Aku agak ragu-ragu ketika akan menulis posting ini. Pertama, ada beberapa hal yang muncul di kepala untuk ditulis. Tapi ketika sudah mau aku tulis, aku mikir lagi. Untuk apa sih aku menulisnya di blog? Lalu aku baru sadar. Ternyata aku nulis hanya karena ingin ada yang mengomentari, bukan karena aku memang ingin menulis. Kedua, aku juga takut tulisan ini akan dibaca nyinyir sama orang lain. Takut orang lain akan menuduh aku songong dan lain-lain. Ini memunculkan pertanyaan, “Aduh, sejak kapan dibaca orang harus jadi pertimbangan utama bagiku ketika akan menulis di blog? Kenapa harus takut dituduh atau dikomentari orang lain?”
Well, tulisan dibaca orang tentu menyenangkan. Apalagi sampai dikomentari. Tapi lama-lama kok aku mikir itu seperti bumerang. Memang sih, di satu sisi itu berarti tulisanku tidak jadi sekadar masturbasi. Komentar dari orang yang berkunjung berarti ada respon meski hanya beberapa orang dan kadang lebih sering basa-basi. Lalu, lama-lama kok aku makin termotivasi menulis hanya untuk sekadar mendapat komentar. Artinya, komentar sudah jadi motivasi utama. Itu sih terasa akhir-akhir ini.
Tentu saja ini bumerang bagiku. Sebab aku jadi sering termotivasi menulis dengan tujuan untuk mendapat komentar atau sekadar menarik perhatian orang.
Ketika pertama kali menulis di blog, aku tidak mikir tentang yang muluk-muluk. Waktu itu spontan saja karena diajak Sireum, teman online. Setelah itu, baru mikir kalau blog bisa jadi tempat curhat, nyimpen tulisan, dan seterusnya. Aku nulis blog hanya karena aku sendiri. Rasanya asik saja. Bisa nulis apa saja dengan gaya apa saja. Suka-sukaku lah.
Tiap orang punya kecenderungan bebas, sesedikit apa pun. Tentu saja aku masuk bagian itu. Biasa menulis berita yang penuh aturan seperti 5W1H alias lima wanita satu hamil (hehehe) atau cover both side, EYD, dan seterusnya membuatku ingin menulis sesuatu yg di luar pakem-pakem tersebut. Dan aku menemukannya di blog. Mau aku nulis resmi, hanya satu kata, penuh singkatan, penuh kecurigaan, dan seterusnya ya terserah aku. Mau dibaca orang apa tidak ya tidak ada urusan. Kemerdekaan menulis adalah segalanya.
Tapi ternyata ada yang salah dengan pikiran itu. Blog, ternyata bukan sesuatu yang untuk ku nikmati sendiri. Ketika aku sudah mempublish itu di internet, maka tidak ada lagi batas personal. Apa yang ku tulis itu bisa dibaca siapa saja. Dan mereka yang baca juga bisa sekadar lewat atau meninggalkan jejak. Itu kan suka-suka mereka juga.
Kalau kemudian aku jadi terbebani untuk menyenangkan orang lain atau aku senang karena dibaca orang lain, ya itu berarti masalahnya di aku. Jadi, mari menulis seperti biasa. Tetep dengan tema apa saja. Tidak usah dibatasi, misalnya soal tema tertentu. Juga tidak usah jadikan komentator sebagai provokator beban. Mari menulis karena aku memang ingin menulis.
Yup, i’m narcist. That’s why i have blog.. 😀
Leave a Reply