“Ayah, aku mimpi buruk sekali tadi.”
Bani memulai obrolan pagi ini. Kami duduk di sofa ruang tamu sekitar pukul 6 pagi. Dia baru bangun tidur, cuci muka, lalu duduk di sampingku. Aku lagi baca koran.
“Mimpi apa?” tanyaku.
“Mimpi mau ada pembangunan jalan tol di Subak Dalem,” jawabnya merujuk jalan di mana kami tinggal di daerah Denpasar Utara.
“Jalan tol kan bagus? Kok dibilang buruk?”
“Enggaaaak. Soalnya kan dia mau merobohkan rumah-rumah kita. Semuanya dirobohin. Yang bangun jalan tol bawa mobil besar-besar untuk merobohkan rumah kita. Wih, sampai habis semua, Yah…”
Aku menyimak ceritanya sambil tetap memegang koran. Bani melanjutkan sambil duduk bersandar.
“Kasihan sekali, Yah. Kita sampai harus bawa alat kemah ke mana-mana. Kita tidur di tenda. Aku terus ngajak NakNik (nama komunitas anak-anak di gang kami) demo. Teman-teman di sekolah dan miss-miss (sebutan untuk gurunya di sekolah) juga ikut demo.”
“Demo di mana?” aku bertanya.
“Di jalan tolnya.”
“Terus?”
“Iiih, kotor sekali di bawah jalan tolnya. Banyak lumpur. Hitam. Di sana ada Handrew (anak di gang). Habis itu aku sama Handrew ke rumah Komang (nama anak lain di gang). Ternyata di sana ada Dika, ada Wira, ada Yoga. Kami bikin pertemuan rahasia..”
“Wih. Kok seru sekali. Kenapa rahasia?”
“Iya. Soale kami mau bikin demo lagi menolak jalan tolnya. Pas kami rapat rahasia, ada suara, “Bangun, bangun..” Terus aku bangun tidur. Ternyata aku mimpi, Yah. Kirain beneran, lho..”
Begitulah cerita mimpi buruk Bani, anak pertama kami yang belum genap tujuh tahun dan baru kelas 1 SD. Dia menceritakan dengan detail tema demonya yang memang seru. Seru sekali..
May 22, 2013
Sudah luas sekali mimpinya ya…
May 22, 2013
seruuu. smoga ada sambungannya mimpimu, nak
May 26, 2013
Pasti Bani banyak belajar dari pak dhe Gendo neh..minim denger cerita doi.
September 10, 2013
pergaulannya bani menembus batas usia dan jamannya dia.. ;))