Akhirnya Harus Pasrah (Sementara) karena Kalah

0 , Permalink 0

Not selected for the scholarship

Tak ada lagi harapan tahun ini.

Dua lamaran beasiswa terakhir ke Belgia akhirnya memberikan hasil seleksinya. Aku tidak lolos keduanya. Padahal, keduanya menjadi harapan terakhir hingga saat ini. Sedih.

Tapi ya bagaimana lagi. Sebenarnya mau marah dan sakit hati. Tapi percuma juga. Akhirnya sadar diri saja. Orang memang belum levelnya untuk mendapatkan beasiswa. Jadi ya pasrah saja.

Berita ketidaklolosan itu datang bersamaan kemarin dari dua kampus di Belgia, Ghent dan Antwerp. Di dua kampus itu aku melamar beasiswa untuk jurusan yang sama, ilmu pembangunan.

Pengalaman pernah bekerja di lembaga yang berkantor pusat di Leuven, Belgia aku pikir lumayan sebagai modal. Apalagi surat rekomendasinya juga, menurutku, sudah paten dari mantan bos yang sekarang di Belgia dan satu profesor di Australia yang pernah aku bantu risetnya.

Karena itu aku lumayan percaya diri meskipun tetap realistis. Ternyata ada gunanya memang berpikir realistis. Aku jadi tidak terlalu stres lagi ketika akhirnya mendapatkan kabar tidak lolos beasiswa dari Belgia.

Berbeda sekali dengan kejadian sebelumnya.

Awal bulan ini, dua pengumuman lain juga datang dengan hasil sama, lamaran beasiswaku belum diterima. Satu dari kampus di Swedia. Satu dari Hungaria. Ketika itu, rasanya stres banget. Benar-benar stres.

Penyebabnya bisa jadi karena harapan yang terlalu tinggi. Terlalu berharap akan diterima. Sekali lagi bukan terlalu percaya diri tapi terlalu berharap. Saking ngarepnya itu, maka ketika akhirnya tidak lolos maka jadi stres sendiri.

Sakit hati. Kecewa. Depresi. Lebay. Padahal ya cuma karena tidak lolos seleksi beasiswa.

Belajar dari situ, makanya aku pilih realistis saja. Boleh saja menjaga harapan sekaligus tetap menjaga kewarasan. Memang kecewa tapi setidaknya tidak stres lagi.

Kabar kegagalan dari Belgia itu menutup akhir dari lamaran-lamaran yang aku kirim intens sejak awal tahun ini. Setelah dua berita terakhir itu, mari santai sejenak dulu. Melupakan sementara perjuangan mencari beasiswa. Mari kembali rajin liputan, menulis, dan ngurus Sloka saja.

Kalau nanti sudah waras, baru kembali berjuang keras. Yuks..

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *