Senin kemarin aku lihat mahasiswi berkuncir sedang naik motor. Melihat kuncirnya yang diikat pita oranye menyala dengan tulisan besar di tasnya, aku langsung menduga kalau mahasiswi itu lagi ikut Ospek.
Lalu aku cek tanggal. Ah, benar. Agustus – September memang musim pengenalan untuk mahasiswa baru. Ini waktunya para senior bloon sok jago ngerjain mahasiswa baru. Makanya, sebagian besar Ospek biasanya aneh-aneh. Dari yang pakai tas karung goni, sepatu beda warna, gundul, dan tetek bengek gak jelas lainnya. Biasanya sih alasannya untuk menguji emosi mahasiswa baru dan seterursnya.
But, i say, “Go to hell with your stupid reason!!”
Semua alasan itu, tak lebih yak kurang hanya kerjaan orang-orang gila hormat. Tak ada bukti bagaimana Ospek bisa mendukung kecerdasan. Adanya malah pelecehan pada mahasiswa baru, secara fisik dan mental. Ospek hanya ajang balas dendam. Tidak ada gunanya sama sekali selain menyuburkan dendam antar-generasi.
Mahasiswa baru biasanya tak berdaya melawan perintah senior. Kalah mental. Juga kalah jumlah soale. Seumur-umur aku lihat hanya pernah sekali junior yang berani melawan seniornya. Dan mahasiswa baru itu menang. Ini terjadi pada mahasiswa baru Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana angkatan 2000.
I Gede Ari Antoni, tukang kompornya. Aku lihat sendiri panitia Ospek, rata-rata angkatan 98 dan 99, tidak berani ketika Toni dan teman-temannya melawan balik. Bukannya memerintah, panitia itu malah dibentak. Gara-gara peristiwa itu aku lalu berteman akrab sama Toni. Salut aja sih sama keberaniannya..
Pelajaran pertama, lawan saja panitia Ospek kalau berani. Kalau mereka kalah mental, pasti pada minder. Hehe..
Ah, tapi aku tak sehebat itu. Mentalku yang letoy ini tak cukup berani melawan senior. Apalagi waktu itu aku baru tinggal di Bali. Jadi ya aku melawan dengan diam. Bahasa kerennya boikot. Ini perlawanan ala Samin.
Secara mental mungkin pas-pasan. Tapi aku kan punya otak. Jadi aku pakai jurus licik melawan senior. Caranya? Pura-pura pingsan. Hahaha..
Ini kejadian pas kemah untuk mahasiswa baru yang disebut Kesat, pada 1997. Aku lupa persis di mana lokasinya. Kalau gak salah sih di Petang, Badung. Pas kami baru sampai, kami langsung disuruh guling-guling layaknya tentara.
Maka, eng ing eng, aku langsung muter-muter. Bruk! Jatuh..
Gantian panitia yang repot. Aku digendong ke tenda, dikasih obat, dipijitin. Lalu sambil berbaring di matras empuk itu, aku lihat teman-temanku sedang berguling-guling di tanah. “Ah, siapa suruh kalian mau saja menuruti perintah senior tolol itu,” pikirku. Coba mau pake otak dikit, pasti malah dapat sebaliknya. Hehehe..
Pelajaran kedua, jadilah orang licik (atau sangat cerdas ya?) kalau fisik dan mental tak cukup kuat melawan senior. Dengan cara itu kita bisa aman dari kekejaman Ospek.
Seperti kata Charles Darwin, bukan orang paling kuat yang akan bertahan di dunia. Tapi, orang yang bisa beradaptasi..
Leave a Reply