Iya. Judulnya memang maksa biar berima.
Cuma ya tak apa. Namanya ngeblog kan bebas merdeka mau menulis dengan gaya apa saja. Apalagi kalau cuma urusan kata-kata di judul. Toh, sudah tahu maksudnya, resolusi sepanjang tahun ini.
Tumben-tumben saja pengen membuat sembilan resolusi pas tahun baru. Inilah dia resolusi ala jurnalis yang konon tidak punya ambisi.
Pertama, aku pengen belajar lagi menulis esai atau opini di media arus utama. Menulis artikel opini atau esa ini sebenarnya dulu sering aku lakukan zaman mahasiswa.
Dulu rasanya aku cukup rajin menulis esai ringan di Bali Post Minggu atau resensi buku di Media Indonesia. Pernah juga beberapa kali menulis artikel di Jawa Pos yang saat itu memang cukup memberikan ruang bagi pikiran-pikiran mahasiswa.
Awal tahun ini aku kangen saja lagi menulis seperti dulu. Sesuatu yang ringan tetapi semoga bisa menjadi refleksi untuk diri sendiri atau mungkin orang lain. Setelah capek memungut fakta demi fakta sebagai jurnalis, rasanya pengen punya waktu lebih untuk merefleksikan dan menulisnya.
Pengennya sih setidaknya sebulan sekalilah menulis di media lokal.
Kedua, aku pengen lebih rajin liputan ke lembaga-lembaga negara, seperti kantor gubernur, DPRD, pengadilan negeri, dan semacamnya. Pengen lebih bergaul dengan narasumber dari kalangan pengambil kebijakan. Biar tahu dari sisi yang benar-benar berbeda.
Hampir 20 tahun jadi jurnalis profesional, rasanya aku amat jarang liputan ke tempat-tempat semacam ini. Aku ingat-ingat, selama ini lebih banyak liputan tentang isu-isu yang mungkin tak terlalu aktual. Lebih banyak cerita-cerita dari lapangan.
Tahun ini mungkin perlu mengubah posisi. Mau belajar mendekat ke para pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan di Bali ini sekaligus mencari tahu, apa sih yang selama ini sudah mereka kerjakan.
Sesekali bolehlah menjadi orang yang percaya pada pemegang kekuasaan. Sebab, seperti kata seorang teman aktivis yang kini menjadi bagian dari kekuasaan, kesalahan orang-orang kiri di Indonesia adalah tidak memiliki bayangan ketika berkuasa.
Sebagai orang sok kiri, pengen juga tahu bagaimana rasanya dengan penguasa. Siapa tahu terus ketularan kekuasaannya. Hehehe…
Ketiga, tahun ini pengen lebih banyak puasa data. Mengurangi mengumbar data-data pribadi di media sosial. Misalnya mengurangi unggah foto pribadi di Instagram atau ngoceh gak penting di Twitter.
Setelah tahun lalu berhasil menonaktifkan akun Facebook (meskipun tidak sampai menghapus), tahun ini ingin mengurangi juga kecanduan di media sosial lain.
Untuk Instagram, sudah aku atur biar total waktu per hari tak lebih dari 30 menit. Jadi, begitu sudah 30 menit, langsung muncul peringatan, “Holaaaa. Sudah 30 menit nih. Mau ubah batas waktumu?”
Tentu saja tidak. Terima kasih..
Keempat, aku pengen lebih banyak waktu untuk baca buku. Mikirnya sih kalau waktu dengan gawai sudah berkurang, mungkin akan lebih banyak waktu untuk baca buku lagi. Paling asyik tentu pada malam hari menjelang tidur.
Sejak tahun lalu ponsel sudah aku atur agar mati otomatis pukul 10 malam. Jadi, kecuali ada hal-hal urgen, biasanya ponsel tidak aku hidupkan lagi. Dengan begitu otomatis pilihan kegiatan lain sebelum mata merem ya tinggal buku atau ngobrol sama Bunda jika dia gak keburu tepar duluan.
Kelima, tahun ini semoga bisa lebih rajin ngeblog lagi. Rasanya kenikmatan ngeblog belum bisa terkalahkan oleh godaan media sosial yang terkutuk. Menulis panjang tetap lebih mencerahkan dibanding satu dua kalimat terpotong-potong lewat Twitter, misalnya.
Targetnya sih ya setidakanya seminggu sekalilah. Syukur-syukur malah dua kali seminggu. Kalau dipikir sih menulis sekitar 500 kata tiap hari juga rasanya mudah saja.
Keenam sampai kesembilan, semoga semua resolusi di atas tidak hangat-hangat tahi kodok. Tak hanya ingat sehari dua hari setelah tahun baru, tetapi juga konsisten sampai akhir tahun ini. Biar resolusi tidak hanya jadi basa-basi.
Namun, kalau lupa ya tak apa juga sih. Jika resolusi tahun ini belum berhasil kan tinggal diulangi lagi tahun depan. Begitu seterusnya sampai Prabowo jadi presiden. Hehehe…
Leave a Reply