Wawancara dengan Dr Nyoman Erawan [Dosen Ilmu Ekonomi Pariwisata Fakultas Ekonomi Univ Udayana] tentang recovery pasca-bom Bali
Pariwisata di Bali selama ini jadi leading sector perekonomian Bali. Sekitar 57% dari product domestic regional bruto (PDRB) Bali dihasilkan dari pariwisata. Kalau dilihat dampaknya, ya sekitar segitulah kerugian Bali akibat tragedi ini. Namun perlu diingat bahwa perekonomian Bali juga tergantung pada kondisi nasional dan internasional.
Sumbangan pariwisata terhadap PDRB Bali sebesar 57% itu menyebar pada 25% sub sektor hotel dan restoran, 22% industri kecil dan kerajinan, 20% pertanian, 15% transportasi, dan 15% keuangan dan jasa-jasa. Karena itu dampaknya jelas akan berpengaruh pada sektor-sektor lain. Apalagi pariwisata di Bali tidak dapat dibahas sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Akan ada dampak domino akibat tragedi ini.
Dampak jangka pendek akan terasa pada tiga bulan ke depan. Perkiraan saya akan terjadi penurunan hingga 3% PDRB Bali. Padahal 2001 lalu sudah terjadi peningkatan PDRB 3%.
Untuk merecovery tergantung hasil kebijakan di bidang keamanan. Kalau dalam satu bulan sudah bisa memberikan jaminan keamanan, recovery akan tercapai 1-2 tahun. Sebab tragedi ini akan memperbesar country risk bagi penanaman modal di Indonesia khususnya Bali. Tapi saya percaya bahwa perekonomian nasional tidak akan terlalu terpengaruh oleh tragedi di Bali. Posisi Bali dalam perekonomian nasional tidak signifikan. Justru Bali yang rentan terhadap isu nasional maupun internasional.
Untuk mempercepat recovery, sebaiknya dioptimalkan sumbangan PDRB lain yang besarnya 43% itu. Selama ini tidak terlalu disadari bahwa turis lokal memiliki prosentase 30-35% dari jumlah wisatawan di Bali. Karena itu, potensi ini harus diberdayakan kembali. Apalagi menjelang peak season pada Desember nanti. Sektor lain yang bisa diberdayakan adalah sektor pertanian dan jasa. Jangan lupa, 75% roda perekonomian Bali bergerak karena jasa ini. Tapi ya itu tadi, jasa ini masuk juga di pariwisata. Sebagai contoh sopir taksi dan guide. Jasa lain semacam perbankan. Ekspor impor juga akan tetap berjalan normal. Hanya kerajinan yang biasa dibawa bule yang akan mengalami penurunan. Untuk mereka yang sudah punya pasar tetap tidak terlalu berpengaruh.
Faktor pendukung yang tidak boleh diabaikan adalah jaminan keamanan tadi. Perlu ada sinergi antara pemerintah dan pihak swasta untuk menanganinya. Selain tentu saja promosi ke negara-negara pasar Indonesia.
Konsep pembangunan pariwisata pun harus diubah. Selama ini konsep pembangunan pariwisata Bali terlalu berorientasi pada pertumbuhan. Perlu diubah ke konsep pariwisata kerakyatan berkelanjutan. Masyarakat adat harus dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan. Bali aman kan karena ada awig-awig [peraturan adat]. Itu yang harus diberdayakan lagi.
PDRB Bali pada 2001 lalu sebesar Rp 10,5 trilyun. Tingkat pertumbuhannya 3,2%. Setelah ini mungkin terjadi penurunan 3% itu. Besarnya kerugian kalau mau dihitung ya sekitar 10 hari (rata-rata lama turis tinggal) x 2.500 (rata-rata jumlah tamu tiap hari yang masuk Bali) x US $80 (rata-rata pengeluaran turis di Bali). Persoalannya, pariwisata ini juga menyebar ke sektor lain seperti pertanian.
Kalau ngomong secara mikro, hotel besar tidak akan mengalami kerugian berarti. Sebab mereka bisa mengalihkan modal pada hotel di tempat lain. Tidak demikian dengan hotel-hotel kecil yang tidak memiliki korporasi. Hal ini sangat terpengaruh kemampuan pemerintah bersinergi dengan negara-negara yang selama ini menjadi pasar industri pariwisata di Bali. Biar mereka tidak memberlakukan travel waring seperti di Jepang, Australia, AS, dan Inggris. Bisa jadi, wisatawan dari negara-negara tersebut akan mengalihkan tujuan ke negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Sedangkan Australian mungkin akan tetap di negerinya sendiri.
Ke depan sebagai alternatif pariwisata, Bali sebaiknya memperhatikan kaitan antar sektor seperti industri pengolahan apakah itu kayu, makanan, plastik, maupun yang lain. Ini akan sangat potensial. Bali memiliki potensi tidak kecil seperti salak dan anggur.