Berbagi Bersama di Malam Pecha Kucha

Setelah tertunda dan terus tertunda, akhirnya aku bisa ikut serta di Malam Pecha Kucha.

Pecha Kucha Night (PKN) adalah malam di mana orang-orang kreatif, atau setidaknya yang merasa kreatif seperti aku (Hehe), berbagi pengalaman satu sama lain. Begitu pula dengan PKN yang aku ikuti kali ini.

Kegiatan Bali Creative Community (BCC) ini diadakan di antara ingar bingar Sanur Village Festival (SVF) 2010. Tapi, suasana PKN jauh sunyi di antara riuhnya pengunjung SVF Jumat malam kemarin.

Malam itu panggung utama SVF 2010 penuh dengan musik dan tarian. Di depannya, ribuan pengunjung asik menikmati sambil menyantap menu khas yang disajikan puluhan restoran di Sanur.

Lalu, sekitar 30 orang peserta PKN duduk-duduk di pojok lapangan cottages Grand Bali Beach mengelilingi kolam renang dengan lampu temaram. Agak romantis, memang. Tapi juga miris. Hehehe.. Diskusi memang selalu kalah dibanding gemerlap pesta. Begitu juga di PKN kali ini.

PKN kali ini menampilkan (kalau tak salah) sepuluh pembicara. Ada penulis, dokter, pekerja sosial, blogger, pegiat sepeda, penyanyi, dan lain-lain. Kami saling berbagi pengalaman dan ide dari dunia masing-masing.

Yetty Kuhn, penulis buku Red is Love, membagi pengalamannya menulis buku ini. Sebagai presenter pertama, Yetty terlihat kagok. Menurutku, dia tak cukup bisa mengatur antara waktu presentasi dengan bergantinya slide. Jadinya agak belepotan. Aku yang melihat dan mendengar presentasinya jadi kurang bisa mendapatkan poinnya.

Tapi, itulah tantangan di PKN. Kami harus bisa menyampaikan presentasi itu dengan cara tak biasa: 20 slide dengan tiap slide hanya 20 detik. Total, cuma 6 menit 40 detik. Jadi, kami tak hanya harus menghadapi ketegangan saat presentasi tapi juga ketatnya waktu.

Dan, menurutku, itu memang bukan pekerjaan mudah. Aku mengalaminya sendiri saat dapat giliran presentasi tentang Bale Bengong. Di satu slide, terasa cepat banget berganti. Tapi, sebaliknya, di slide lainnya terasa lamaaa sekali tak kunjung berhenti.

Presentasi di PKN itu harus piawai mengatur antara (i) melihat slide, (ii) menjelaskannya pada peserta, sekaligus (iii) menjaga ritme penjelasan agar sesuai dengan slide yang berganti sendiri.

Agak susah. Tapi, aku toh bisa melewatinya juga dengan selamat. 🙂

Selain bisa membagi ide dan pengalaman mengelola Bale Bengong, aku juga bisa belajar dari presenter lain. Ada Jeff Kristanto tentang peningkatan kapasitas penyandang cacat (difabel) di Bali. Ada dokter Bulantrisna Djelantik tentang komunitas bebas polusi suara. Ada Iwan Darmawan tentang pembuatan novel Ayu Manda.

Dan, jangan lupa, ada juga Putu Hendra Brawijaya alias Saylow Alrite yang presentasi tentang Kelas Asik Teknologi Informasi (KAsTI), kelas berbayar ala Bali Blogger Community.

Salah satu presentasi yang keren dan orisinil adalah soal rok belus. Ini bukan soal rok basah tapi soal mebuat panggung musik dalam balutan seni tradisi Bali. Agung Bhawantara, jurnalis  yang mempresentasikan ide ini, menyampaikan gagasan disertai gambar-gambar lucu.

Masih ada lagi presentasi soal komunitas bersepeda, novel Little Tree, antisipasi tsunami, dan lain-lain. Sayang, aku tak bisa menikmati semuanya karena mesti pulang duluan. Semoga kapan-kapan bisa ikut lagi.

2 Comments
  • nyoman
    August 12, 2010

    “Kegiatan Bali Creative Community (BBC) ” kok ga nyambung kepanjangan dan kependekannya?

  • .gungws
    August 18, 2010

    berikutnya di, UWRF’2010 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *