Puncak tumpeng menandai penyerahan tongkat estafet di Sloka Institute.
Aku memotongnya setelah memberikan basa-basi tentang lembaga ini. Potongan tumpeng ulang tahun itu kemudian aku serahkan pada Gus Tulank. Puncak tumpeng ini hanya simbol. Di baliknya adalah tanggung jawab untuk membawa Sloka.
Begitulah. Perayaan ultah Sloka kelima kemarin adalah perayaan kami yang pertama. Kami belum pernah merayakan ultah sama sekali sebelumnya. Kali ini agak istimewa karena selain perayaan ultah kelima juga sekaligus pergantian direktur.
Pergantian ini hal yang sudah kami diskusikan sejak pertengahan tahun lalu. Pada akhirnya aku harus berhenti sebagai direktur. Ada beberapa alasan. Pertama karena sebenarnya aku sebagai pendiri yayasan juga tak boleh jadi direktur. Itu sih yang pernah aku baca di Undang-undang tentang yayasan.
Kedua, lima tahun rasanya sudah cukup bagiku menjadi orang yang bertanggung jawab pada lembaga ini. Kini waktunya fokus pada beberapa hal, terutama Bale Bengong dan kampanye jurnalisme warga.
Ketiga, aku sebisa mungkin menghindari personifikasi lembaga dengan seseorang. Males saja kalau ada yang mengidentikkan dengan Sloka dengan aku hanya karena aku pendiri dan lalu jadi direktur.
Kini, biarkan Gus Tulank yang meneruskan. Tiga tahun kami belajar bersama, aku yakin bisa jadi modal bagus buat dia mengordinir dan mengelola Sloka. Tak tahu sampai kapan.
Jika dulu kami memulai dengan iri dan nekat, rasanya sekarang modal teman-teman Sloka sudah lumayan. Ada jaringan, tak hanya di Bali tapi juga nasional yang sudah terjalin dengan baik. Ada logistik yang setidaknya setahun ke depan sudah cukup buat program, kegiatan, dan operasional.
Hal lebih penting, ada modal pengalaman dan semoga kepercayaan diri, setidaknya buat Gus Tulank dan Intan. Aku tinggal sadar diri. Mengurangi peran dan semoga tidak terjebak post power syndrome, merasa lebih hebat, paling benar, lalu cari-cari kesalahan penerusnya.
Maka, Jumat kemarin, kami merayakan perjalanan sekaligus pergantian itu. Kami memasang tenda di depan kantor. Jalan umum kami blokir sementara dengan kursi-kursi. Sekitar 30 teman, seperti mahasiswa, aktivis LSM, jurnalis, blogger, dan lain-lain kumpul di sana. Ada Rahaji dan Om Dadang yang menyanyi sekitar 10 lagu.
Suasana asyik. Penuh hahahihi di antara nasi jinggo, nasi kuning, teh, kopi, plus beberapa botol bir. Selama sekitar tiga jam kami berbagi kegembiraan. Pukul 9 malam, perayaan usai.
Selanjutnya.. Ayo, Gus Tulank. Silakan bekerja. Aku bantu dengan semangat dan doa. 🙂
April 3, 2012
beh.. milu2 nutup jalan umum nok..huehehehe
Selamat bekerja buat Gus Tulang, selamat menjadi pelingsir buat suhu antonemus
April 3, 2012
Selamat untuk Sloka, maaf kemarin ndak jadi ikut :).
April 5, 2012
selamat buat gus tulank dan mas anton,selamt mengemban tugas barunya.
*maaf, kemarin gak sempat datang, alasan klasik dan mendukung juga, hee*
April 6, 2012
Good Luck buat Gus Tulank dan Antok sukses mengawal suksesi tanpa ada pertumpahan darah hihihi.
April 6, 2012
Maksud ku Anton .. bukan Antok.
April 9, 2012
Selamat, untuk semua yg ada di Sloka Institute. Maju terus. Pengen sekali saat itu ada di bawah tenda bersama – sama bergembira. Namun sayang sekali, pasti hari H ada yg mesti didahulukan. Once again…good luck for all of you.
April 13, 2012
*uhk*…merasa bersalah ga ikut nutup jalan… :((
April 16, 2012
iya, mas. kapan lagi bisa semena2 seperti mereka yg suka nutup jalan. 😀
April 16, 2012
tengs, cahya. kemarin aku sampe bolak-balik liat ke arah dekade. tapi kamu tak nongol. pantes saja. lha wong langsung pulang. hihihi..
April 16, 2012
tengs, gus. tak apa tak datang. yg penting tulisanmu buat balebengong tetap lancar. 😀
April 16, 2012
matur nuwun, mas hendro. kapan BOC suksesi? hihihi..
April 16, 2012
kabarnya kamu sudah jadi wartawan andal ya, ka. jangan lupa main2 ke sloka ya. kirim tulisan juga boleh kok. :p
April 16, 2012
iya, gung. harusnya kamu jadi pecalang. sptnya cocok. 😀