Warga Sierra Leone pembawa heroin ditangkap di Bali. Modusnya dengan memasukkan ke perut.
Selama pemeriksaan dia sering memegang perut dan mengelusnya. Matanya merem sejenak lalu melihat kembali ke arah petugas yang mengajaknya bicara. Ekspresi wajahnya lesu sambil mulutnya mengeluarkan erangan kecil seperti mengaduh. “Saya masih sakit,” katanya kepada GATRA Jumat pekan lalu.
Laki-laki berkulit gelap bernama Emmanuel O. Ihejerika itu menjadi tersangka karena membawa 461,7 gram heroin. Seluruh heroin terbungkus dalam 31 bungkusan berbentuk kapsul yang disimpannya di dalam perut. Untuk mengeluarkan seluruh heroin tersebut, warga Republik Sierra Leone, Afrika Barat itu harus membuang hajat selama 11 jam terus menerus. Maka, ketika diperiksa petugas, fisiknya masih terlihat lemah.
Emmanuel ditangkap Petugas sejak Rabu dua pekan lalu. Berdasarkan laporan intelijen, petugas Bea Cukai Bandara Ngurah Rai telah menguntit tersangka sejak dalam pesawat Malaysian Airlines Kuala Lumpur-Denpasar dengan nomor penerbangan MH715. Turun dari pesawat, ketika diperiksa petugas, dia terlihat gugup dan berkeringat. Namun petugas tidak menemukan benda-benda terlarang di tas bawaan Emmanuel.
Karena masih curiga, petugas kemudian memeriksanya dengan salah satu anjing pelacak andalan milik Kantor Bea Cukai Wilayah VIII Bali-NTB-NTT tersebut. Anjing itu bernama Maxy dengan bulu coklat dan postur di atas rata-rata anjing biasa.
Menurut salah satu petugas Bea Cukai Ngurah Rai Bali, anjing ini pernah menggagalkan penyelundupan narkoba oleh gembong narkotika Italia Boeri Sergio sekitar September 2002 lalu. Maxy mendengus keras lalu menggonggong ke arah petugas ketika memeriksa Emmanuel. Seluruh bagian tubuh pemilik paspor no 029870 itu kembali diperiksa namun tetap tidak ditemukan apa-apa. Maxy tetap menggongong.
Oleh petugas, Emmanuel kemudian dibawa ke Bali International Media Center (BIMC) di sekitar 2 km dari bandara internasional satu-satunya di Bali itu. Hasil rontgen menunjukkan ada benda asing di dalam rongga perut Emmanuel. Petugas lalu memintanya buang air besar. Emmanuel menolak. Makanan yang diberikan petugas pun ditolaknya. Dia hanya mau minum. Akhirnya petugas memberikan obat cuci perut berupa garam inggris dan memasukkan anusol dan dukolax lewat anus tersangka.
Setelah itu satu per satu, keluarlah 31 kapsul heroin itu. Perlu waktu sekitar 11 jam sejak pukul 23.00 wita untuk mengeluarkan seluruh bungkusan itu. Tiap bungkusnya berukuran sekitar 5 cm dengan diameter 2 cm. Sekilas bentuknya mirip telur burung puyuh yang dijual pedagang asongan di terminal maupun stasiun namun lebih lonjong. Heroin itu dibungkus dengan alumunium foil yang dilapisi selotip bening.
Karena dikeluarkan dengan cara buang air besar, di tiap kapsul itu terdapat bercak kuning kotoran manusia. Petugas dari Direktorat Narkoba Polda Bali yang memperlihatkan barang bukti itu pun memegang dengan plastik, tidak bersentuhan langsung. Sedangkan tangan kanan menutup hidung. Sebab dari seluruh barang bukti itu tercium bau yang, alamaak, tidak sedap sekali.
Ketika GATRA melihat barang bukti itu, salah satu kapsul telah dipecah untuk melihat isinya. Terlihat serbuk putih kehitaman mirip tepung. “Heroin ini dari jenis kelas satu,” kata Direktur Narkoba Polda Bali AKBP Bambang Sugiarto. Menurutnya, jenis heroin itu dari Karachi, Pakistan yang masuk salah satu simpul Segitiga Bulan Sabit.
Selama ini pasokan heroin di jaringan internasional memang berasal dari Segitiga Emas di Amerika Latin dan Segitiga Bulan Sabit di Asia. Seluruh heroin yang keluar dari perut tersangka itu kalau dirupiahkan mencapai sekitar Rp 0,5 milyar.
Bambang menduga tersangka merupakan bagian dari sindikat narkotika internasional. Hal ini dapat dilihat dari tempat-tempat yang pernah dikunjunginya seperti Freetown (Afrika), Karachi (Pakistan), Hongkong, Kualalumpur, maupun Bali. Sebelumnya dia memang sering berpergian untuk urusan bisnis. Kepada GATRA bapak dua anak ini mengaku sehari-hari berjualan obat kimia, tapi bukan narkotika.
Saat ini merupakan kedatangannya yang kelima ke Bali. Setiap ke Bali, pria kelahiran Freetown, Republik Sierra Leone ini mengaku tidak pernah tinggal sampai sehari. Sebab dia biasanya langsung balik. “Saya hanya di ruang tunggu untuk melanjutkan perjalanan,” katanya. Salah seorang penyidik mengatakan memang pernah memeriksa tersangka namun tidak mendapatkan apa-apa Desember lalu. Keduanya, penyidik dan tersangka, bahkan masih saling ingat wajah.
Ketika ditangkap Rabu dua pekan lalu tersangka akan melanjutkan penerbangannya ke Malaysia. Dia sendiri terbang dari Karachi-Hongkong-Malaysia-Bali. Tiket di tangannya menunjukkan dia akan balik esok harinya alias hanya tinggal sebentar di Bali. “Bisa jadi dia memang hanya singgah di Bali,” kata salah satu penyidik.
Toh, kemungkinan bahwa tersangka memiliki jaringan itu, diakui Bambang, masih sangat terbuka. Sebab, bagaimana mungkin dia langsung ke Kualalumpur lalu ke Kualalumpur lagi dan di Bali hanya singgah?
Emmanuel sendiri mengaku kali ini merupakan tugas pertamanya untuk membawa heroin. Tujuan dia ke Kualalumpur memberikan barang terlarang itu. “Saya belum pernah melakukan sebelumnya,” katanya. Barang-barang tersebut didapatnya dari seorang teman di Karachi yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Untuk menyembunyikan di perut, temannya di Karachi itu memasukkan barang-barang tersebut melalu anus. Setidaknya perlu waktu sehari untuk memasukkan.
Meski menolak menyebutkan berapa, dia mengaku melakukan itu demi imbalan. Ketika ditemui di ruang pemeriksaan Direktorat Narkoba Polda Bali, dia berulang kali mengaku sedang teringat istri dan kedua anaknya yang berumur 4 tahun dan 2 tahun. Wajahnya terlihat kuyu tidak bersemangat dengan pakaian biru tahanan Polda Bali dan celana pendek ketat yang bahkan hampir tidak kelihatan.
“Saya ingin menemui keluarga saya,” katanya lirih. Keinginan mungkin itu harus ditunda. Sebab dia diduga melanggar pasal 82 ayat 1 (a) Undang-Undang No. 22 tahun 1977 tentang Narkotika. Tukang obta itu diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup. [#]