarkan bagaimana kesenjangan media dan teknologi itu terjadi saat ini.

Maret lalu, kami dari BaleBengong membuat diskusi terfokus tentang pola konsumsi media di kalangan anak muda. Peserta diskusi dari mahasiswa, murid SMA, dan blogger. Hasilnya, anak muda yang baca media cetak, seperti koran dan majalah, itu makin langka. Bahkan nyaris tidak ada.

Dalam kesehariannya, anak-anak muda itu lebih banyak mendapatkan informasi dari aplikasi pesan ringkas (instant messenger) Line Today. Aplikasi yang bahkan sudah aku hapus dari ponsel karena aku merasa tidak ada gunanya. Setelah Line Today, barulah mereka, generasi yang lahir 1990-an ke atas itu, mengonsumsi informasi dari media sosial, seperti Instagram dan Facebook. Aplikasi berita cepat semacam Twitter tidak terlalu menarik bagi mereka. Media daring seperti Kompas.com, detik.com, dan seterusnya pun tak terlalu mereka akses, kecuali jika ada isu besar.

Namun, begitulah bahkan kesenjangan pun terjadi antara aku dan mereka. Aku yang merasa cukup melek dunia teknologi informasi dan media pun merasa ketinggalan dengan tren konsumsi media di kalangan anak muda ini.

Generasi lebih tua, yang berusia 50an tahun ke atas, terlihat lebih tidak siap lagi. Alih-alih beradaptasi dengan media-media baru, semacam pesan ringkas atau media sosial, sebagai peluang, mereka justru menganggapnya sebagai sebuah ancaman.

Hasilnya, mereka lebih banyak berpikir negatif tentang media sosial. Wartawan Kantor Berita Antara, misalnya, menyatakan media sosial seperti Facebook hanya sebagai penyebar berita-berita dusta alias hoax. Nyatanya, media arus utama pun banyak yang menyebarluaskan berita dusta dari media sosial tanpa cek dan ricek sebelumnya.

Pilihannya kemudian, media-media konvensional seperti koran, mau tak mau harus menghadapi gerusan media-media baru, termasuk media sosial dan media pesan ringkas itu. Tapi, ya ini memang tidak mudah. Butuh kemauan besar untuk terbuka dan kemampuan teknis untuk menggunakan teknologi baru ini.

Di Bali? Rasanya masih jauh. Media daring pun lebih banyak hanya menyalin tempel materi dari media cetak. Aku termasuk yang melakukan itu. Bagaimana lagi, lha wong kemampuannya cuma segitu. ?

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *