Mudik, Sudah Mahal Tak Asyik Pula

0 , Permalink 0
kejepit

Foto suasana bus PT KAI dari Gilimanuk ke Denpasar.

Kenyataan selama mudik ternyata jauh dari harapan.

Bukannya mendapatkan nuansa nyaman dan santai, kami malah harus antre, naik turun, plus membayar mahal. Kapok deh rasanya.

Padahal, ketika akhirnya memutuskan mudik dengan kendaraan umum, kami membayangkan suasana mudik yang lebih asyik. Niatku sendiri pun (semoga) baik, mengurangi kemacetan karena banyaknya kendaraan pribadi selama musim mudik. Jadi, tak apalah kalau lebih mahal sedikit daripada bawa mobil sendiri.

Tapi ya, begitulah. Jauh kenyataan dari harapan.

Pertama dari sisi harga. Ketika bawa mobil sendiri dari Bali ke Lamongan awal Januari lalu, kami hanya menghabiskan sekitar Rp 600 ribu pulang pergi. Jika dihitung plus makan selama perjalanan, paling cuma Rp 1 juta.

Sekarang, dengan transportasi publik, kami harus bayar lebih dari Rp 3 juta. NJRIT!

Rincian biaya mudik tersebut antara lain tiket bus Denpasar – Surabaya untuk empat orang masing-masing Rp 280 ribu. Total Rp 1.120.000. Plus sewa mobil dari Surabaya ke Lamongan Rp 450.000.

Lalu tiket balik dengan kereta, masing-masing Rp 265.000. Total jadi Rp 1.060.000. Sewa mobil dari Lamongan ke Denpasar Rp 450.000. Mahalnya biaya transportasi ini jelas mencekik. Kenaikannya gila-gilaan hanya karena mau lebaran.

Setelah mahalnya biaya, tranpsortasi publik pun tak terlalu nyaman. Pas berangkat sih oke. Bus Gunung Harta yang kami tumpangi memang enak. Nyaman.

Cuma pas balik dengan kereta api yang jauh dari harapan. Kursi tak bagus. Kendaraan penjemput sumpek. Layanan kereta api tak senyaman yang aku bayangkan selama ini.

Terakhir, naik transportasi umum juga tak jauh beda dengan membawa kendaraan pribadi. Sama-sama macet. Padahal, aku mikir perjalanan bisa lebih lancar karena dengan kendaraan umum. Ternyata sami mawon.

Bus yang kami tumpangi tetap harus mengalami lima jam kemacetan di penyeberangan Gilimanuk Denpasar. Baliknya sih lancar. Tapi ya karena memang belum puncak arus balik.

Ketika mudik dengan kendaraan umum terasa begitu mahal dan melelahkan, aku jadi ingat ajakan pemerintah: gunakan transportasi umum saat mudik untuk mengurangi kemacetan.

Wajar banyak yang ogah.

Seharusnya pemerintah membuat aturan agar tarif tiket menjelang Lebaran bisa lebih murah. Bukannya sebaliknya. Jika harga tiket lebih murah, tentu para pemudik bisa mempertimbangkan bahwa setidaknya dari sisi biaya, transportasi lebih murah.

Setelah tiket lebih murah, lebih asyik lagi kalau transportasi publik mendapat keistimewaan di jalan. Kasih jalur khusus terutama di penyeberangan. Biar tak terjebak macet berjam-jam dengan kendaraan pribadi.

Jika naik bus dan kereta lebih mahal dan tetap tak nyaman, ya besok-besok enakan bawa mobil sendiri. Biarin saja kena macet. Toh sama kayak naik bus biasa.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *