Hari Pertama Terasa Begitu Lama

1 No tags Permalink 0

Menjelang pukul 15.00 wita, bahasa tubuhku tak bisa lagi kompromi. Berkali-kali aku menguap. Dengan agak gak enak, aku menutup mulut yang menganga seperti singa itu. Tapi, mulut sih bisa ditutup, mata tidak. Padahal sistemnya memang canggih gitu: setelah menguap pasti diikuti mata merah dan berair.

Aku liat teman di depan, Raras, dan di samping kanan, Budi, sih tidak terlalu merhatiin kantukku, apalagi Tia, teman di kanan depanku -cailah kayak main bola aja, he.he- yang lebih jauh dari aku. Di ruang sebelah, Pak Imam dan Steff juga pasti tidak tahu kantuk yang begitu bertubi-tubi menyerangku.

Tapi tetap menugap itu, meski tanpa suara, membuatku gak nyaman. Maka, tak lagi bisa menahan kantuk itu, dan berkali-kali mengaum layaknya singa afrika, aku pun bilang ke Budi. “Aku keluar bentar ya, Bud. Mau ngrokok sebatang,” kataku.

“Ya, santai aja,” jawab Budi seperti biasa.

Sebatang rokok, secangkir kopi, dan sewastafel air untuk cuci muka lumayanlah buat ngilangin ngantuk siang itu.

Inilah hari pertama kerja di VECO, LSM internasional di bidang pertanian berkelanjutan. Pekerjaan yang sepertinya asik dan menantang. Cuma keterikatannya yang membuatku agak canggung.

Sebelumnya, sekitar sebulan lalu, aku dihubungi Pak Imam, manajer bagian learning and information VECO-Indonesia. VECO ada di 14 negara lain dan berpusat di Belgia. Pak Imam ngajak aku gabung di VECO lagi.

September taun lalu aku memang nglamar sebagai Team Leader –bener ga ya istilahnya?- majalah SALAM, yang diterbitkan VECO Indonesia. Tapi karena basa Inggrisku yg gak jelas dan pengetahuanku tentang pertanian berkelanjutan kurang, maka kandidat lain, si Tia, teman di kanan depan itu, yang kepilih.

Lalu tiba2 sekitar sebulan lalu aku ditelpon Pak Imam dan diajak gabung lagi. Alasannya sih SALAM butuh tenaga tambahan karena banyaknya kerjaan. Aku nerima dg syarat part time aja, gak kerja full. Soale aku dan tiga teman baru aja mendirikan lembaga baru, Sloka. Aku juga masih ingin bantu-bantu di KPA dan IKON. Paling penting: aku masih pengen mengutamakan Bani. Ternyata tawaran kerja part time diterima. Menurut kontrak aku harus kerja minimal tiga hari dari lima hari kerja. Ya, empat hari lain kan bisa buat yg lain itu.

So, hari ini pun kerja dimulai. Masuknya… pukul 08 pagi! Aduh, padahal biasae aku tuh baru bener2 beraktivitas di atas pukul 10. Atau kalau ada yg penting banget ya pukul 9 paling cepat. Tiap hari aku bangun di atas pukul 06.30. Atau, paling pagi ya pukul 6 lah.

Tapi hari ini tidak. Tadi pukul 5an pagi aku udah bangun, bikin kopi, nyelesaiin tulisan untuk The Jakarta Post, mandiin Bani, mandiin diri sendiri, -he.he-, dst..

Sampai di kantor baru juga segar-segar aja. Pas dikasih tahu tentang VECO, SALAM, jalan-jalan liat kantor dan kenalan dg staf lain juga asik aja. Apalagi pas angkat-angkat meja bersih2 ruang kerja baru. Whaa, aku semangat 45…

Eh, pas abis makan siang, kantuk mulai menyerang. Mungkin tubuhku yang tak biasa duduk manis di belakang meja. Kedua karena memang tidak ada pekerjaan jelas yang bisa kukerjakan selain pura2 sibuk di depan laptop –he.he-. Ketiga karena angin sepoi-sepoi dari kipas angin di atasku. Kombinasi yang tepatlah untuk melahirkan kantuk di tengah aku yg pura2 sibuk.

Aku liat yg lain di ruangan itu sih pada sibuk melototin komputer. Aku ga tau apa bener2 kerja atau sama saja dengan aku: pura2 bekerja. :))

Maka, ketika jarum pendek sudah melewati angka 5, aku seperti merasa lega luar biasa. Ah, bisa juga aku melewatinya dengan baik-baik saja. [+++]

1 Comment
  • Anonymous
    May 12, 2007

    hahahahahahahahaha…… justru aku ngiri dg kerjaanmu yg hanya satu & fokus!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *