Sejak awal punya nomor pribadi di telepon seluler (ponsel) pada 2001 aku memilih nomor XL. Alasanku waktu itu karena harga XL yang paling terjangkau. Aku lupa persis berapa harganya saat itu. Tapi yang pasti aku ingat, nomor ini yang bisa kubeli dibanding Mentari atau Simpati, dua operator besar lainnya.
Artinya, aku memilih nomor ini bukanlah tanpa mikir. Meski jaringan XL tidaklah sebagus Simpati –yang setauku memang menggunakan jaringan Telkom- atau Mentari, aku tak pindah ke lain hati.
Ada beberapa kejadian di mana aku kehilangan sinyal XL. Misalnya di desaku, di pesisir utara Lamongan sana, belumlah terjangkau pada awal aku pakai nomor ini. Aku inget saat itu aku harus naik bukit kalau pas lagi di kampung, untuk dapat sinyal. Sekarang sih sudah bagus jaringannya. Tapi masih ada masalah. Januari lalu, ketika aku di Flores, jaringan ini benar-benar tidak ada. Selama di Flores aku ganti ke kartu As.
Lalu ketika kembali ke Bali, aku tetap pakai nomor lama, XL! Mungkin karena aku tipe setia. Hehe.. Sekali lagi aku pakai XL justru karena aku punya pikiran. Salah satunya ya karena nomor ini sudah kadung jadi nomor sejak awal. Sudah kadung ada hubungan psikologis yang kuat dengan nomor ini.
Tapi iklan di TV yang kulihat sejak minggu lalu mulai mengusik kesetiaan itu. Bagiku, bukannya menarik orang untuk menarik orang, iklan ini bagiku kok justru merendahkan. Iklan ini menayangkan percakapan –tentu saja hasil dubbing- antara beberapa monyet soal kartu XL.
Di percakapan awal monyet-monyet itu menyindir operator lain yang memberikan tarif murah dengan catatan tertentu. Lalu seekor monyet lain nyaut. Dia kurang lebih bilang kalau pakai kartu XL itu tidak usah mikir.
Dari awal aku lihat iklan ini, aku sebagai pelanggan kok malah merasa dilecehkan. Pertama karena penggunaan monyet sebagai bintang iklan sama sekali tidak lucu, malah merendahkan. Masak pelanggan disamakan dengan monyet? Yang bener aja, dong..
Kedua, bahwa tidak perlu mikir untuk pakai XL. Aku benar-benar gak ngerti dengan maksud iklan ini. Masa sih pelanggan, aku termasuk di antaranya, memilih operator ini tanpa mikir? Memangnya aku segoblog itu!! Tentu saja aku mikir pas milih nomor ini, seperti aku sudah sebut di atas. Juga tentu saja aku mikir ketika tetap pakai nomor ini meski kadang masih ada masalah.
Kenapa tidak justru mereka membuat iklan bahwa orang yang pakai XL itu ya orang-orang yang mikir? Bukankah dengan itu mereka akan bangga bahwa orang pakai XL itu ya gak asal pake.
Jadi, overall, iklan XL yang satu ini memang aneh. Apalagi pas aku lihat spanduknya di jalan-jalan. Spanduk iklan itu juga memperlihatkan kepala monyet dengan materi tak jauh berbeda.
Kalau tidak salah, XL sudah pernah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ketika membuat iklan ada orang kawin dengan kambing. Alasan KPI saat itu karena iklan ini dianggap merendahkan manusia. Masak ada sih orang kawin dengan kambing. Eh, ternyata sekarang mereka melakukan hal yang sama..
Mungkin sekarang saatnya mereka ganti agen pembuat iklan agar bisa membuat iklan yang lebih menarik. Kalau tidak, mungkin aku yang memang harus ganti nomor HP..
Leave a Reply