Aku Tak Mau Hidup Diatur Waktu

1 No tags Permalink 0

Tes lamaran kerja pun dilakukan. Ada tes tulis: identitas diri, sifat, motivasi, dan manajemen konflik. Ya, kurang lebih gitulah. Selesai tes tulis dilanjut tes wawancara.

Ketika ada iklan lowongan TV lokal di salah satu koran, dari awal aku sebenarnya males ikut nglamar. Kerja kantoran, terikat, tiap hari masuk kantor. Ah, rasanya aku memang bener2 ga siap untuk itu. Cuma karena istri yg tetep ngotot ngajak nglamar bareng, yowislah. Aku turuti.

Aku kirim lamaran juga untuk bagian news. Eh, ternyata kemarin dipanggil utk tes tulis dan wawancara. Tidak terlalu mengesankan. Menjemukan malah.

Paling gawat tuh omongan salah satu tim seleksi. “Biasanya hidup kita diatur waktu. Per hari, jam, menit. Tapi kalau kerja di TV tuh hidup kita diatur tiap seperduapuluhlima detik. Bukan detik lagi. Sebab tiap seperduapuluhlima detik, gambar di TV berganti. Kalau berhenti satu kali saja, maka Anda rugi sekian juta rupiah..”

Alamak, inilah hidup yg diburu2 waktu. Hidup yg senantttiasa diburu target. Bahwa tiap detik yg kita lakukan harus menghasilkan rupiah.

Kalau gini ceritanya, yakinlah aku bahwa itu bukan duniaku. Memang sih tantangan, tapi untuk sementara aku pilih jalan lain dulu. Masih banyak yg bisa dilakukan dengan santai tanpa harus ngemis2. Aku mau mengatur waktuku sendiri. Bukan waktu yg mengatur aku..

1 Comment
  • MaIDeN
    December 3, 2006

    hmm … pengusaha ya ..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *