Memilih Dia yang Mampu Menggerakkan

0 , Permalink 0

Coblos Jokowi

Niat menulis topik ini sejak dua minggu lalu terus saja aku batalkan.

Tapi daripada akhirnya jadi bisul di otak, aku tulis saja. Seperti biasa, tulis saja. Selebihnya biarkan tiap orang bebas menafsirkan dan menilainya.

Ini tentang pilihan ketika pemilihan presiden kali ini. Tentang kenapa Jokowi layak dipilih.

Satu dua bulan menjelang pilpres, beberapa teman di Jakarta sempat kontak aku. Mereka minta aku jadi juru kampanye online atau buzzer untuk PDI Perjuangan ataupun Jokowi. Mereka biasanya dari agensi digital. Tentu saja akan dibayar secara profesional.

Aku menolak tawaran-tawaran itu. Menolak jadi buzzer PDIP karena malas saja jika terikat pada salah satu partai meskipun bagiku partai ini juga bagus. Adapun menolak jadi buzzer Jokowi karena tanpa dibayar pun, aku pasti dengan suka rela mendukung dia. Aku tak mau bantu kampanye dia justru karena dibayar.

Heboh amat? Tidak juga. Sama sekali tidak.

Aku cuma mau menunjukkan bahwa banyak orang yang mau bekerja dengan sukarela untuk mendukung Jokowi. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan para relawan yang penuh semangat 45 mendukung capres pasangan Jusuf Kalla itu.

Salah satu puncaknya adalah ketika pada sehari menjelang masa tenang, puluhan ribuan orang berkumpul di Senayan untuk menonton Konser Salam 2 Jari. Konser dengan puluhan artis ini diorganisir para relawan dan dihadiri para pendukung Jokowi.

Konser ini hanya semacam puncak gunung es kerelawanan. Sebelum itu, di dunia maya justru lebih hiruk pikuk lagi dengan kreativitas para pendukung Jokowi. Ada avatar, infografis, kartun, video, dan seterusnya. Mereka semua membuatnya dengan suka rela sebagai dukungan untuk Jokowi.

Para relawan ini bekerja penuh kreativitas. Riang gembira. Lepas. Mereka dari beragam latar belakang seperti aktivis, programmer, blogger, desainer, fotografer, musisi, kartunis, dan banyak lagi.

Mereka digerakkan oleh hal sama: optimisme bahwa Jokowi akan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik.

Pada saat yang sama, ironisnya, aku justru menemukan hal sebaliknya di kubu Prabowo. Tiap kali baca twit atau komentar dari pendukungnya, terasa sekali aura kebencian. Lengkap dengan fitnahnya mulai dari Jokowi beragama Katolik, keturunan PKI, hingga orang tuanya tidak jelas.

Lebih parah lagi karena fitnah-fitnah itu justru datang dari kader-kader dan simpatisan partai berkedok agama (Islam), PKS. Tapi ya bisa jadi karena aku sendiri sudah antipati sama partai ini.

Inilah yang juga membuatku tidak rela dengan kelakuan para pendukung Prabowo – Hatta. Jika menyerang Jokowi karena kinerjanya dianggap tidak bagus sih okelah meskipun bukti menunjukkan dia memang bagus. Tapi soal fitnah kafir, komunis, dan seterusnya itu benar-benar parah.

Toh, dengan segala fitnah itu, jawaban Jokowi lewat Maklumat Jokowi justru benar-benar damai. Tidak ada dendam sekali.

Bacalah dua paragraf dalam Maklumat Jokowi ini.

Sebarkan kebaikan! Rakyat tidak perlu percaya pada fitnah dan kebohongan. Kita semua telah dihantam fitnah dan kebohongan, tapi kita tak pernah tumbang karena kita bekerja tulus untuk Republik tercinta.

Kita semua adalah penyala harapan untuk Indonesia. Kekuatan kita adalah pada kerelaan. Anda rela bersatu padu, berdiri tegak, bekerja keras menyuarakan pesan tegas bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk perubahan.

Iya. Jokowi terbukti mampu menggerakkan para pemilik harapan itu. Untuk dialah suara aku titipkan. Semoga negeri ini merestui..

No Comments Yet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *