Menikmati Hidup ala Kartu Tarot

2 Permalink 0

Heran. Ternyata ramalan ini ada benarnya juga.

Padahal, selama ini aku tak terlalu percaya pada urusan ramal meramal. Apalagi kalau aku yang diramal orang lain. Cuma kok ya kali ini seperti ada benarnya ramalan itu.

Tapi, ini bukan ramalan kali ya. Lebih tepat kalau “penerawangan”. Hehehe..

“Penerawangan” itu aku peroleh Minggu dua hari lalu dari Widayanti Arioka, pembaca tarot. Kami bertemu ketika aku ikut acara Tabanan Lover (Talov) di Taman Kota Tabanan. Siang itu, usai diskusi, kami duduk santai di tenda belakang bersama Gus Tulang, Wahya, dan Jaya. Mereka semua penggiat komunitas Talov.

Nah, pas kami lagi duduk santai itu, Ari yang memang bawa kartu tarot kemudian meramal beberapa teman. Aku jadi tertarik ikut juga. Iseng saja sih. Maka, aku pun mengambil tiga kartu tarot untuk diterawang pembaca kartu tarot yang manis ini.

Aku ambil tiga kartu. Paling atas, paling bawah, dan tengah-tengah. Alasannya sederhana, biar berimbang. Tiga kartu itu, kalau tak salah, bergambar piala, dua orang berpasangan, dan pintu gerbang. Aku tentu saja tak tahu maknanya.

Lalu, si Ari pun beraksi. Dia melihat kartu pertama. Kurang lebih begini dia bilang, “Saat ini kamu amat menikmati hidup. Sudah puas. Tak banyak lagi yang kamu inginkan.” Aku anggap biasa saja meski ada benarnya.

Dia lanjut membuka kartu kedua. Gambarnya dua orang berpasangan. “Kamu akan menikah. Atau, kalau sudah menikah, mungkin akan punya anak,” katanya sambil melihat tajam. Aku tertawa mendengar ramalannya.

Kami tak pernah bertemu sama sekali sebelumnya. Tapi, dia bisa tahu juga tentang aku. Saat ini kami memang sedang menunggu kelahiran anak kedua, adiknya Bani.

Kartu ketiga sih aku anggap biasa. Ramalannya amat umum. Bisa terjadi pada siapa saja. “Akan ada hal penting terjadi padamu. Kamu harus menghadapinya dengan hati-hati,” begitu dia bilang.

Percaya tak percaya sih. Tapi ya dua kartu pertama itu memang ada benarnya. Kartu pertama yang kemudian justru membuatku sadar bahwa saat ini memang aku pada fase menikmati hidup. Tak banyak lagi yang aku kejar terutama untuk kepuasan diri sendiri. Indikatornya sederhana saja sih: ekonomi, keluarga, karir, dan teman.

Untuk ekonomi, meski bukan jutawan, aku merasa apa yang kami punya saat ini sudah lebih dari cukup. Kebutuhan dasar sudah terpenuhi. Kebutuhan skunder dan sosial juga sudah kami dapatkan. Ya, pasti jauh lebih banyak teman yang hidupnya lebih bergelimang materi. Tapi, aku yakin, lebih banyak lagi yang tak seberuntung kami saat ini.

Urusan keluarga juga begitu. Bersama Bani dan Bunda saat ini, bagiku, inilah bagian terhebat dalam hidup saat ini. Kami bisa saling mengisi. Melengkapi. Kalau melihat teman lain yang belum juga menikah atau bahkan masih sibuk cari pasangan, tentu saja kami jauh beruntung.

Lalu urusan karir. Ah, dari dulu aku memang tak punya ambisi karir apa pun. Makanya tak tertarik sama sekali meniti karir termasuk di dunia media. Enakan jadi wartawan lepas dan bebas sambil kerja paruh waktu seperti saat ini. Lebih puas.

Terakhir urusan teman. Ini yang sejak dulu aku syukuri banget. Banyak teman yang tak cuma bisa diajak berbagi tapi juga saling mendukung. Selalu ada teman akrab yang jadi keluarga baru.

Ya, tentu saja masih banyak mimpi belum terwujud, termasuk urusan kuliah master yang tak juga kami peroleh. Tapi ya, itu wajar. Biar tak terlena. Sekalian biar ada yang tetap dikejar.

Ilustrasi dari tarotreadingsdc.com

2 Comments
  • Megi Tristisan
    March 5, 2012

    waduh bisa pas juga ya yang kedua mas menunggu kelahiran adiknya bani, selamat.

  • Rock
    March 26, 2012

    hehehe, awas…. ojo sampe kewoco Zen, Kak. lek kewoco Ayahab engko. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *