Lega rasanya setelah aku baca hasil tes darah itu. Tidak ditemukan malaria. “Trombosit juga normal. Gejala DB juga tidak ada. Silakan lanjut saja minum obatnya,” kata dokter cantik di Nikki Media siang ini. Waah, tidak sia-sia aku merapal doa pas Jumatan tadi. Hihi..
Hasil tes darah itu memang jadi jawaban menyenangkan. Soale aku kepikiran banget soal kemungkinan kena malaria. Pikiran ini muncul setelah kemarin siang mampir ke kantor. Tidak tahan hanya diam di rumah, siangnya aku ke kantor juga untuk sedikit pekerjaan. Padahal fisikku sepertinya belum fit benar. Tapi ya maksa dikit sing ken-ken lah.
Pas di kantor temenku langsung nyeletuk, “Takutnya kamu kena malaria. Soalnya kan habis dari Flores.” Jedug! Aku langsung kepikiran. Soale bulan lalu pas aku ke Flores, aku memang tidak minum obat anti-malaria dulu. Padahal semua teman sudah ngasih tau sebelumnya untuk minum obat itu. Flores kan endemik malaria. Beberapa teman juga kena malaria setelah dari sana.
Karena obatnya tidak ada, batallah aku minum obat itu. Apalagi obat anti-malaria ini memang tidak ada di Indonesia. Aku sendiri tidak sempat cek ke beberapa apotek. Selain karena tidak sempet, juga aku memang paling males kalau disuruh minum obat.
Parahnya malaria adalah karena tidak bisa sembuh seumur hidup. Sekali kena maka akan terus ada. Kadang-kadang bisa sampai mengakibatkan kematian. Aku memang pernah kepikiran untuk mati muda, tapi aku sudah mengubah keinginan itu. Sebab, orang yang ingin mati muda itu ternyata egois banget. Memang mudah dan menyenangkan untuk yang mati, tapi sangat berat untuk yang ditinggalkan. *Adi nglantur kene nah?*
Makanya, pas kemarin temanku bilang tentang kemungkinan aku kena malaria, aku langsung keder juga. Aku tanya Pak De Google soal ciri-ciri malaria, sepertinya memang mirip dengan sakitku. Dua atau tiga hari suhu badan tidak jelas. Demam. Dingin. Suhu badan naik turun tidak teratur. Kadang-kadang sampai menggigil. Tapi kadang sampai keringatan. Di punggung dan lenganku kadang-kadang sampai seperti ada es tipis di antara kulit dan daging gara-gara saking dinginnya.
Untuk tahu malaria apa tidak, semalem pun aku tes darah dianterin Bunda dan Bani. Abis diambil darahnya, giliran kami yang menghisap darah buku-buku di Gramedia Gatsu yang lagi diskon 30 persen. Hehehe.. *Ora nyambung blas!*
Karena perlu waktu empat jam untuk tahu hasilnya, dan kami tidak mungkin sampai begadang menunggu darah untuk dihisap tengah malam, maka aku baru ambil siang ini. dan, syukurlah, malaria itu tidak ada. Ah, senangnya..
Leave a Reply