Merayakan Kemenangan Ego Saat Lebaran

0 , , Permalink 0

mudik-surabaya

Lebaran sudah berlalu. Sekarang tinggal menghitung utang.

Hehehe. Tidak segitunya juga sih. Tapi Lebaran memang selalu membuatku mengelus dada. Prihatin.

Berkumpul keluarga selalu menyenangkan. Kembali berbagi cerita di rumah kelahiran. Jalan-jalan. Makan bersama. Mengenang masa-masa kecil. Semua menyenangkan.

Tapi, itu tidak murah. Biayanya mahal.

Kami sendiri, keluarga dengan dua anak, menghabiskan setidaknya Rp 6 juta untuk mudik. Biaya paling mahal untuk transportasi. Tiket pesawat hampir Rp 4 juta untuk empat orang Denpasar – Surabaya bolak-balik. Itu pun sudah yang paling murah.

Tapi, itulah ironi yang paling membuat sakit hati di negeri ini. Soal mahalnya biaya transportasi saat hari raya.

Semula kami berniat menjadi warga negara yang baik. Mau menggunakan transportasi umum dengan naik bus saja. Harapannya agar biaya bisa lebih murah.

Ternyata tidak juga. Tiket bus malam Denpasar – Surabaya mencapai Rp 350 ribu sekali jalan. Padahal biasanya Rp 200 ribu. Sekarang naik menjelang Idul Fitri. Kalau dihitung-hitung buntutnya ya sami mawon dengan naik pesawat.

Sempat juga mau naik bawa mobil sendiri. Apa daya selain mobil lagi masuk bengkel juga karena tidak ada sopir cadangan. Pilihan masuk akal ya naik pesawat biar lebih cepat.

Tinggallah kemudian gerundelan tentang betapa kacaunya sistem transportasi publik di negara ini.

Tiap tahun, isu yang muncul pun sama. Kemacetan panjang mereka yang mudik. Tahun ini pun terjadi lagi. Kak Alhan yang mudik dari Jakarta ke Lamongan sampai antre hampir 24 jam. Bahkan ada pula korban meninggal ketika terjebak kemacetan.

Kalau dipikir sebenarnya gampang. Kemacetan terjadi akibat terlalu banyak kendaraan. Kalau mau perjalanan lancar, kurangi kendaraan pribadi, seperti motor dan mobil. Perbanyak angkutan umum seperti kereta dan bus.

Tapi ya itu masih mimpi.

Apalagi ketika gengsi orang-orang di negara ini makin tinggi. Mudik juga jadi waktu untuk pamer keberhasilan. Membawa kendaraan pribadi bagian dari itu. Tentu saja selain untuk memudahkan juga untuk membangun kesan dan pesan tentang keberhasilan di tempat perantauan.

Walhasil, mudik Lebaran tak semata waktu untuk berkumpul keluarga. Dia juga jadi waktu untuk memamerkan kemenangan ego. Biar orang terkesan. Biar kita kelihatan meyakinkan.

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *