Dari 34.235 peserta Ujian Akhir Nasional (UAN) di Bali, 2.693 peserta tidak lulus.
Demikian hasil UAN Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bali yang diumumkan Selasa pekan ini. Siswa SMU yang tidak lulus terbanyak dari Kabupaten Buleleng. Di daerah utara Bali tersebut, siswa yang tidak lulus sebanyak 1165 dari 4493 siswa (25,93% tidak lulus). Disusul kemudian oleh Bangli 200 dari 921 (21,72%). Sedangkan yang paling banyak meluluskan adalah Kabupaten Karangasem yang lulus 2360 dari 2426 (97,28% lulus) disusul Denpasar yang lulus 5341 dari 5529 (96.6%). Total peserta UAN dari SMU/MA di Bali adalah 23191 dengan jumlah lulus 20885 dan tidak lulus 2306 (9,94%).
Adapun dari SMK, yang tidak lulus terbanyak berasal dari jurusan Teknologi Industri. Dari jurusan ini 203 siswa tidak lulus dari 2638 peserta. Sedangkan jurusan Pertanian dan Kehutanan (18 siswa) serta jurusan Kesehatan (59) semuanya lulus. Total peserta UAN dari SMK adalah 11.044 dengan siswa lulus sebanyak 10657 dan tidak lulus 387 (3,5%).
Dibandingkan tahun lalu, jumlah siswa yang tidak lulus saat ini jauh lebih banyak. Setahun yang lalu, berdasarkan data di Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Bali jumlah siswa yang tidak lulus UAN SMU/MA hanya 13 orang dari 22.303 peserta. Artinya hanya 0,05% siswa SMU/MA yang tidak lulus. Sedangkan dari SMK hanya 35 siswa tidak lulus dari 10.670 peserta alias hanya 0,03% tidak lulus.
Toh, banyaknya siswa yang tidak lulus itu tidak membuat Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Bali I Gusti Ngurah Oka kaget. “Ini persoalan nasional,” katanya. Menurut Oka, banyaknya siswa yang tidak lulus UAN saat ini terjadi di semua provinsi, tidak hanya Bali. Selain itu, tambahnya, siswa yang tidak lulus pun masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian susulan pada 10 Juli nanti.
Bahkan, Oka menambahkan, siswa yang tidak lulus saat ini pun menjadi semacam pil pahit tentang kondisi dan mutu pendidikan di Indonesia. “Memang begini kualitas pendidikan kita,” ujarnya.
Namun kendala terpenting sehingga jumlah siswa yang lulus jauh berkurang adalaha karena diterapkannya sistem baru dalam pelaksanaan UAN SMU. Oka menyebutkan sistem baru tersebut berdasarkan pada Keputusan Mendiknas No 017/U/2003 tertanggal 7 Februari 2003. SK tersebut tentang sistem pelaksanaan UAN di SMU/SMK/MA dab SLTP.
Garis besarnya adalah bahwa jumlah mata pelajaran yang diujikan hanya ada tiga. Untuk SLTP/MTS, pelajaran yang diujikan tersebut adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Sedangkan untuk SMU/MA jurusan IPA adalah Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Untuk jurusan IPS Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi. Jurusan Bahasa adalah Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa inggris, dan Bahasa Asing lainnya. Sedangkan untuk SMK adalah pelajaran normatif yaitu Bahasa Indonesia, komponen adaptif yaitu Bahasa Inggris dan Matematika, dan komponen produktif.
“Bisa jadi siswa belum siap dengan adanya sistem baru tersebut,” kata Oka. Karena itulah, sekali lagi, siswa yang tidak lulus akan diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian ulang. Hal ini juga untuk membuka peluang siswa tersebut melanjutkan di perguruan tinggi.
Menurut Kepala Sub bagian Hukum dan Humas Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Bali I Dewa Made Nurjana Putra, Diknas Provinsi Bali sudah mengalokasikan waktu pelaksanaan ujian tersebut pada 1-10 Juli mendatang. “Namun waktu pelaksanaannya tergantung kabupaten masing-masing,” kata Nurjana Putra. Demikian halnya dengan tempat ujian. Menurut Nurjana, tempat ujian akan dilakukan secara kolektif di kabupaten. Sebab, kalau per sekolah, menurutnya akan repot. “Masa yang tidak lulus satu kemudian dia ujian susulan sendirian?” ujarnya.
Sependapat dengan Oka, Nurjana juga mengatakan bahwa sistemnya memang yang membuat proses kelulusan lebih sulit. “Saya rasa soalnya juga memang lebih berbobot,” tegasnya.
June 13, 2008
Berapa orangkah siswa smk jakarta yg tdk lulus uan