Bertani di Zaman Teknologi Informasi

24 , , Permalink 0

Sekitar sepuluh tahun lalu, telepon seluler (ponsel) masih jadi barang langka. Dia menjadi sesuatu yang identik sekali dengan kemewahan. Saat itu, melihat orang bawa ponsel seperti melihat orang dengan status sosial ekonomi yang sangat tinggi. Padahal sebenarnya juga belum tentu begitu.

Kini ponsel sudah serasa kacang. Nyaris tiada orang yang tak bisa membelinya. Pemulung, pedagang asongan, penjual bunga di pasar. Semuanya sudah bawa ponsel. Kadang memang berguna untuk pekerjaan. Namun tak sedikit pula yang membawanya hanya untuk sekadar bergaya.

Continue Reading…

Farmers need assistance to access markets

1 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Denpasar  | Fri, 11/14/2008 11:01 AM | Bali

The market changes faster than people’s mindsets. This is particularly true in the agriculture sector, where many farmers still see themselves as commodity producers and not businessmen. There is a growing need for them to collaborate with different actors to link into the financial services and modern markets.

The issue was discussed at the “Inclusion of Small Producers in the Value Chain: From Field Evidence to Action”, a workshop jointly organized by Belgium-based Vredeseilanden (VECO), United Kingdom-based International Institute for the Environment and Development (IIED), and Netherlands-based Cordaid.

Continue Reading…

Water, insect woes burden farmers

Anton Muhajir, Contributor,  Tabanan | Tue, 10/28/2008 10:27 AM | Bali

The farmers of Jatiluwih are facing hardship as their crops are destroyed not only by the wereng insect and a mystery disease, but as water springs around the village dry up.

Lying on the northern tip of Tabanan, Jatiluwih is one of the island’s main rice producers, with more than 300 hectares of rice fields. The vast landscape of beautifully terraced paddies also makes Jatiluwih, some 60 kilometers north of the island’s capital Denpasar, one of Bali’s main tourist attractions.

One of the local farmers, I Wayan Sukabuana, said conditions began to change around three years ago.

“Three years ago the water springs started producing less water than before,” he said.

Continue Reading…

Farmers still neglect organic, fair trade certifications

4 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir, Contributor, Denpasar | Sun, 10/19/2008 1:34 PM | Bali

Indonesian farmers do not pay enough attention to organic and fair trade certification aimed at increasing agricultural exports, Indro Surono of PT Biocert, a certification institution for agricultural products in Denpasar, said.

Speaking at a seminar on “Social and Fairtrade: Toward Responsible and Fair Business in Agriculture”in Denpasar last week, Indro said less than 1,200 farmers in Indonesia hold organic and fair trade product certifications.

Continue Reading…

Post-harvest processing helps cocoa farmers

1 , , , , Permalink 0

Thu, 09/18/2008 10:34 AM  |  Surfing Bali

The establishment of a Cocoa Processing Unit (CPU) in Tabanan regency has helped the local cocoa farmers to get better prices and to avoid the trap set by the tengkulak (village-level commodity middlemen).

The CPU is the result of collaborative efforts between PT Big Tree Farm, an agricultural commodities’ trading company, with Amarta, the agro-business initiative funded by USAID. Amarta built the processing plant, while PT Big Tree Farm manages the commercial aspects.

The facility lies at Lalanglinggah village in West Selemadeg and not far from around 4,000 hectares of cocoa plantations operated by local farmers.

Continue Reading…

Bedugul organic farmers struggle against long distribution

2 , , , , Permalink 0

Anton Muhajir,  Contributor, Bedugul | Thu, 09/18/2008 10:35 AM | Surfing Bali

The hilly area of Bedugul, around a two-hour drive north of the island’s capital Denpasar, is one of the most scenic places in Bali.

For decades it has been the island’s biggest producer of fresh fruit and vegetables.

Recently, local farmers are breaking free from the prevailing trade and distribution scheme in order to gain better prices for their products and a better life for their families.

Continue Reading…

Super Toy ala Super Boy

10 , , Permalink 0

Peristiwa pembakaran padi Super Toy oleh petani di Purworejo jadi peristiwa paling menarik bagiku pekan lalu. Berita itu pertama kali aku lihat di TV Kamis pekan lalu. Puluhan petani di Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, itu membakar tumpukan padi mereka yang mengalami gagal panen.

Mereka juga menuntut ganti rugi kegagalan itu pada investor proyek, PT Sarana Harapan Indopangan (SHI). Besarnya sekitar Rp 1,6 milyar. Petani menuntut ganti rugi karena mereka merasa ditipu oleh investor tersebut. Ketika mengenalkan padi itu pada petani lalu menanam pada Desember 2007, PT SHI mengatakan kalau padi itu bisa panen hingga 10 ton per hektar. Juga padi itu bisa panen sampai tiga kali untuk satu kali musim tanam.

Continue Reading…

Mengunjungi Petani Kopi di Kintamani

4 , , , Permalink 0

Dari tiga tempat lain yang dikunjungi peserta partner meeting VECO Indonesia Selasa ini, aku pilih ke petani kopi di Kintamani. Sebab dua tempat lain, pengolahan kakao di Selemadeg Tabanan dan petani sayur di Pancasari Bedugul, aku sudah pernah kunjungi. Dan, menurutku, perjalanan ini memang sangat menarik.

Kunjungan lapangan ke tiga tempat ini merupakan bagian dari agenda partner meeting VECO Indonesia, tempat di mana aku kerja paruh waktu. Pertemuan mitra tahunan ini diadakan di Lovina antara 24-28 Agustus ini. Pada hari ketiga pertemuan, sekitar 90 peserta itu dibagi jadi tiga kelompok untuk berkunjung ke tiga lokasi. Aku pilih yang ke Kintamani karena aku belum pernah ke sini.

Continue Reading…

Pilih Kedaulatan Pangan atau Rantai Pertanian Berkelanjutan?

0 , , , , Permalink 0

Ini diskusi paling hangat di pertemuan tahunan mitra VECO Indonesia hari ini. Lembaga di mana aku kerja part time ini sedang menggelar pertemuan tahunan. Sekitar 90 orang dari mitra-mitra di Flores, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Bali ini berkumpul di Hotel Sunari Lovina Buleleng.

Pertemuan tahunan ini dimulai tadi pagi. Namun peserta sudah sampai di hotel sejak kemarin sore. Semalam kami sudah berkenalan satu sama lain. Latar belakang sebagian besar peserta adalah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendamping petani. Hanya sedikit organisasi petani atau malah petani itu sendiri. VECO Indonesia, tempat di mana aku kerja part time memang lebih banyak berhubungan dengan LSM pendamping petani dibanding dengan petani langsung.

Continue Reading…

Membantu Produsen, Mengingatkan Konsumen

Setelah produksi pertanian sudah terpenuhi, VECO Indonesia kini mendorong konsumen agar lebih peduli produk pertanian sehat. Tulisan ini adalah bagian ketiga dari tulisanku untuk LONTAR, media internal VECO Indonesia, LSM tempat aku kerja part time.

Setelah divonis oleh dokter bahwa dirinya terkena penyakit diabetes 16 tahun lalu Nuraini pun mulai mengonsumsi beras organik. “Saya ingin menjaga kesehatan saya tanpa mengonsumsi beras yang sudah tercemar pestisida,” kata ibu dua anak ini. Nuraini, pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo ini yakin bahwa beras organik lebih sehat dan bagus untuk mencegah dampak lebih buruk diabetes. “Sejauh ini saya bisa menjaga berat badan tetap sehat dan stabil,” katanya.

Continue Reading…