Biasanya ada dua pilihan saya untuk ke bandara Ngurah Rai Bali. Kalau tidak diantar teman atau istri, saya pilih naik taksi. Ini tergantung pihak yang mengundang acara. Kalau pengundang akan mengganti biaya taksi berapa pun besaranya, maka saya akan naik taksi. Tapi kalau pengundang hanya mengganti uang transport, maka saya akan pilih diantar teman atau istri.
Oya, mohon maklum. Sebagian besar perjalanan saya yang menggunakan pesawat adalah karena pekerjaan atau kegiatan yang dibayar orang lain. Jadi, faktor biaya ke bandara itu jadi penting. Kalau biaya naik taksi diganti, berapa pun besarnya, tentu tidak masalah. Tapi kalau hanya diganti sebagai uang transport lokal yang sudah pasti besarnya, maka biaya ini harus dihitung dengan hati-hati. Saya kan tidak mau tekor.
Diantar teman atau istri memang enak. Tidak keluar biaya. Kadang lebih cepat pula dibanding naik taksi. Masalahnya, ini juga tergantung si pengantar. Ada tidak. Kalau toh ada, bisa tidak. Belum lagi kadang-kadang merasa tidak enak karena merepotkan orang lain.
Tapi, aha, sekarang sudah ada jawaban murah meriah kalau mau ke bandara. Panggil saja Motor Taxi di 0361 – 7967575!
Layanan ini berupa antar jemput dengan alat transportasi sepeda motor, bukan taksi. Sama saja dengan ojek. Tapi lebih serius. Misalnya ya pakai fasilitas telepon itu tadi. Sepertinya lebih profesional.
Sebenarnya saya sudah melihat Motor Taxi ini sekitar dua bulan lalu. Waktu itu ketika saya sedang di padatnya jalanan Denpasar. Dengan plastik bening penghalang angin di depan berisi tulisan Motor Taxi, sepeda motor ini memang langsung mencuri perhatian. Makanya saya langsung mengingatnya. Tapi belum sempat pakai waktu itu.
Setelah itu saya juga sempat baca di blognya Saylow, teman di Bali Blogger Community (BBC), tentang iklan Motor Taxi ini. Jadi, motor taxi ini makin mudah diingat.
Pekan lalu, saya akhirnya mencoba ojek gaya baru di Bali ini. Sekitar satu jam sebelum ke bandara, saya telepon 7967575 untuk pesan satu motor ke bandara.
“Kalau ke bandara berapa harganya, Pak?” tanya saya ke petugas yang melayani lewat telepon.
“Sepuluh ribu, Pak. Itu harga sama ke semua tempat jauh maupun dekat,” jawabnya.
Ah, ternyata benar. Harganya memang murah meriah.
Pukul 2 siang, motor taxi itu pun nongol di depan rumah saya di kawasan Denpasar Utara. Hanya telat tidak sampai lima menit. Tidak apa-apa. Operator, istilah untuk pengendara sepeda motor itu yang dalam bahasa lain bisa disebut tukang ojek, mengaku kalau dia memang harus mencari-cari dulu alamat rumah saya. Ya, bisa dimaklumi lah.
Motor Taxi memang layanan baru di Bali. Menurut Ketut Eli, 24 tahun, operator yang menjemput saya, layanan ini baru berumur tiga bulan lalu. Eli sendiri malah baru satu minggu bergabung. Selain Eli, ada sekitar 30 operator lain milik Motor Taxi yang berkantor di daerah Padanggalak Sanur, Denpasar Timur ini.
Sehari-hari Eli tinggal Mambal, Badung, sekitar 25 km utara Denpasar. Dia tidak harus ngantor tiap hari. Kalau ada telepon dari kantor, dia baru berjalan mencari penumpang layanan ini. “Operator tidak boleh melayani penumpang di jalan. Semua harus diatur sama kantor,” kata lulusan Sekolah Teknik Mesin di kawasan jalan Seroja Denpasar ini.
Jarak paling jauh yang harus ditempuh Eli adalah Nusa Dua. Selebihnya hanya di dalam kota Denpasar, yang relatif kecil itu.
Karena itu, Eli mengaku kerjanya santai. Kalau tidak ada permintaan dari kantor, dia tidak perlu ngetem atau menunggu di satu tempat layaknya sopir taksi. Cukup bersantai di rumah. Toh, meski demikian tiap hari ada saja penumpang yang harus diantarnya. “Rata-rata tiga hingga empat penumpang,” ujarnya.
Dengan kerja yang menurutnya relatif santai ini, Eli dibayar Rp 750 ribu per bulan. “Lumayan untuk bujangan seperti saya,” kata pemuda yang selalu berbicara dalam bahasa Bali halus pada saya ini.
Menurut Eli, tidak ada syarat khusus untuk jadi operator ini. Sepeda motor Yamaha Jupiter yang dia pakai pun milik kantor dan bisa dibawa pulang tiap hari. Meski demikian dia harus bersaing dengan ratusan pelamar lain untuk bisa mendapat pekerjaan ini.
Siang itu, saya pun ke bandara Ngurah Rai diantar Eli. Motor Jupiter yang kami naiki pun melaju dengan santai ke bandara. Eli di depan dengan rompi warna hijau terang, seperti polisi, dan jaket lengan panjang. Kami lewat jalan Gatot Subroto Timur – jalan By Pass Ngurah Rai agar lebih cepat.
Salah satu niat saya naik motor taxi memang agar cepat. Maka, saya heran ketika sepeda motor itu berjalan pelan. Saya lihat jarum speedometer memang tidak pernah naik lebih dari 60 km per jam. “Kalau di By Pass memang tidak boleh lebih dari 60 km per jam,” kata Eli. Oalah, ternyata begitu. “Malah kalau di dalam kota, tidak boleh lebih dari 45 km per jam,” lanjutnya.
“Tapi itu tergantung penumpangnya juga. Kalau penumpang memang mau cepat ya bisa saja ngebut,” tambahnya.
“Ya sudah. Ngebut saja deh,” kata saya.
Pelan-pelan jarum speedomter itu pun naik: 60, 70, sampai 80 km per jam. Motor taxi ini membuat perjalanan saya memang lebih cepat. Dan murah tentu saja. Hanya Rp 10 ribu. Bandingkan dengan taksi yang sampai Rp 80 ribu..
April 23, 2008
mih tiyang baru nawang ade ane kene jani..oya apa gak ada saling sikut2an ntar dengan ojek konvensional.. kali aja bli.. siapa tau ada yang ngiri gitu..
ah ini cuma perasaan saya saja ya..
April 23, 2008
gimana nasib dokar yah?
April 23, 2008
wah info nya baru nih bli buat saya.. thx..
hmm.. bisa request “supir” yg cewek ngga bli?.. kikikiki.. khan skarang udah jaman emansipasi .. ups! 😀
April 23, 2008
info baru nih, sekarang manggil taxi bluebird datangnya kalau ke waturenggong lama banget. beberapa kali pulang balik jakarta cuma sehari dua hari kan nggak bawa tas besar, jadi bisa juga dicoba..jangan2 keberatan juga.
April 24, 2008
wah thanks bli anton atas info nya, berarti ada sarana transportasi baru nih yg murah meriah dan bisa terjangkau, nama nya keren juga “Motor Taxi”
April 25, 2008
ooo baru ya..kapan2 deh nyoba pas di dps..
@ blig oka negara: mungkin pesen operator yg pake motor besar bli.. 🙂
April 25, 2008
ooo baru ya..kapan2 deh nyoba pas di dps..
@ bli oka negara: mungkin pesen operator yg pake motor besar bli.. 🙂
April 25, 2008
saya juga baru kemarin liat motor taxi lewat depan rumah. Mudah2an Motor Taxi ini dikelola secara profesional… Jadi ikut bangga kalau ada transportasi yg semakin profesional di bali.
April 28, 2008
@ paramarta: yg ada mungkin kebut2an sama tukang ojek konvensional. 🙂 itu menarik utk dicari lbh lanjut, bli. sptnya sih menarik.
@ ick: hehe, ini pasti penggemar dokar. menurutku sih mereka beda “kelas”, bli. jdnya tdk trlalu jd soal. dokar jg skr lbh banyak utk pariwisata.
@ wahyu blue: ah, dasar cowok idung ijo. maunya sama cewek terus. 😀
@ okanegara: kalo pesen ojek, ingetin tukang ojeknya agar pake harley. biar kuat. 😀
@ john: sama2, kang john.
@ dani: silakan coba, bli. sekalian ajak dr oka utk jalan2 keliling naik ojek. 🙂
@ wira: sama, bli. aku jg ikut bangga. dan senang tentu saja. 😀
April 30, 2008
Wah asik ada motor taksi. Konsepnya menarik. Saya pertamanya malah terkejut ngelihat, orang bawa motor isi pelindung angin, pake jaket safety di jalan-jalan. Eh ternyata motor Taxi, tapi apa bener jauh dekat 10.000, bagaiman kalau keluar kota?
May 8, 2008
hanya dgn Rp.150.000/unit/day. Anda2 yg berminat untuk tour keliling bali dari jam 06.00 pagi-09.00 malam dgn motor taxi bisa hub.BrandHall (0361)8520652/225698
atau alamat email : baliholidaya@hotmail.com.
Gimana anda mau mencoba tantangan baru??? ;;-) ayooo…buruan!!!!!
August 8, 2008
Kemaren saya pake motor taxi ini juga untuk pulang ke rumah. Tapi operatornya minta 15 ribu. Ahh 10 ribu kok pak saya bilang, kan saya udah biasa.. Dia bilang kan udah malam bu.. ga bisa donk..kan tetap aja jaraknya sama siang or malam.. hehehe……..
June 23, 2009
Om swastiastu”
Ini benar2 ide yang sangat imaginatif nan kreatif”!!, Ditengah deraan beraneka ragam bisnis yang seragam, saya kira ini termasuk pioner bisnis, yang jika dikelola dengan baik, hanya tinggal menunggu pesaing sejenis maupun bisnis yang sama dengan pengelolaan yang berinofatif.
Sebelumnya saya kira penentuan harganya menggunakan argo electronic macine” tapi ternyata berdasarkan jumblah tujuan, dan sangat terjangkau.
Tapi dilain hal, karena ini termasuk bisnis jasa’ tinggal menunggu perkembangan, apakah bisnis ini akan tetap konsisten dengan berbagai hal yang mereka sudah tawarkan pada konsumen.
Sebab banyak bisnis jasa yang diawal promosinya begitu semangat namun saat bisnis itu menua, sang pengelola jenuh” dan terkadang tidak memperhatikan perkembangan kebutuhan pasar.
So, direct call, and remember if it does not need to push ahead. haha,–
thanx