Alat baru untuk menyuarakan perlawanan itu ada di internet.
Para aktivis demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) dari 16 negara di Asia pun mengakui dan memanfaatkan kekuatan baru tersebut. Melalui berbagai blog, Facebook, Twitter, dan bentuk media baru (new media) lainnya, para aktivis itu bergerilya melakukan perlawanan.